Is It Enough?

4.7K 520 69
                                    

Nyatanya yang indah gaselamanya indah. Kamu, aku, kita semua selalu sembunyi dibalik kata manis yang hanya sekedar manis.

🐗🐗🐗

"Kenapa Ci?" Tanya mama.

Sumpah ini gue bengong banget. Itu tadi? Gue gasalah denger kan?

"Gajadi pergi ma. Cia keatas dulu ya?"

Gue buru-buru naik ke kamar gue.

Nggak nggak! Nggak mungkin.

Apasih aneh banget.

Ci, its enough!

Lo kenapa sih?

Nggak mungkin kan?

Bahkan kalau mungkin pun lo udah nggak ada apa-apa lagi kan? Iya kan Ci?

Bangsat.

🐗🐗🐗

"Cia! Turun dulu ini ada nak Seungyoun!" Mama teriak dari bawah.

"Iya ma!"

Gue buru-buru rapiin penampilan terus turun. Tumben banget magrib-magrib kesini.

"Gih temenin ngobrol, mama mau keluar aja."

Habis ngomong gitu mama beneran keluar rumah. Tinggal gue sama Pak Seungyoun.

"Ada apa?"

"Maaf ya tadi nggak bisa jalan, aku ada rapat mendadak jadi nggak bisa di tinggalin."

"Iya nggakpapa. Bapak kalau capek nggak usah kesini nggakpapa."

"Aku kan udah bilang tadi mau ke sini. Udah nggak usah dipikirin, kamu belum makan kan?" Pak Seungyoun nyodorin plastik ke gue.

"Sana ambil piring, aku sengaja nggak makan biar bisa bareng kamu." Pak Seungyoun ngasih gerakan ngusir gue.

Gue ngambil piring, sendok, sama minum buat Pak Seungyoun. Dua ya! Enak aja satu.

"Kenapa nggak makan dulu?"

"Maunya sama kamu." Pak Seungyoun senyum.

ANJIR

:)

"A-apa sih Pak!"

"Dih pipinya merah!"

"Pak Seungyoun!"

"Hahaha! Gemes banget kamu kalau lagi malu, pengen saya gemesin!" Pak Seungyoun nyubit hidung gue.

Astagfirullah hati

Sabar ya.

"Bapak jadi makan nggak sih?"

"Maunya di suapin kamu."

"Apasih kayak anak kecil!"

Pak Seungyoun ketawa.

Terus gue bukain bungkusnya isi nasi goreng buat Pak Seungyoun sama punya gue sendiri.

"Tadi aku ketemu sama Seungwoo."

"Uhuk-"

"Eh kamu kenapa? Minum."

Pak Seungyoun nyodorin minuman ke gue.

"Kamu hati-hati dong kalo makan. Enakan belum?" Pak Seungyoun ngelus punggung gue.

"Maaf."

Terus hening.

Baik gue sama Pak Seungyoun sama-sama diem.

Gue masih mencoba mencerna apa yang Pak Seungyoun omongin.

Sadar sama omonganya tadi, Pak Seungyoun bilang, "Kamu kaget ya?"

"Hah? E-enggak."

"Urusan bisnis aja kok. Kamu kalau nggak suka aku ketemu Seungwoo yaudah aku nggak main."

"Eh enggak kok nggakpapa. Kan temen bapak juga, saya gapapa."

"Kamu.. Masih marah ya sama dia?"

Pak Seungyoun kenapa sih?

"Enggak."

"Bagus deh kalau enggak. Seungwoo lagian udah rujuk sama istrinya."

Hah?

Gimana-gimana?

"Ci, kamu nggakpapa kan?"

"E-eh? Saya nggakpapa emangnya kenapa? Bagus dong kalau rujuk. Kayaknya mereka juga cocok."

Yang satu goblok yang satunya mau aja digoblokin.

"Aku kasian sama Dongpyo, Wendy nggak berubah sama sekali. Seungwoo kayaknya juga agak gimana gitu sama istrinya."

Yaiyalah! Manusia uler kayak gitu gimana bisa baik?

"Dia kelihatan nggak bahagia. Tapi who knows? Siapa tau dia cuma stres pekerjaan. Semoga aja gitu."

Semoga? Semoga haha. Tapi boleh nggak kalau dia kelihatan nggak bahagia itu buat alesan lain?

"Ci? Kok ngalamun?"

"Hm? E-enggak, iya kasian Dongpyo."

"Kalau itu malah buat kamu sedih, nggak usah dipikirin. Gih makan keburu dingin. Kasian nasinya nangis kamu diemin."

"Apasih Pak? Jangan mulai deh!"

"Hahahahaha!"
-





















Hai? Aku boleh minta tolong nggak kasih semangat hehe. Aku baru down gara gara sesuatu dan wattpad hari ini jadi pelarian aku☺

Makasih!! Makasih buat kalian semua❤

Lanjut?

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang