Dulu, menunggu, kini, putuskan

4K 400 21
                                    

Kalian nggak bingung covernya aku ganti kan? Hehe

Happy reading^^

"Ayo, katanya nggak enak kalau yang lain tau?"

"Iya sebentar."

Jaga malem malah berasa diajak main Pak Seungyoun, beneran. Mau sama anak-anak guenya malah ditarik dia gini.

Kalau gue nggak yang debat dulu sama dia, beneran jadi bahan omongan orang. Serius.

Kita keluar terus jalan ke IGD. Yang mau gue, Pak Seungyoun mah ya terserah. Udah gue suruh pulang dianya nggak mau.

"Ini kan punya keluargaku, santai aja anggap rumah sendiri." Biji palak kau meledak! Enteng banget ya ngomongnya.

"Cia bentar, itu Seungwoo bukan ya? Mau ke sana?" Pak Seungyoun nunjuk cowok yang lagi duduk di ruang tunggu IGD sendiri.

"Terserah bapak."

Pak Seungyoun beneran nyamperin Pak Seungwoo.

Aneh banget gue nyebut Pak Seungwoo. 

Yailah.

"Woo?" Panggil Pak Seungyoun.

"Youn? Lo ngapain di sini?" terus keliatan kaget waktu gue nongol dari belakangnya Pak Seungyoun.

"Siapa yang sakit?"

"Dongpyo."

"Dongpyo sakit? Kok bisa? kata dokter sakit apa? Terus sekarang gimana?"

"Nggakpapa Ci sekarang lagi di dalem sama neneknya," kata Pak Seungwoo. Loh berarti orangtuanya Pak Seungwoo ada di sini juga? 

"Sakit apa Woo?"

"Katanya sih demam tapi besok pagi mau di cek lab lagi. Kasian anaknya kaget, ini gue lagi keluar aja cari angin."

"Istri lo?"

"Ada di rumah. Youn ini gue ditelepon gue duluan ya?" terus Pak Seungwoo langsung pergi.

sumpah mukanya nggak enak banget, kayak yang cape banget. 

"Kasian Dongpyo," kata gue masih ngeliatin ruangan Dongpyo dirawat.

"Kamu mau jenguk?" gue langsung geleng kepala. bikin Pak Sungyoun ngusap kepala gue.

"Seungwoo pindah kesini," kata Pak Seungyoun lagi.

pantesan.

"Keluarganya lagi nggak harmonis, aku juga nggaktau pastinya tapi beberapa kali aku ketemu dia kayak gitu. Kasihan Dongpyo masih kecil." 

Gue ngangguk-ngangguk. Bingung, serius mau nanggepin apa. Di satu sisi gue udah nggak ada urusan sama mereka di sisi lain gue sedikit tau gimana cerita mereka dulu.

Gue harus bener-bener memilah sikap gue. Nggak bisa lagi sembarangan bahkan kekanak-kanakan. Berkali-kali gue bilang gue memilih buat memaafkan yang kelihatanya masih bisa gue maafkan. Anggap aja gue baru kenal mereka, masalalu itu udah dulu.

🐗🐗🐗

"Cia, aku pulang dulu ya? Kamu gapapa kan aku tinggal?"

"Iya gapapa. Bapak hati-hati jangan ngebut. Jangan ngantuk! Kalau udah sampe kabarin."

"Iya sayang. Salam buat yang lain." Pak Seungyoun ngusak kepala gue terus pulang.

Sayang sayang enak aja. Sayang beneran mau tanggung jawab?

"Silir Ci jalan sama calon?"

"Apaan sih mbak! Ngawur aja ngomongnya."

"Halah gausah ngeles kamu, seneng kan?" Tanya mbak Shinta lagi, senior di sini.

"Merah pipimu Ci. Udah jelas sih, iya."
Mbak Shinta ketawa.

Salah satu senior yang deket sama gue. Banget malah. Gue anggap sebagai kakak sendiri.

"Kayaknya emang udah saatnya kamu buka hati Ci, nggak kasian kamu Pak Seungyoun udah nungguin kamu dua tahun. Ya kamu nggak bodoh lah mengartikan sikap Pak Seungyoun ke kamu itu apa."

"Mbak apa deh? Makin malem makin gajelas."

"Jangan ngalihin pembicaraan. Kasian Ci, orang juga punya limitnya masing-masing. Dua tahun tuh kayaknya cukup banget buat mulihin hati kamu. Beneran deh Ci, mbak udah ngalamin asam garamnya dunia percintaan. Ih apa banget bahasanya! Ya pokoknya kamu ngerti lah!"

"Mbak tau aku kan? Aku gasiap. Berturut-turut itu mbak. Ibarat aku baru masuk dunia kayak gini langsung dikasih gagalnya. Aku takut mbak."

"Kalau kamu takut, kamu nggak bakal mau nyoba. Udah ada yang bantu Ci, tapi kalau diri kamu aja belum ngizinin ya nggak bakal berhasil."

Mbak Shinta narik napas panjang.

"Hidup nggak melulu tentang gagal dan takut Cia. Anggap itu pembelajaran. Kamu nggak liat effortnya Pak Seungyoun ke kamu? Dia itunganya sabar banget loh Ci ke kamu. Coba bayangin, mana ada yang mau nunggu sampe dua tahun gini? Padahal mapan iya, ganteng jangan ditanya."

"Ih mbak!"

"Hahaha.. pesen mbak sih sekarang, selagi ada kesempatan ya coba. Jangan sampe kamu nyesel. Pak Seungyoun orang baik Ci."

"Mbak peluk!" Gue meluk mbak Shinta. Kayak, mamah kedua gue di sini. Umur kita nggak terpaut jauh, tapi dia dewasa banget.
-











Notenya agak panjang hehe.

Lama banget gaapdet maaf ya. Harusnya produktif gini tapi ini malah kurang kesentuh.

Untuk kemarin, makasih buat semua kakak kakak yang mau berbagi pengalaman ttg organisasi di kampus❤

Aku ada cerita baru buat bucinya wooseok, bisa cek akun ku^^

Aku juga buat AU buat yang punya twitter bisa di cek judulnya "Ketupel" di twitter ku @akujodohesa atau bisa klik link di profil aku. Ayo mutualan boleh banget hehe^^

Juga kalian yang mau mutualan di instagram, bisa cek ig aku di @riginadilla dm atau komen buat follback^^

Terakhir, tetep jaga kesehatan dan jangan keluar rumah.

Terimakasih sudah membawa cerita ini sampai 200.000 pembaca lebih. Kalian luar biasa. Makasih banyak banyak buat kalian ❤❤

Semoga kalian gabosen sama cerita ini ya^^

Lanjut?

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang