5 tahun yang lalu Afraz dan Evelyn memutuskan untuk menikah saat Evelyn masih duduk dibangku kuliah dan Afraz baru saja merintis karir di perusahaan yang bergerak di bidang properti milik Ayahnya.
Mereka menikah dengan didasari cinta yang begitu besar satu sama lainnya. Tanpa perlu di jodoh-jodohkan, hal yang membuat keluarga mereka merasa beruntung sekaligus mengucap syukur. Pasalnya orangtua Afraz dan orangtua Evelyn cukup dekat karena beberapa kali melakukan kerjasama.
Selama menjalani hubungan, tidak ada rintangan yang cukup berarti untuk Afraz dan Evelyn lewati. Semuanya berjalan lancar. Bahkan ditengah kesibukan masing-masing, mereka masih bisa saling mengerti dan memberikan perhatian. Terlebih dengan fisik yang sama-sama nyaris sempurna, membuat banyak orang bedecak kagum akan kebersamaan mereka.
Namun semua itu berubah saat Evelyn harus menjalani operasi pengangkatan rahim karena penyakit endometriosis yang dideritanya. Tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali Afraz dan tim medis yang saat itu menangani Evelyn. Terlebih saat itu operasi dilakukan diluar negri, tepatnya di Jepang. Tempat mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bulan madu.
Saat itu keadaan begitu genting sekaligus mencekam bagi Afraz. Ia sering mendapati Evelyn begitu kesakitan setiap kali mendapat jadwal menstruasinya. Namun kali itu, rasa sakit yang Evelyn rasakan seperti antara hidup dan mati.
Dokter juga menjelaskan jika penyakit endometriosis yang ia alamai semakin parah dan harus dilakukan tindakan operasi pengangkatan rahim untuk menyelamatkan sekaligus menghilangkan sakit yang Evelyn alami.
Rasanya saat itu Afraz tidak memiliki alasan untuk menolak tindakan tersebut. Melihat Evelyn menjerit kesakitan bahkan hingga hampir kehilangan kesadaran membuatnya menyetujui dan menandatangani berkas operasi atas keinginan Afraz sendiri.
Begitu sadar dari obat bius pasca operasi dan menyadari jika dirinya tidak lagi memiliki rahim, Evelyn sempat merasa frustasi. Namun dengan sabar dan tenang Afraz meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.
Ia tidak butuh keturunan asalkan ada Evelyn disampingnya. Dan jika Evelyn memang sangat menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka, Afraz akan mencarikan anak terbaik dari Panti Asuhan manapun yang Evelyn inginkan.
Saat Afraz ingin memberitahukan keadaan Evelyn pada keluarga besar mereka, istrinya itu melarang. Meminta Afraz untuk berjanji tidak akan memberitahu siapapun akan keadaannya. Ia belum siap dipandang setengah mata sekaligus merasa dikasihani. Terlebih lagi jika harus membuat keluarganya merasa khawatir.
Dan seiring berjalannya waktu, para orangtua mulai mendesak Afraz dan Evelyn untuk memberikan keturunan. Rasa frustasi kembali Evelyn alami. Hingga ide menyewa seorang perempuan untuk mengandung keturunan mereka tercetus ditengah rasa putus asanya.
"Setelah sarapan, kita ke apartemenku untuk melakukan pernikahan." Kata Evelyn memastikan tidak ada orang di sekitar ruang makan yang bisa mendengar pembicaraan mereka.
Lily yang sejak awal tidak begitu memiliki nafsu makan semakin kehilangan keinginannya untuk menyantap sarapannya lantaran ucapan Evelyn. Ia tahu itu tanggungjawab dari kontrak yang sudah ia tandatangani, tapi tetap saja kenapa rasanya begitu sulit untuk menjalani semuanya.
"Kenapa harus seterburu-buru ini, kita bisa menunggu beberapa hari atau minggu lagi untuk melakukannya."
"Mas..." Evelyn menatap memelas pada Afraz dan dibalas helaan nafas suaminya itu.
Sedangkan Lily memilih diam, karena sepertinya ia tidak memiliki hak untuk bicara. Ia hanya akan seperti robot yang mengikuti perintah pemiliknya. Walau Evelyn mengenalkannya sebagai adik dari sahabatnya pada para pekerja dirumah mereka. Hal itu tidak lantas bisa membuat Lily bertindak sesukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL [ SELESAI ]
RandomLily menyadari kehidupan yang ia jalani tidak sebaik kehidupan kebanyakan orang pada umumnya. Banyak hal menyakitkan yang harus ia lalu di usia remaja. Kabur dengan kakaknya dari rumah untuk menghindari Ayah mereka yang bertempramental buruk hingga...