01

45K 1.4K 35
                                    


Matahari masih malu-malu untuk menampakkan keperkasaannya menguasai hari. Jarum jam memang masih menunjukkan pukul 05.15 Wib namun dikediaman milik bapak Faris Arnanta kesibukan sudah mulai terlihat terutama di dapur..daerah kekuasaan sang nyonya rumah Astrid Lestari.

Sedangkan di lantai dua tepatnya disebuah kamar milik seorang gadis berumur 17tahun Aisyah Azzahwa Arnanta putri bungsu bapak Faris Arnanta dan ibu Astrid Lestari,,si pemilik kamar bernuansa pink itu tengah mondar-mandir seperti mencari sesuatu.

Tok...tok..tok...

"Dek..."panggil Anggara Malik Arnanta,,kakak kembar Zahwa.

"Iya bang..." sahut zahwa sembari membuka pintu kamarnya.

"Assalamualikum solehahnya abang,!" Salam sang kakak.

"Waalaikumsalam solehnya adek..." sahut zahwa.

"Ayo turun...papa dan mama sudah menunggu diruang makan,!"

"Sebentar abang...buku matematika adek belum lagi jumpa..adek lupa semalam diletakkan dimana,!"

"Ck...kebiasaan deh kamu dek...! Ayo abang bantu cari..."

"Thanks abang sayang...!"

Gara begitulah sapaan akrab Anggara membantu sang adik mencari buku matematikanya.

"Duh bang...udah siang..hiks..buku adek belum jumpa juga,!" Ujar zahwa sudah mulai panik.

"Sstt jangan nangis dong sayang...abang bantu ini lho..." ujar gara.

"Kalo gak jumpa gimana,? Hiks..adek gak mau sekolah..." zahwa sudah menangis namun ia masih sibuk mencari buku tugasnya itu.

"Lho abang sama adek belum turun,? Papa sama mama sudah tunggu di ruang makan lho,!" Tegur Abraham Sauqi Arnanta putra tertua keluarga Arnanta.

"Hiks...hiks.." bukannya menjawab zahwa malah semakin sesenggukan.

"Lho kenapa ini solehahnya mas uqi,?" Tanya uqi pada zahwa namun yang ditanya masih asik menangis di tepi kasur. Karna tak mendapat jawaban dari adik perempuannya kini atensi uqi beralih pada adik lelakinya. "Bang adek kenapa,?"

"Oh itu mas adek lupa dimana meletakkan buku tugas matematikanya,!" Sahut gara masih sibuk mencari buku sang adik.

"Huuufffttt..dasar pelupa,! Buku adek kan sudah didalam tas sayang..semalam mas uqi kan yang bantu kemas,!" Ujar uqi sembari membuka tas milik sang adik dan menunjukkan buku tugasnya.

"Eh..." zahwa hanya memandangi buku yang ditunjukkan sang kakak dengan mata mengerjap "Lho...adek lupa mas..bang,!" Ujarnya kemudian.

Uqi dan gara hanya geleng kepala saja. Sifat pelupa,ceroboh dan manja sudah melekat pada bungsu keluarga ini.

"Ya sudah ayo turun nanti mas yang antar zahwa biar bang gara bawa motornya,, nanti pulangnya baru adek sama abang,!" Ujar uqi.

"Lah kenapa gak sekalian sama abang aja sih mas,? Mas uqi kan harus kekantor,!" Ujar gara.

"Mas itu kangen sama adek bang..mas juga pengen antar adek.." sahut uqi.

"Lah...orang serumah juga,!" Gerutu gara kesal,, pasalnya uqi dan gara memang seringkali berebut perhatian sibungsu. Menjadi putri tunggal dikeluarga Arnanta membuat zahwa begitu dimanja,,selalu diperlakukan layaknya putri oleh papa dan kedua kakaknya. Apapun yang diinginkan zahwa pasti akan di penuhi oleh kedua kakaknya.

"Assalamualaikum papa mama,!" Salam ketiganya kompak.

"Waalaikumsalam anak-anak papa,!" Sahut Faris tapi ia masih fokus pada koran paginya.

"Waalikumsalam anak-anak mama...ayo sini sarapan,!" Ketiganya pun menurut kemudian keluarga itu pun memakan sarapannya dengan hening karna sang kepala keluarga memang tak memgijinkan siapapun berbicara saat tengah makan. 30menit kemudian acara sarapan keluarga Arnanta telah selesai seperti biasa keluarga ini selalu menyempatkan berbincang sebelum beraktifitas.

"Lho...mata adek kenapa merah begitu,?" Tanya Faris saat ia tak sengaja memandang sang putri.

"Adek habis nangis pa..lupa letakkan buku tugasnya dimana,!" Kali ini garalah yang menyahut.

"Hm...kebiasaan adek mah,!" Omel sang mama.

"Jangan salahkan adek dong ma..namanya juga lupa,!" Bela gara tak terima adik tersayangnya di salahkan.

"Semalam adek belajar sama mas uqi..mas uqi yang siapkan semua buku adek di dalam tas jadi adek lupa kalau bukunya sudah ada di dalam tas,!" Jelas Uqi.

"Sudah..jangan diperpanjang yang penting buku adek sudah ada kan,?" Tanya Faris menengahi.

"Sudah pa.." sahut zahwa.

"Ya sudah ayo berangkat.. adek biar papa yang antar,!" Ujar Faris.

"Eh..hari ini adek sama mas uqi ya pa..." protes uqi.

"Ck...adek sama abang itu satu sekolah,,satu kelas,, jadi adek sama abang,! Lagian mas uqi sama papa kan harus kekantor,!" Ujar gara.

"Enak aja..adek sama papa,! Lagian kator itukan punya papa,,jadi tak apa jika papa telat sedikit,!" Sahut Faris.

"Ck..sombong,!" Cibir uqi dan gara bersamaan.

"Pokoknya adek sama mas uqi,!"kekeh uqi.

"Sama abang mas,!"

"Adek itu anak papa ya..jadi adek sama papa,!"

"Hey...kalian,!" Teriak sang ibu negara jengah dan seketika perdebatan tak berfaedah itu pun berhenti.

"Adek itu anak mama oke.. jadi hari ini adek berangkat biar mama yang antar sekalian mama mau belanja kepasar,!" Ujar sang ibu tak terbantahkan "Ayo sayang kita berangkat biarkan mereka berdebat,!"

Zahwa pun mengikuti langkah sang mama sembari terkikik geli.

"Ma...biar papa yang antar..!" Teriak faris lalu menyusul istri dan putrinya.

"Mama sama pak udin aja pa..kalau papa yang antar nanti mama pulang sama siapa,?" Sahut astrid saat mereka sudah berada diteras rumah.

"Ya sudah...nanti papa jemput ya dek..."

"Eits..adek bareng abang..!" Sahut gara.

"Okelah..."sahut Faris akhirnya.

"Adek berangkat ya pa..mas..bang adek duluan ya..assalamualaikum,!" Lamit zahwa sembari mencium punggung tangan papa dan kedua kakaknya.

Begitulah yang terjadi hampir disetiap pagi keluarga Arnanta. Zahwa begitu di sayangi oleh papa dan kedua kakaknya. Bahkan sang mama terkadang merasa tersisihkan namun Astrid sadar untuk mendapatkan zahwa dan gara memang butuh perjuangan yang berat. Dulu tubuh astrid tak kuat untuk mengandung bayi kembar,,maka dari itu saat kehamilannya astrid lebih sering menginap dirumah sakit.
Setelah kembar lahir pun perjuangan astrid dan faris belum berhenti,,putri kecil mereka saat itu masih harus berjuang agar bisa bertahan karna mereka lahir prematur jadi daya tahan tubuh zahwa sangat rendah. Bahkan saat zahwa berusia 7hari,zahwa sempat kritis karna sesak nafas. Zahwa harus bergantung pada obat dan vitamin sampai umur 10tahun. Maka setelah zahwa dinyatakan sehat oleh dokter keluarga Arnanta sangat bersyukur. Jadi tak heran jika keluarga itu sangat menjaga zahwa lebih ke posesif sepertinya. Sampai zahwa berumur 17tahun belum sekalipun zahwa dibiarkan keluar rumah sendiri. Lelaki dikeluarga itu selalu siap kapanpun zahwa butuh mereka terutama gara,,selain karna gara adalah kembarannya garalah yang memiliki waktu paling banyak untuk zahwa. Gara rela tidak ikut kumpul sahabat-sahabatnya demi zahwa.

---------------------------

Assalamualaikum...aku jadir dengan cerita baru.. semoga suka oke..jangan lupa vote dan komen..follow juga oke...😊😊😊
Terimakasih

BL 2019 SG

Aku Bukan PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang