25

475 26 1
                                    

Sudah terhitung bulan hubungan Alana dan Kevan. Selama berbulan – bulan pula hubungan persahabatan Alana dengan Mahesa renggang. Akhir – akhir ini Alana jarang berbicara dengan rivalnya itu. Tiap kali Alana aja bicara ia selalu menjawabnya dengan nada dingin. Alana mengira Mahesa sedang ada masalah. Alana selalu membujuk Mahesa untuk mencurahkan masalahnya namun selalu Mahesa tolak. Awalnya Alana merasa kehilangan sosok Mahesa yang selalu mengganggunya tiap kali bersama. Pemikiran itu selalu ia tepis. Untuk apa ia memikirkan Mahesa sedangkan ia sudah memiliki Kevan disampingnya. Kevan yang selalu memprioritaskan dirinya.

Seperti sekarang ini Kevan mengajak Alana datang kerumahnya. Kevan ingin memperkenalkan Alana pada bundanya. Akhir – akhir ini memang bundanya mendesak Kevan untuk mengenalkannya dengan Alana.

Yeyyyy... ada kak lana.” Kedatangan Alana disambut oleh Raina, adik Kevan. Mereka seperti perangko dan surat, selalu lengket. Raina mengandeng Alana kedalam tanpa memperdulikan kakaknya.

“Kakaknya siapa sih sebenernya, heran gue.” Gumam Kevan.

“Siapa dek yang datang.” Tanya Rindu dari arah dapur

“Kak lana, bundaaa.”

Ohhh, Alana. Ya ampun duduk sayang. Udah lama bunda pengen ketemu sama kamu. Bunda suruh Kevan dari kemarin. Akhirnya ketemu juga. Ternyata cantik aslinya.” Kata Rindu antusias. Kevan mendengus kasar melihat bundanya tiba – tiba sok akrab dengan Alana. dan kedua kalinya Kevan diabaikan. Kevan langsung menyelonong masuk kamar.

“Kevan mau kemana kamu?” tanya Rindu

“Ganti baju, bun.”

Tak butuh waktu lama Alana menyesuaikan diri dengan bunda Kevan. Alana seperti memiliki seorang ibu kembali. Alana nyaman saat ia dipeluk dengan Rindu. Banyak topik yang mereka ciptakan sehingga mereka betah untuk mengobrol.

Aduh, bunda jadi lupa kalo hari ini ada janjian sama omnya Kevan. Kamu ngak papa kan bunda tinggal?”

“Gak papa. Raina juga ikut, bun?”

“Iya bunda ajak takut rewel kalo ditinggal sama Kevan. Tau sendiri kan Kevan seperti apa.” Alana hanya tersenyum.

Oh kamu susul aja si Kevan ke kamarnya. Dari tadi gak keluar kamar. Bunda tinggal ya sayang.” Rindu mengecup kening Alana dengan sayang. Tubuh Alana berdesir hangat. Sudah lama Alana tidak merasakan kecupan hangat dari seorang ibu. Setelahnya Alana menyalimi Rindu.

Setelah Alana mengantarkan Rindu kedepan. Alana bergegas menaiki tangga menuju kamar Kevan. Alana ingin berpamitan pulang. Jantung Alana berdegub kencang saat ingin membuka pintu kamar Kevan. Perlahan pintu terbuka, Alana mengendap masuk kedalam kamar yang bernuansa abu – abu. Kasur king size yang kini Kevan gunakan untuk tidur. Alana berjongkok di tepi kasur Kevan. Wajah tenang Kevan saat tertidur. Perlahan Alana mengusap pipi Kevan dan memandangnya takjub.

“Biasa aja liatnya.” Kata Kevan masih memejamkan mata. Sontak Alana berdiri. Alana mengaruk tengkuknya karena salah tingkah

“Ka...kamu udah bangun? Sejak kapan?” Kevan terkekeh melihat tingkah lucu Alana saat salah tingkah

“Waktu kamu masuk tadi. Aku pura – pura tidur. Hehehe...” Alana mengerucutkan bibirnya karena kesal. Kevan selalu bisa membuatnya salah tingkah.

“Aku mau pulang, bunda tadi...”

“Udah tau. Pergi kerumah om Ardi kan?” Alana menganggukkan kepalanya

“Yaudah, aku pulang ya.” Alana langsung berbalik tanpa menunggu jawaban dari Kevan

“Tunggu.” Kevan bangkit dari kasur dan menarik tangan Alana. Kevan yang tak siap ketika tiba – tiba tubuh Alana menabrak tubuhnya. Alhasil mereka jatuh ke kasur dengan posisi Alana yang menindih tubuh Kevan. Jantung Alana berdetak tak karuan dengan posisi seperti ini. Wajah Kevan yang sangat dekat. Bahkan hidung mereka bisa bersentuhan. Kevan terpana melihat wajah Alana sedekat ini. Mata beningnya, hidung mancungnya dan juga... Mata Kevan berhenti di bibir tipis Alana. Kevan sempat tergiur namun buru – buru ia tepis pemikiran kotor itu.

Sadar apa tengah terjadi buru – buru Alana bangkit dari tubuh Kevan. Namun pergerakannya tertahan karena tangan Kevan yang memeluk erat pinggang Alana.

“Ka...k, Alana mau bangun.” Kata Alana gugup. Kevan hanya tersenyum. Detik berikutnya Kevan membalikkan posisi mereka. Kini Alana berada dibawah Kevan. Jantung Alana tambah berdegub kencang, tanganya sudah keringat dingin. Pemikiran buruk terlintas dibenak Alana. Ditambah lagi hanya mereka berdua yang berada dirumah.

“Gue kerjain deh.” Batin Kevan.

Kevan mengusap pipi Alana lembut. Wajah Kevan kiat mendekat. Alana sontak memejamkan mata. Kevan bangkit dari posisinya dan ia tak bisa menahan untuk tidak tertawa. Kevan tertawa terpingkal – pingkal sambil memegang perutnya. Sedangkan Alana terduduk menatap Kevan sebal.

“Muka kamu lucu banget sih sayang. Maaf ya.” Kata Kevan sambil berjongkong dihadapan Alana

“Gak lucu tau gak.”

“Ya maafin aku. Ekspresi kamu lucu tau gak tadi.” kata Kevan sambil mencubit pipi Alana

Ishhh, sakit tau gak. Kamu mau nganterin aku apa enggak? Kalo enggak aku pulang sendiri naik taksi.”

“Aku anterin kok. Tapi aku mandi dulu ya. Tungguin aku, oke?”

“Iya – iya jangan lama – lama.” Kevan bangkit seraya mengacak – acak rambut Alana.

Alana tersenyum melihat tingkah pacarnya yang kadang – kadang nyebelin. Alana memandang isi kamar Kevan. Kamar yang penuh dengan foto dirinya dengan Kevan. Pandangan Alana berhenti pada sebuah foto. Tiga orang anak kecil yang tengah tersenyum. Dua orang anak laki – laki yang tengah merangkul seorang perempuan yang membawa bunga. Alana mengenal salah satu anak laki – laki itu. Kevan, anak laki – laki yang sedikit lebih tinggi dari keduanya. Alana mengenal foto Kevan saat kecil karena Rindu yang menunjukkannya.

“Liat apa sih serius banget.” Terkejut dengan suara Kevan sontak Alana berbalik.

Aaaaa....” tiba – tiba Alana berteriak sambil menutup kedua matanya.

“Diem, Al. Nanti dikira aku ngapain – ngapain kamu lagi.” Kevan mendekati Alana.

“Jangan deket – deket.” Kata Alana yang masih setia menutup matanya

“Kenapa sih?” kata Kevan heran

“Ngapain gak pake baju. Cepet sana pake bajunya.”

Well, Alana berteriak karena Keadaan Kevan. Keluar kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah dan bertelanjang dada. Hanya memakai celana pendek pula. Melihat tingkah imut pacarnya Kevan hanya terkekeh dan berjalan menuju lemari. Dan memakai kaos berwarna hitam.

“Aku udah pake baju sayang.”

“Bener gak? Nanti bo’ong lagi.”

“Bener serius. Buka aja matanya.” Alana membuka matanya. Benar, Kevan sudah berpakaian rapi. Alana berjalan duduk ditepi kasur memandangi Kevan yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Mau aku bantuin gak?” tanya Alana

“Boleh. Sini.” Alana berjalan dibelakang Kevan mengambil alih handuk yang dipegang Kevan. Alana mulai mengeringkan rambut Kevan. Kevan memandang wajah cantik Alana dari pantulan cermin didepannya.

“Jangan pake baju item, napa Kak!”

“Kenapa emang?”

“Ya jangan aja, apalagi pake baju putih.”

“Kok gitu, kenapa sih, Al?” tanya Kevan heran

“Ya jangan aja nanti takutnya banyak cewek yang liatin kamu lagi soalnya ganteng banget.” Kata Alana terkekeh

“Mulai jago ngegombal nih pacar aku.” Kata Kevan tersenyum

“Adiknya Raja gombal masa’ iya gak bisa gombal. Itu mah kecil” kata Alana menjentikkan jari kelingkingnya. Mereka pun tertawa bersama. candaan kecil yang bisa membuat hari – hari mereka penuh dengan tawa.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

1000 kata guysss😮😮

Semoga gak pada bosen ya😊

Big lope

-Afeb❤️

ALANA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang