Sepuluh

7.5K 542 12
                                    

Teruntuk kalian yg sedang menunggu 😘

○○○

"Apa kamu gila!" Bentak Afraz pada wanita yang berstatus sebagi istrinya itu. "Bagaimana bisa kamu ingin gadis sekecil itu untuk mengandung keturunan kita." Lanjutnya tak habis pikir.

"Aku nggak punya pilihan lain Mas." Balas Evelyn terlihat pasrah.

"Banyak Evelyn, banyak. Tapi aku benar-benar nggak ngerti kenapa kamu bersikeras memilih mereka."

"Karena asal usul mereka nggak memungkinkan untuk berani macam-macam pada keluarga kita kelak jika terjadi sesuatu yang nggak kita inginkan."

"Asal usul yang seperti apa? Apa kamu lupa jika Ayah mereka adalah seorang pecandu alkohol dan saat ini sedang berada di penjara?" Ujar Afraz.

Evelyn menghela nafas kasar.

Benar, saat ini Ayah Lita dan Lily tengah mendekam di penjara karena menyerang salah seorang warga saat dalam pengaruh alkohol. Dan tidak ada dari mereka yang tahu.

Jauh sebelum Evelyn meminta Lita untuk bersedia mengandung anak dari suaminya, ia diam-diam mencari tahu latar belakang keluarga Lita. Dan saat ia masih berpikir untuk menjatuhkan pilihan pada Lita, malam itu ia melihat Lita didatangi rentenir karena ternyata memiliki banyak hutang untuk mereka bertahan hidup di awal-awal kedatangan mereka ke kota.

Saat itu Evelyn yakin jika Lita akan menerima tawarannya dengan beberapa syarat, dan dugaanya benar. Tidak lama setelahnya Lita menghubunginya dan memberitahu jika ia menerima tawaran itu.

Mendapati Evelyn diam, Afraz mengehembuskan nafas pelan dan berjalan menghampiri istrinya yang duduk di tepi ranjang.

"Sudah ya, lebih baik sekarang kita sholat. Biar hati kamu tenang." Ajak Afraz sembari mengusap lembut pipi Evelyn.

Ia lebih dulu berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu saat ucapan tiba-tiba Evelyn menghentikan langkahnya.

"Andai saja saat itu Mas Afraz nggak menyanggupi keinginan Dokter untuk mengangkat rahimku. Kita nggak akan berada di situasi seperti ini." Lirih Evelyn dengan mata berkaca-kaca.

"Dan membiarkan kamu terus-menerus kesakitan karena penyakit Endometriosis sialan itu?" Balas Afraz membalik tubuhnya.

"Sakit yang aku rasakan saat itu nggak sebanding dengan kesakitan aku sekarang. Ibu dan Mama terus-terusan mendesak agar kita segera memiliki keturunan. Dan aku nggak mau garis keturuan keluarga kita putus Mas."

"Kita masih memiliki adik, garis keturunan keluarga nggak akan putus."

"Tapi aku mau kita juga memiliki keturunan, seenggaknya kamu Mas, kamu. Dan aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu walau tanpa melahirkan mereka." Kini Evelyn mulai terisak, membuat Afraz berjalan kearahnya dan membawa tubuh ramping itu dalam pelukan hangatnya.

"Aku hanya nggak bisa membayangkan harus memiliki seorang anak yang bukan dari rahim kamu. Rasanya lebih baik nggak memilikinya sama sekali. Aku nggak mau menyakitimu. Aku sangat mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu Evelyn." Lirih Afraz dengan mata basah.

Evelyn menarik tubuhnya agar terlepas dari pelukan Afraz dan menangkup wajah lelaki paling tampan yang pernah ada dihidupnya itu dengan airmata yang masih mengaliri pipinya.

"Cinta juga butuh pengorbanan Mas." Ucap Evelyn dan mengecup sekilas bibir suaminya. "Rasanya aku nggak bisa bertahan lebih lama jika menunda keinginanku ini lagi Mas. Aku mohon, ya?"

Melihat wajah basah dan memelas istrinya membuat Afraz akhirnya menganggukkan kepala terpaksa. Tidak tega mendapati kesakitan diwajah cantik istrinya.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang