35

3.8K 410 16
                                    

Selamat tahun baru!

Happy reading!

"Kenapa lo? Udah jelek nggak usah sok ditambah-tambahin," celetuk Gita waktu gue dateng.

"Tauk! Kayak habis ketemu mantan tau nggak muka lo, suram." Anya ketawa, Gita juga ketawa.

"Emang."

"Hah? Siapa? Kak Yohan?" Gue ngangguk.

"Dimana? Pasti jemput Jisoo, kan? Kan?" Gue ngangguk lagi.

"Lah terus apa masalah ngana? Wajar dong."

"Ya iya sih, tapi tadi gue lihat mb-"

"Cia, pulang sekarang?" Tiba-tiba Pak Seungwoo nepuk pundak gue.

"Yah Pak, baru juga duduk anaknya. Nongkrong bentar bisa kalik," kata Anya.

"Nya kayaknya kemarin tugas kamu kurang dua, nanti malem kirim saya ya."

"Eh eh, jangan gitu dong Pak hehe. Yaudah bawa aja Cia gapapa kok saya ikhlas."

Pak Seungwoo senyum.

Ngeri.

"Duluan ya Gita, Anya." Habis gitu Pak Seungwoo gandeng tangan gue ke mobil. Sadar nggak sih dari tadi dilihatin degemnya?

"Kamu kenapa?" Tanya Pak Seungwoo begitu sampe di dalem mobil.

"Gapapa."

"Yakin? Tadi kamu cerita apa sama temen kamu?"

"Bapak nguping ya?"

"Enak aja, nggak sengaja denger. Apa? Yohan lagi?"

Pak Seungwoo jalanin mobilnya.

"I-iya eh bukan. Bukan Kak Yohannya. Tadi saya lihat mbak Wendy ikut jemput Jisoo juga."

"Wendy? Ngapain?"

"Saya juga nggak tahu."

"Sebel banget ya kamu sama dia?" Pak Seungwoo ketawa sambil ngacak rambut gue.

"Ya gitu. Nggak tau deh Pak, kayaknya biasa aja saya lihatnya."

"Yaudah nggak usah dibahas lagi ya? Nanti kamu tambah sebel. Yang penting kamu nggak diapa-apain sama dia."

Gue ngangguk.

🐗🐗🐗

"Ma, gimana?"

"Gimana apanya?"

"Itu undanganya, mama dateng?"

"Ya kalau dateng tinggal dateng. Emang kenapa sih kamu? Kalau kamu nggak dateng yang ada Yohan mikirnya enggak-enggak." Mama duduk di depan tv.

"Tapi kan Ma, masih sebel Cia sebenernya."

"Sebel gimana? Kamu kalau nggak mau dateng ya nggak usah, nggak ada yang maksa. Lagian emang kamu nggak malu apa? Ntar ngiranya kamu belum bisa ngelupain dia lagi."

"Gitu ya? Tapi papa marah nggak?"

"Ya nggaklah! Aneh kamu." Mama noyor kepala gue.

"Yaudah kalau gitu kita berangkatnya bareng Pak Seungwoo ya ma?"

"Bucin terus kamu! Terus mama sama siapa?"

"Ya sama papa, nanti kita berangkat bareng keluarganya Pak Seungwoo."

Mama ngangguk-ngangguk.

Udah gitu gue langsung masuk kamar. Ngerebahin diri sambil sedikit peregangan. Otak gue kaku asli! Nggak habis pikir gue.

Kok bisa ya dulu gue nggak tau kalau mantan istrinya Pak Seungwoo itu saudaranya Kak Yohan?

Kenapa dunia rasanya se-sempit itu?

Apa hidup gue nggak bisa keluar dari circle ini? Maksudnya kenapa bisa berhubungan kayak gini. Jadinya gue juga bingung ambil sikap gimana.

Kenapa juga secepet ini Kak Yohan nikah. Nggak tunangan tapi langsung nikah. Gue nggak yakin gimana Kak Yohan.

Tapi gue punya hak apa? Nggak ada. Gue sekarang bukan siapa-siapanya. Gue nggak seharusnya mikirin milik orang lain sedangkan gue juga milik orang lain.

Stop it! Cia, pikiran-pikiran kayak gini cuma bikin lo sakit hati.

Apalagi mbak Wendy, biar sejahat apa pun dia tetep mamanya Dongpyo. Orang yang udah ngelahirin Dongpyo. Gue nggak seharusnya sebenci ini sama dia.

Gila! Gila gue mikirin semuanya. Udah capek hati gue, nggak seharusnya ditambah-tambah gini.
-




















Tenang baru pemanasan hehe.
Sekalian aku mau nanya dong tolong dijawab ya hehe

Kalian nemuin cerita ini dari mana?

Menurut kalian cerita ini gimana? Misal bahasanya, konfliknya, karakternya, dll.

Ada kepikiran nggak buat baca cerita ini versi cetak?

Kalau enggak kenapa, kalau iya kenapa.

Udah itu doang. Dijawab ya hehe tencuu

Lanjut?

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang