Patah hati adalah guru terbaik untuk menyadarkan betapa bodohnya kita berharap pada seseorang.
🐗🐗🐗
Setiap kejadian pasti akan berlalu. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun.
Dua tahun lalu gue adalah Cia yang kekanak-kanakan. Cia yang selalu mengharap seseorang. Cia yang selalu menyalahkan diri sendiri. Cia yang nggak bisa belajar dari pengalaman dan akhirnya jatuh di lubang yang sama.
Kejadian dua tahun lalu nggak hanya soal gue yang ditinggalkan, tapi tuduhan dan hinaan yang gue dapat rasanya nggak sepadan sama apa yang sebenernya terjadi.
Tapi gue anggap semuanya udah selesai. Hubungan gue udah bener-bener selesai. Butuh berbulan-bulan buat gue sembuh dari segala keterpurukan. Dan sekarang gue mencoba untuk membuka lembaran baru.
Kebenaran masih belum terungkap. Dan gue nggak tahu apa akhirnya akan kebuka semuanya atau akan berakhir kayak gini.
Orangtua gue maupun pihak sana sepakat untuk nggak melaporkan ini ke polisi demi nama baik perusahaan masing-masing.
Kalau gue pribadi, mau dibawa ke polisi pun nggak jadi masalah. Gue memang nggak salah.
Kehidupan gue setelah dua tahun ini rasanya juga udah beda. Gue bukan lagi mahasiswa kedokteran yang sibuk dengan skripsi. Sekarang gue lagi koas di salah satu rumah sakit, tepatnya Cho Hospital Center. Seenggaknya dengan kesibukan baru gue ini, bisa bantu gue lupa.
"Halo? Cia pulang sekarang?"
"Iya."
"Aku di parkiran."
"Iya saya kesana."
Tut.
"Udah lama?" Tanya gue setelah masuk ke dalam mobil.
"Lumayan, tadi rapatnya dimajuin jadi bisa jemput kamu lebih cepet. Ternyata kamu belum keluar."
Gue menghela napas kasar.
"Harusnya Bapak kalau sibuk nggak usah jemput saya. Udah berkali-kali saya bilang, nggak enak kalau ada yang lihat."
"Biarin, siapa yang berani ngomongin Cho Seungyoun hm?"
Pak Seungyoun jalanin mobilnya keluar parkiran.
Iya, Cho Seungyoun temenya Pak Seungwoo dulu. Anak pemilik rumah sakit Cho Hospital Center tempat gue kerja.
"Mau makan dulu?"
"Enggak, saya capek kita pulang aja."
Pak Seungyoun cuma ngangguk.
Bukan, gue bukan capek. Hanya gue nggak mau dapet perhatian lebih dari Pak Seungyoun.
Bukan gue nggak tahu kalau Pak Seungyoun suka gue. Bahkan sangat kentara dari apa yang dia lakuin ke gue.
Gue cuma nggak siap. Masuk lagi ke dunia kayak gitu, gue nggak siap.
🐗🐗🐗
Gimana bisa gue bertahan sejauh ini. Nyaman dengan patah hati gue. Seakan Tuhan mentakdirkan gue untuk berteman dengan semua ini.
Diam dan nggak tau kearah mana. Gue benar-benar menutup hati sampai saat ini. Orang yang datang sebagai penyembuh nyatanya malah menambah luka gue.
Bohong kalau gue baik-baik aja. Hubungan gue memang berakhir, tapi perasaan gue nggak. Banyak emosi yang gue rasakan terkumpul jadi satu.
Gue benar-benar membohongi diri kalau semuanya nggakpapa. Selalu menutup dan menghindar dari segala ingatan yang selalu muncul.
Gue tau dan gue sadar.
Dan gue juga nggak mau semuanya kembali terulang.
-Tenang semuanya, kita selesaikan masalahnya di sini😂 jangan ada marah-marah lagi diantara kita.
Lanjut? Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen | Han Seungwoo
Fiksi Penggemar"Papa!" Dongpyo lari ke- "Loh Pak Seungwoo?" "Kok anak saya bisa di kamu? Kamu mau nyulik anak saya?" Pak Seungwoo langsung gendong dongpyo terus ngecek-ngecekin takut kalo gue apa-apain. "Enak aja! Lagain bapak siapa suruh anaknya ditinggal. Masih...