Awal Bukan

2.9K 320 15
                                    

Ini udah tiga bulan sejak gue dibawa ke keluarga Mas Seungyoun waktu itu.

Jujur gue merasa nyaman, nyaman banget. Perlakuan Mas Seungyoun ke gue baik banget.

Papa sama Mama juga jadi makin deket ke Mas Seungyoun.

Hingga dua minggu yang lalu gue kepikiran sesuatu.

Tentang nasib gue yang harus menjadi ibu rumah tangga nantinya setelah gue menikah sama Mas Seungyoun.

Hampir di setiap kesempatan Mas Seungyoun selalu mengarahkan pembicaraanya ke arah itu. Gue yang nggak usah berkarir lagi setelah menikah nanti.

Bukan gue nggak peka, tapi kayaknya juga hampir di setiap waktu dia bahas itu gue selalu mengarahkan pelan-pelan apa yang gue mau. Berkali-kali gue menjelaskan tentang jalan hidup gue. Gimana gue yang sangat ingin meraih cita-cita gue. Apalagi diibaratkan tinggal selangkah lagi impian gue tercapai.

Tapi cara pandang kita beda. Mas Seungyoun yang awalnya mendukung keputusan gue makin kesini makin pro dengan mamanya.

Itu juga yang bikin intensitas debat di hubungan kita meningkat.

Apalagi sekarang dia lagi sibuk-sibuknya sama projek kantor yang bikin jarang komunikasi waktu buat gue.

Gue pun sebenernya nggak menuntut Mas Seungyoun untuk selalu sama gue. Karena gue tau dia orang penting dan pasti sibuk, pun gue juga sama-sama sibuk.

Tapi di kasus ini, komunikasi kita yang makin jarang bikin banyak misskom.

Runyam banget rasanya masalah seserius ini yang harusnya bisa kita bicaraain bareng tapi bahkan buat ngatur waktu ketemu pun sulit.

Tapi malam ini gue coba untuk sekali lagi ngomong lewat telfon. Pelan-pelan, Mas Seungyoun pasti juga kecapekan karena sibuk banget

🐗🐗🐗

"Omongan mamah dulu bikin Cia kepikiran. Kasian ma."

"Ya gimana? Inikan tradisi nenek kamu Youn. Mama juga milih yang terbaik buat kamu. Lagian apa nggak bisa kamu bujuk buat berhenti kerja aja?"

"Ma, Cia ngalamin banyak struggle buat nyelesaiin kuliahnya. Itu cita-cita dia, kasian ma. Lagian Cia bilang ada saatnya buat berhenti tapi nggak setelah nikah."

"Ya terus kamu sendiri gimana? Mau? Habis nikah ditinggal istri kerja. Kamu balik ke rumah, iya kalau Cia udah pulang. Kalau belum?"

"Mah, ya itu namanya resiko. Seungyoun nggakpapa kok."

"Nak, nggak mau kamu pulang disambut istri? Berangkat bareng istri? Iya kalau kalian berangkatnya bareng, kalau beda jam? Ketemu cuma malem, dia tidur kamu juga tidur."

"Mah tapi kan-"

"Youn ikuti kata hati kamu. Kamu sebenernya setuju sama mama kan? Kamu sebenernya mau kan Cia nggak kerja?"


🐗🐗🐗


"Cia kalau ada masalah kasih tau ya? Jangan dipendam sendiri. Kita harus mulai saling terbuka."

"Iya mas."

"Jadi?"

Mas Seungyoun kayaknya peka gue dari tadi diem aja.

"Jujur aja aku kepikiran tentang mamanya mas."

"Itu lagi?"

"Aku nggak bisa mas kalau harus ninggalin pekerjaan aku. Bahkan aku mulai kerja pun belum."

"Iya Cia aku paham."

"Mas udah nyoba ngomong sama mamanya mas?"

"Udah, tapi mama tetep kekeuh. Udah aku coba ngertiin mama tapi mama tetep sama jawabanya."

"Jadi aku harus gimana mas? Aku nggak bisa kalau nanti ninggalin pekerjaan aku secepat itu. Aku nggak mau kuliahku sia-sia."

"Iya Cia ngerti. Tapi Mas boleh tanya?"

Gue memgangguk pelan.

"Apa kamu nggakmau nanti setelah nikah nyambut mas sehabis pulang kerja?"

"Mau?"

"Nah itu, sayang pendidikan kamu itu dokter, kerja nanti pun bakal jadi dokter. Apa itu bisa menjamin kamu bakal bisa nyambut mas pulang kerja?"

"Mas-"

"Iya Cia aku paham. Tapi coba pelan kamu pahami aku juga. Aku masih bisa kok cari uang buat kamu. Penuhin semua kebutuhan kamu. Cukup Cia."

"Tapi aku mau kerja mas."

"Kamu bisa kerja di rumah Cia. Apa pun itu yang di rumah aku bolehin."

Gue menatap Mas Seungyoun kecewa.

"Bukanya kita uda bicaraain ini berkali-kali? Cia capek mas jujur,  harus debat setiap hari."

"Cia, aku juga capek. Tapi semua nggak bakal selesai kalau cuma capek. Kita masih bisa ngomongin ini Ci."

Tepat setelah itu, mobil Mas Seungyoun sampai di depan rumah gue.

"Aku capek mau istirahat. Mas gausah telfon Cia. Jangan lupa istirahat juga."

Gue keluar dari mobil Mas Seungyoun.

Selalu kayak gini.

"Halo Ma? Cia ada udah di depan rumah tapi tiba-tiba ditelfon temen suruh nemenin. Kasian Ma di rumah sendiri suaminya dinas. Cia langsung aja ya ma gausah masuk?"

"Yaudah hati-hati. Jangan ngerepotin temen kamu."

"Iya ma."

-









Jangan hujat aku hyung😂

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang