Empat Belas

6.2K 467 10
                                    

Selamat malam jum'at!
Di tempat tinggal kalian panas jg nggak sih?

○○○

Dalam perjalanan pulang bersama pak Amar, Lily hanya diam dengan kepala menunduk dalam. Entah apa yang pak Amar pikirkan tentangnya saat menjadi saksi pernikahan sirinya dengan Afraz. Perebut suami orang, perusak rumah tangga orang, gadis mata duitan atau entah apalagi. Memikirkannya membuat Lily meremas kuat jari jemari tangannya.

"Nggak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja nak." Ucapan tiba-tiba serta tepukan pak Amar pada bahunya membuat Lily mengangkat wajah dan memandang laki-laki paruhbaya itu dengan raut penuh tanya.

Tatapan ramah dan hangat pak Amar membuat airmata Lily mengenang. Tatapan seperti ini yang ia harap akan ia dapatkan saat bertemu dengan Ayahnya tadi. Tapi kenapa, kenapa malah perilaku buruk yang ia terima.

Tadi bukan pertama kalinya Lily mendapat perilaku seperti itu, tapi sudah sangat sering. Namun, Lita atau almarhum Ibunya selalu melindunginya. Ayah mereka tidak kenal usia, tempat, atau keadaan. Emosinya selalu meledak dimanapun dan kapanpun ia mau. Harusnya Lily sudah merasa terbiasa, tapi kenapa rasanya sulit sekali.

"Bapak mengerti keadaanmu nak, yang sabar ya."

Isakan kecil lolos dari bibir Lily. Saat orang lain yang bahkan tidak memiliki sedikitpun hubungan darah dengannya bisa bersikap sebaik ini, kenapa malah Ayah kandungnya bersikap begitu kasar padanya.

Keadaan didalam mobil kembali hening. Pak Amar sibuk dengan setirnya, sedangkan Lily berusaha menenangkan hatinya yang terasa begitu menyesakkan. Hingga mereka sampai dirumah, Lily langsung berjalan menuju kamar setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih pada pak Amar.

○○○

"Apa aku perlu ke di rumah Mami atau menginap disini saja?"

Pertanyaan Evelyn membuat Afraz terlihat bingung. Saat ini mereka masih duduk berdua disofa apartemen Evelyn setelah menyelesaikan urusan pernikahan tadi. Begitupun dengan kesepakatan yang Afraz buat dengan Ayah Lily.

Dimata Afraz, keluarga istri sirinya itu sama saja, sama-sama gila uang. Bahkan Afraz harus mengeluarkan uang dengan nominal yang cukup banyak agar Ayah Lily mengizinkannya menikahi putrinya. Dan semua itu juga karena syarat yang Lily ajukan.

Afraz tidak begitu memusingkan uang yang ia keluarkan, walau harus menghabiskan uang sebanyak itu, ia tidak akan bangkrut. Hanya saja, Afraz masih tidak habis pikir dengan Evelyn yang tetap memilih mereka walau sudah diperas sebegitu banyaknya, walau secara tak langsung.

"Tapi aku juga sudah lama nggak ketemu sama Mami, aku akan menghubunginya untuk memberitahu jika aku akan menginap disana."

Afraz merebut ponsel Evelyn dari tangannya dan menatap tajam istrinya.

"Apa maksud kamu Eve, kenapa harus menginap dirumah Mami?!"

"Ini malam pertamamu Mas, aku nggak mau keberadaanku---"

"Stop Evelyn, jangan lanjutkan ucapanmu dan membuatku marah."

"Apa yang salah Mas, bukankah sudah seharusnya---"

"Untuk sekarang, cukup membuatku merasa muak Evelyn. Aku sudah mengikuti keinginanmu untuk menikahinya, dan jangan menambahnya dengan memaksaku untuk menghabiskam malam bersama gadis asing itu. Tolong istirahatkan dulu sikap egoismu itu Evelyn."

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang