16

6.8K 958 41
                                    

"Cia, buka pintunya nak."

"Cia buka pintunya sebentar ya sayang?"

"Cia ngantuk ma."

"Sebentar aja. Ada Seungwoo di bawah. Kamu ngobrol bentar ya? Nak?"

"Bilangin Cia sibuk."

Suara langkah kaki mama ngejauh dari kamar gue.

Kenapa lagi? Ada apa lagi kesini? Gue udah cukup sabar buat ngadepin masalah kaya gini. Terus apa lagi sekarang? Mau jelasin bagian mananya? Kemarin-kemarin kemana? Udah ke gep baru mau ngomong.

Galama gue denger suara mobil keluar dari halaman rumah.

Mama ngetok kamar gue lagi.

"Cia? Bukain dong, mama mau masuk."

Gue jalan buat buka kunci pintu terus duduk lagi di kasur.

"Kenapasih mama biarin dia kesini?"

"Mama nggak enak sama tante Eva Ci, biar gimana pun Seungwoo anak sahabat mama."

"Kamu bantuin mama masak ya? Papa mau pulang nanti sore. Kamu jangan nangis-nangis lagi, ya?"

"Iya ma, Cia cuci muka dulu," mama keluar dari kamar. Gue langsung cuci muka terus jalan ke bawah.

"Papa kok pulang sekarang ma? Bukanya belum jadwal?"

"Kangen kamu kali makanya pulang cepet," mama ketawa.

Gue bantu masak sayur sama nyiapin mrja makan. Biasanya waktu papa pulang dari dinas luar kota atau luar negeri, papa selalu minta disiapin banyak makanan.

Papa itu orangnya disiplin, selalu bersikap sesuai kenyataan. Dalam satu hari, papa bisa jadi orang paling humoris di rumah, tapi bisa tiba-tibah berubah jadi tegas kalau ada apa-apa.

Galama ada suara pintu rumah dibuka.

"Papa!" Gue langsung meluk papa.

"Cia kangen." Gue nangis. Nggak tau kenapa waktu lihat papa gue malah keinget Pak Seungwoo.

"Kamu kenapa nangis?"

"Cia kangen papa."

"Yakin? Nggak ada yang lain?"

Gue geleng. Papa ngelepasin pelukan terus ngajak gue ke ruang tv.

"Mana oleh-oleh Cia?"

"Udah gede masih minta oleh-oleh?"

"Biarin! Oleh-oleh nggak memandang umur pa." Papa ketawa.

Mama gabung bawain teh buat papa.

Terus kita makan bareng.

"Seungwoo gimana?" Raut muka papa serius.

Gue cuma diem. Bingung mau jawab apa.

"Kan papa udah bilang, jangan karena Eva temen mama, jadi jodohin Cia seenaknya. Biarin dia seneng-seneng dulu sama kuliahnya. Seungwoo biar gimanapun juga nggak akan akan cepet lepas sama mantan istrinya. Apalagi dia cerai belum lama."

"Mama nggak enak pa. Eva itu temen deket mama. Dia selalu ceritain Seungwoo ke mama."

"Susah. Papa nggak mau Cia jadi sakit hati lagi."

Omongan papa mutlak. Nggak bisa diganggu gugat.

🐗🐗🐗

Hari Senin ini gue ngampus pagi. Nggak mood sama sekali rasanya. Apalagi denger omongan papa tadi malem gue jadi makin bimbang. Perasaan gue makin nggak karu-karuan.

Papa nggak mihak kemanapun. Kak Yohan atau Pak Seungwoo. Papa bilang sekali cowok nyakitin perempuan, berarti itu jadi pintu buat sakit hati selanjutnya.

"Ma, Pa, Cia berangkat dulu."

Kak Yohan. Hari ini dia minta buat nganter gue.

"Papa kamu pulang?" Kak Yohan nanya ditengah perjalanan.

"Tau dari mana?"

"Itu tadi mobilnya."

"Iya."

"Seharusnya kakak tadi mampir dulu."

"Nggak keburu. Papa juga lagi sibuk kayanya."

"Yaudah. Lain kali aja kakak ketemunya."

Papa nggak sibuk. Dan bukan nggak keburu. Tapi terlalu sensitif buat bawa kak Yohan ke papa sekarang.

"Udah sampe. Belajar yang bener jangan cuma titip absen doang," Kak Yohan ngacak rambut gue.

"Iya bawel," gue turun dari mobil. Kak Yohan pergi dari kampus gue nggak lupa ngeklakson dulu. Gue cuma dadah-dadah.

"Cia, ikut saya," tangan gue ditarik tiba-tiba.

"Bapak apa-apaan sih? Kalau ada yang liat gimana?"

Pak Seungwoo narik gue ke ruangan dia. Terus dia nutup pintu.

"Kamu udah dapet yang baru aja?"

"Kamu jalan sama Yohan Cia! Kenapa? Kenapa kamu tega sama saya?" Pak Seungwoo pake suara tinggi.

"Bapak apa-apaan? Hak saya buat jalan sama siapa aja. Memang bapak kemarin jalan sama sama cewek saya ngelarang?"

Pak Seungwoo ngusap wajahnya kasar.

"Tolong dengerin penjelasan saya Cia," Pak Seungwoo mohon sambil berlutut.

"Bangun pak, saya nggak sopan kalau gini."

"Saya rela harus sujud di kaki kamu kalau kamu mau dengerin saya. Tolong Cia. Sekali ini aja tolong dengerin saya."

"Bapak bangun atau saya keluar." Pak Seungwoo berdiri. Megang tangan gue tapi gue tepis.

"Maafin saya. Tolong maafin saya. Saya bodoh udah ninggalin kamu sendirian dan nggak ngasih kabar tolong ma-"

"Dan bawa perempuan. Ya kan pak? Bapak nggak lupa kan?"

"Cia tolong maafin saya saya bisa jelasin. Dia, dia m-mantan istri saya-"

Plak!

"Cukup tau pak. Cukup tau kalau sebenernya bapak main-main sama saya. Saya tau, saya tau menurut bapak saya ini aka kecil ya kan pak? Yang bisa seenaknya dibohongin. Ditinggalin gitu aja. Saya tau bapak pikir saya bodoh. Tapi saya punya hati pak. Saya punya perasaan! Sakit pak!" Gue langsung keluar dari ruangan Pak Seungwoo.

"Cia!"

"Cia dengerin saya!"

Persetan sama orang-orang yang liatin gue. Biar mereka tau segimana busuknya dosen yang mereka puja-puja itu.














































Jangan amuk aku gais huhu. Ini aku lagi sibuk-sibuknya sama tugas. Sama ada masalah dikit. Tapi aku usahain habis ini updatenya sering. Tagih aja tagih kalo ga update".

Makasih juga buat 25k readers huhu. Kalian terbaik!

Apakabar nih yang oleng ke kapal CiaYohan hehe.

Eh CiaSeungwoo hehe.

Tenang aja konfliknya belum selesai hehe *damai*


So? Lanjut?

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang