23

10.1K 590 18
                                    


Tak terasa hari telah banyak yang berlalu..hari ini akad akan di ucapkan oleh Abraham Sauqi Arnanta atas nama Shalsabila Nur Afifa gadis manis yang insyaallah soleha pilihan sang mama.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan uqi.
Dibukakannya pintu kamar dan terlihatlah sosok manis berhijab pink yang tengah tersenyum.

"Assalamualaikum solehnya adek.."

"Waalaikumsalam solehanya mas uqi..."

"Boleh adek masuk mas,?"

"Hm...ayo,!" Ujar uqi sembari merangkul pundak adik bungsunya itu. Tiba di dalam kamar zahwa hanya terdiam dan memandangi seluruh isi kamar uqi yang sudah biasa ia lihat.

"Dek..kenapa,? Kayak gax pernah masuk kamar mas uqi aja...begitu banget sih liatnya.." tegur uqi sembari menjawil hidung zahwa.

"Tak apa mas...hanya saja lepas akad nanti kamar ini bukan lagi hanya milik mas uqi seorang..akan ada wanita yang jauh lebih berhak dari pada adek..nanti..saat kata SAH sudah terucap...mas uqi bukan lagi milik adek..akan ada wanita yang jauh lebih berhak atas diri mas uqi..
Mas...bisakah adek egois,? Sedari kecil adeklah yang mas uqi utamakan..semua untuk adek...perhatian.. kasih sayang dan cinta mas uqi sepenuhnya untuk adek..dan hari ini adek harus rela jika semua itu akan mas uqi bagi dengan pendamping hidup mas uqi.."

Tes...satu dua bulir air mata dengan sombongnya mengalir di kedua mata indah zahwa..uqi hanya terdiam membiarkan sang adik mengeluarkan apa yang ingin dia ungkapkan.

"Bisakah adek minta agar mas uqi tetap menjadi mas uqinya adek,? Bisakah adek berharap agar cinta dan kasih sayang mas uqi tak akan pernah berubah untuk adek,? Egoiskah adek jika adek meminta itu semua,? Terasa pantaskah jika adek mengharapkan itu dari orang yang paling berjasa setelah papa,? Hiks..sungguh mas adek bahagia mas uqi akan menyempurnakan agama mas uqi...hiks..hiks..." tangis zahwa semakin tak terbendung dan uqi hanya bisa mendekap penuh cinta tubuh mungil sang adik.

"Sudah,? Bisa mas uqi bicara,?"

"Hm..." gumama zahwa di dalam pelukan uqi.

"Adek tau cinta pertama mas uqi adalah mama...dan cinta kedua mas uqi adalah adek...mama dan adek memiliki tempat istimewa di hati mas uqi..istri dan putra putri mas uqi pun akan memiliki tempat yang istimewa di hati mas uqi tanpa menggeser tempat milik mama dan adek...jika hati ini bisa di ibaratkan bangunan..maka kalian akan memiliki ruang-ruang tersendiri di hati mas uqi tanpa perlu saling menyingkirkan...ingat sayang lelaki yang sudah menikah pun masih hak milik sang ibu..jadi mas uqi akan tetap menjadi mas uqinya zahwa...mbak shalsa akan menjadi ratu di istana baru mas uqi tanpa harus menggeser posisi ratu dan princess di istana mas uqi yang lain...jangan khawatir sayang..."

"Hiks...adek..hiks..adek takut mas uqi nanti lupa sama adek..."

"Hmmm...kalau mas uqi lupa biar abang yang ingatkan jika princess kecilnya arnanta ini sangat mencintai mas uqinya.." sahut gara dari ambang pintu.

Uqi dan zahwa pun melepas pelukan mereka dan mengalihkan perhatiannya pada tengah keluarga arnanta itu.

"Abang tak mau peluk mas uqi,?" Tanya uqi

"Lah...nanti juga tetap ketemu kan kita,? Buat apa coba.." sahut gara cuek namun tak ayal tetap memeluk kakaknya itu.

"Mas jadi imam yang baik ya buat keluarga mas uqi nanti,,dan harus bahagia.." ujar gara sembari menahan laju air matanya.

"Insyaallah ya solehnya arnanta...doakan mas uqi agar bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik mungkin..." sahut uqi.

"Ish..udah deh bang..sini biar adek yang peluk mas uqi..lagian nanti kalau mas uqi pindah adek gax akan bisa sering-sering peluk mas uqi lagi.." rajuk zahwa.

"Lah kan ada mahen.."

"Ish bedalah bang..abang mahen sama mas uqi itu beda...kalau abang mahen itu imam adek...cinta adek setelah kalian tapi maaf maaf aja nih ya..abang mahenlah prioritas adek sekarang..." sahut zahwa dengan bangganya.

"Jadi...kalau abang minta membandingkan besarnya cinta adek buat kami dan mahen..lebih besar mana,?"

"Abang dan mas uqi adalah hero adek setelah papa..dan kini abang mahenlah hero adek setelah kalian..agaknya cinta adek jauh lebih besar buat bang mahen...takut gax dapet jatah belanja lebih kalau bilang cinta adek lebih besar untuk kalian..hihihi" sahut zahwa di akhiri dengan candaan.

"Aish...gemes abang sama kamu sayang...awalnya udah bikin abang baper lho..eh ujung-ujungnya tetap ya uang belanja yang utama.." sahut azzie yang kini sudah ikut bergabung dengan tiga bersaudara itu.

"Iish...jangan merajuklah abang sayang..." sahut zahwa sembari mengerling nakal pada sang suami.

"Masyaallah dek...ayo kita ke kamar kita...abang kurung kamu karna udah bikin abang gemesh.."

"Aish...kalian ini bikin iri aku aja..udah ah aku mau turun...nampaknya ada yang mau ketemu sama calon pengantin kita ini.." ujar gara semabari menunjuk papa dan mamanya yang berdiri di depan pintu memperhatikan mereka.

"Ya sudah yuk dek kita benahi riasanmu..."

"Ayo.." sahut zahwa.

"Selamat ya mas..semoga nanti lancar.." doa azzie sebelum meninggalkan uqi.

"Makasih ya.."

Sepeninggal adik-adiknya uqi hanya diam menatap kedua orang tuanya itu.

"Hem...mama sama papa gak mau gitu peluk uqi,?" Ujar uqi setelah lama terdiam.

"Anak nakal..sini peluk mama.."

Greep..pelukan yang pasti akan sangat uqi rindukan.

"Pelukan ini..sebentar lagi bukan hanya milik mama,!" Ujar astrid kemudian CUP..ia kecup kening putra sulungnya itu.."kecupan ini sebentar lagi akan ada yang berikan selain mama.." dan dengan penuh kasih dibelainya kepala uqi.."nanti akan ada tangan lain yang membelai rambutmu..akan ada wanita lain yang memberikan kenyamanan untukmu..sayang istrimu adalah wanita.. ingat nak..mama dan adikmu juga wanita...jangan sakiti istrimu sebab sama saja kau akan menyakiti mama dan adikmu.." nasehat astrid membuat uqi terdiam.

"Mas..." panggil Faris kemudian ia tepuk pelan pundak uqi..."di pundak ini akan ada tanggung jawab besar...di pundak ini nantilah istrimu akan bersandar selain dari rabbNya...jaga dia...bimbing dia..."

"Insyaalah pa..doakan.. doakan mas uqi agar bisa menjalankan amanah ini.. doakan kebahagiaan putramu ini...maaf..jika selama ini uqi belum bisa menjadi seperti harapan papa dan mama.."

"Nak..bahagiakah kamu dengan pernikahan ini,?"

"Sangat ma...uqi yakin shalsalah yang memang Allah pilihkan untuk mendampingi uqi melalui mama..jangan merasa bersalah lagi..doakan saja uqi.." sahut uqi.

"Doa kami selalu bersamamu nak..ayo kita berangkat... sudah semakin siang ini.." ujar Faris.

"Mama dan papa duluan saja..sebentar lagi uqi menyusul.."

"Baiklah..jangan terlalu lama.."

Sepeninggal kedua orang tuanya uqi termanggu didepan cermin.

"Ya allah inilah takdirmu.. berikanlah kelapangan pada hati hamba..keiklasan yang tiada batas agar tak ada penyesalan yang menyakitkan..engkaulah pemilik hati hamba..engkaulah yang maha membolak balikan hati manusia..bismilah" doa uqi sesaat sebelum ia turun dan bergabung dengan keluarga besarnya.

"Nah...ini dia pengantin kita..wah uqi terlihat sangat tampan...om yakin istri kamu akan terpesona,!" Goda sepupu dari papanya itu.

"Ya iyalah tampan..kamu gax lihat kalau papanya aja setampan ini..?" Sahut Faris..gurauan-gurauan singkat yang mampu meredam sedikit gugup di hati uqi.

"Ayo kita berangkat..bismillah" ujar sang kakek.

Keluarga besar itupun begerak menuju ke kediaman calon istri uqi.

--------------------------
BL 2019 SG

Aku Bukan PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang