34

4.5K 535 14
                                    

"Gimana skripsi kamu?" Tanya Pak Seungwoo waktu kita sampe di rumahnya.

Ini setiap hari kalo nggak di rumah gue ya di rumah Pak Seungwoo. Ngapain? Ya main lah hehe.

"Ya gitu, sama Pak Dongwook minta revisi terus." Gue dudukin badan di sofa depan tv.

"Mama!" Dongpyo lari ke arah gue terus langsung meluk gue.

"Bangun tidur ya?"

Dongpyo ngangguk cepet.

"Papa, Dongpyo mau lihat tv!" Kata Dongpyo sambil ngebenahin duduknya di pangku Pak Seungwoo.

"Iya tapi jangan teriak ya?"

Dongpyo ngangguk lagi. Terus di nyalain tv nya sama Pak Seungwoo. Terus Dongpyo jadi anteng banget.

"Lagian kamu kenapa milihnya Pak Dongwook? Tau orangnya rewel gitu."

"Lagian siapa yang ngajak saya bolos terus? Kan saya dapet sisanya." Pak Seungwoo ketawa.

Tok..tok..

"Bapak ada janjian ya?"

"Enggak."

"Biar saya aja yang buka."

Gue berdiri terus ngebukain pintu. Soalnya Pak Seungwoo kan lagi ngepangku Dongpyo.

"Kak Yohan?"
-



























Ett becanda hehe, lanjut wkwk

Gue kaget banget demi apapun. Orang yang akhir-akhir ini jadi pikiran gue tiba-tiba ada di depan gue.

"Cia?" Kak Yohan keliatan sama kagetnya kayak gue. Tapi buru-buru normalin ekspresinya lagi.

Dikira sini nggaktau.

"Ada apa? Mau ketemu Pak Seungwoo?"

Gue mencoba untuk sebiasa mungkin bicara sama Kak Yohan. Nahan banget rasanya.

"Iya, tapi sama kamu aja gapapa. Dua minggu lagi aku bakal nikah sama Jisoo, aku mau ngasih undangan buat Kak Seungwoo. Ini sekalian punya kamu juga." Kak Yohan nyerahin dua undangan ke gue.

HAH?

"Dateng ya? Ke akad aku aku juga," kata Kak Yohan sambil senyum.

"I-iya. Selamat ya Kak, semoga acaranya lancar."

"Makasih, kalau gitu aku pulang ya? Salam ke Kak Seungwoo."

"Iya, makasih."

Kak Yohan masuk ke mobil terus jalanin mobilnya. Nggak sengaja gue lihat dari jendela mobil yang kebuka..
Mbak Wendy?

Gue tutup pintunya terus balik lagi ke Pak Seungwoo dengan langkah gontai. Sumpah gue jadi nggak ada semangat hidup sama sekali.

"Siapa Ci? kok nggak disuruh masuk? Udah pulang ya?" Tanya Pak Seungwoo begitu gue duduk.

"Kak Yohan."

"Yohan? Ngapain? Kamu nggak diapa-apain kan?"

Gue ngegeleng.

"Ini." Gue serahin undangan pernikahan Kak Yohan ke Pak Seungwoo. Dia kelihatan kaget waktu baca undangan.

"Dua minggu lagi Kak Yohan mau nikah."

Artinya dua minggu lagi Kak Yohan bakal jadi milik orang lain.

Nggak, gue nggak marah. Gue nggak ada hak buat marah.

Tapi kenapa secepet ini? Kak Yohan bahkan di Indonesia belum ada enam bulan.

Kak Yohan beneran udah lupain gue ya?

"Cia? Kamu nggakpapa?"

"Hah? Nggakpapa, saya kenapa emangnya?"

"Kenapa ngalamun hm? Yohan udah bahagia sama calonya, kalau belum ya seenggaknya dia udah mau berusaha. Jangan kamu bebani dia sama pikiran kamu itu.

Kamu tinggal berdoa semoga Jisoo emang perempuan yang tepat buat gantiin posisi kamu di hati Yohan."

"Enggak! Bapak ngomong apa sih? Saya nggak mikirin Kak Yohan. Kenapa saya harus mikirin oranglain kalau saya udah punya bapak?"

"Saya tau Ci," jawab Pak Seungwoo lirih tapi masih bisa gue denger.

Maaf Pak, maafin saya.

"Tapi Pak, mbak Wendy tadi ikut."

"Terus kamu nggakpapa kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?"

"Enggak Pak, saya nggakpapa."
-


















Segini dulu ya hehe, tau kok kalau ngegantung '-' anggep aja angin lewat.

Rencananya sih mau cepet tamat, kalian maunya gimana? Ada ide?

Lanjut ga nih?

Dosen | Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang