Enam Belas

6.2K 439 19
                                    

Lily menghampiri pak Amar yang terlihat sibuk menyirami tanaman dihalaman belakang rumah yang terlihat cukup luas.

"Sini pak selangnya, biar aku bantu." Tawar Lily.

"Nggak usah Ly, nanti kamu basah. Ini juga masih panas, mending kamu duduk-duduk di ayunan sana." Kata pak Amar sembari menunjuk sebuah ayunan cukup besar yang terbuat dari besi.

"Nggak apa-apa pak. Lagian ini panas sore, nggak seterik pas siang hari. Nggak apa-apa juga kalau emang basah, aku juga belum mandi."

Pak Amar akhirnya hanya membiarkan saat Lily mengambil selang dari tangannya dan mulai menggantikan pekerjaannya.

"Bapak!" Panggilan itu membuat Lily dan pak Amar menolah. Seorang laki-laki tampan dengan tubuh tinggi yang menjulang tengah berjalan menghampiri mereka.

"Adam." Gumam pak Amar dan Lily bersamaan.

"Kamu kenal anak saya?" Tanya pak Amar.

"Eh, Adam anak pak Amar?" Tanya Lily balik, dan pak Amar menganggukan kepala.

"Kamu kenal?" Tanya pak Amar lagi.

"Cuma tahu namanya saja pak, soalnya dia jadi salah satu anggota OSIS di tempat saya sekolah kemarin."

"Oh, begitu. Ya sudah sekalian saya kenalin."

Adam mencium punggung tangan Bapaknya begitu sampai dan menatap terkejut gadis berhijab yang berdiri disamping Bapaknya itu.

"Kamu? Siswa SMA Tunas Bangsa kan?" Tanya Adam memastikan. Pasalnya ia sering berpapasan dengan Lily di Mushollah sekolah.

"Iya."

"Kamu ngapain di rumah ini?"

"Lily ini adik dari sahabatnya bu Evelyn Dam." Jelas pak Amar saat melihat Lily kebingungan saat akan menjawab.

"Oh, ternyata kakak kamu sahabatnya bu Evelyn. Pantas saja aku sering liat kamu sama Syeila pas di sekolah."

Alis Lily mengerut bingung mendengar ucapan Adam. Apa hubungannya Syeila dengan Evelyn?

"Kamu nggak tahu kalau bu Evelyn itu kakaknya Syeila?"

"Hah?!" Lily cukup terkejut akan fakta yang baru saja Adam katakan.

Ia tahu Syeila bukan dari kalangan biasa seperti dirinya. Namun gadis itu juga tidak pernah terlihat berlebihan dalam hal penampilan ataupun barang-barang yang ia kenakan. Siapa yang akan menyangka jika dirinya adalah bagian dari keluarga terpandang negara ini.

"Cukup mengejutkan kamu nggak tahu siapa keluarganya saat kamu terlihat sangat dekat dengannya." Kata Adam yang juga tampak terkejut melihat reaksi Lily.

"Iya. Kami memang dekat, tapi dia sangat jarang membahas tentang keluarga. Aku pun nggak pernah bertanya."

"Ya sudahlah. Kita belum berkenalan secara resmi, aku Adam." Adam mengulurkan tangannya yang disambut oleh Lily.

"Lily."

Merasa tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, Lily kembali mengambil selang yang tadi ia lepas dan mulai menyiram kembali tanaman-tanaman tersebut.

Sedangkan Adam memperhatikan Lily cukup lama dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, lalu mulai membantu Ayahnya untuk mengatur beberapa tanaman serta mencabut rumput liar.

Selesai menyirami tanaman, Lily pamit pada pak Amar untuk membersihkan tubuhnya. Sesampainya dikamar, ia langsung terduduk ditepi ranjang dengan pikiran yang sepenuhnya tertuju pada Syeila.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang