Kosong Delapan

6.4K 496 14
                                    

AWAS!!!
Ada taburan bawang!

○○○

Suara sirine ambulance yang membawa Lita berhenti di depan ruang UGD. Beberapa petugas dan Perawat membantu menurunkan brankar tempat Lita berbaring dari mobil ambulance dan membawanya masuk ruang UGD.

Seorang Dokter langsung sigap memeriksa kondisi Lita, sedang beberapa Perawat ikut membantu.

Tidak jauh dari sana, Lily menangis terisak. Dengan gumaman maaf yang tidak henti-hentinya ia ucapkan. Sedangkan Raka menatap tanpa ekspresi tubuh Lita yang tengah diperiksa. Tidak ada yang tahu bagaimana keras detak jantungnya saat ini. Ingin menangis, tapi tidak ada airmata yang keluar.

Dokter yang memeriksa Lita membalik tubuhnya dan berjalan kearah mereka.

"Keluarga pasien?" Tanya Dokter cepat.

"Saya Dok." Jawab Raka mantap.

"Pendarahan pada kepala pasien cukup parah. Beberapa tulang rusuk juga pergelangan kaki sebelah kiri pasien patah. Saya akan melakukan tindakan operasi untuk membantu memulihkan kondisinya. Tapi saya tidak bisa menjamin ditengah operasi nanti pasien bisa bertahan atau tidak."

Mendengar penjelasan Dokter, tubuh Lily merosot begitu saja bersandar pada dinding. Ia seperti orang linglung, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Dan entah kenapa ini rasanya lebih menakutkan dan menyakitkan dibanding saat ia kehilangan Ibu nya dulu. Sekarang, Lita satu-satunya orang yang ia punya didunia ini. Karena tidak ada yang bisa ia harapkan dari sosok seseorang yang ia panggil Ayah.

"Lakukan apapun Dok, apapun untuk menyelamatkan wanita saya." Ujar Raka tegas.

"Baiklah, kami akan melakukan yang terbaik. Silahkan ikuti Perawat ini untuk menyetujui berkas tindakan operasi yang akan kami lakukan dan mengurus segera bagian administriasi."

Raka mengangguk dan segera mengikuti salah seorang Perawat yang Dokter tunjuk tadi.

Saat Lily mendengar roda brankar tempat Lita berbaring meninggalkan ruang UGD, ia segera beranjak. Walau ia merasa jika kakinya seperti jely.

Lily berjalan cepat dan menggenggam tangan Lita yang terasa begitu dingin dengan airmata yang kembali deras mengaliri pipinya.

"Maaf, maafin aku kak Lita. Aku mohon bertahanlah, bertahan demi aku. Aku nggak punya siapa-siapa lagi kalau kak Lita sampai pergi. Jangan pergi, aku berjanji kalau aku akan mengikuti semua yang kak Lita inginkan. Aku akan belajar lebih giat lagi, melanjutkan kuliah dan menggapai cita-citaku agar bisa membuat kak Lita bangga. Aku mohon." Gumam Lily terisak.

"Maaf dek, silahkan tunggu diluar." Kata salah seorang Perawat sebelum menutup pintu ruang operasi.

Lily berjalan pelan menuju kursi tunggu dengan isak tangis yang berusaha ia kendalikan.

Raka berjalan kearahnya dengan pandangan yang tidak bisa jelaskan.

Bolehkah jika Lily berharap laki-laki itu memeluknya dan meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja. Ia benar-benar butuh seseorang untuk menguatkannya.

"Kak---"

"Andai saja, andai saja kamu nggak bersikap kekanakan dan mendengarkan penjelasan Lita lebih dulu. Semua ini nggak akan terjadi. Kamu nggak tahu seberapa menderita Lita memikirkan agar kamu bisa hidup layak dan bahagia. Tapi apa kamu harus membuatnya menderita sampai akhir seperti ini." Lirih Raka.

Namun cukup bisa membuat Lily merasakan sebuah tangan tak kasat mata meremas kuat jangungnya hingga menyesakkan dada. Saat ini bahkan ia tidak bisa menangani sendiri rasa bersalah dan takut yang ia alami tanpa Raka perlu memperjelas semuanya.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang