29

547 31 0
                                    

Satu bulan berlalu, Ujian Nasional kelas tiga pun sudah berlalu. Hanya tinggal menunggu hasilnya.

"Akhirnya kita selesai juga ujian." Kata Andra

"Baru kali ini otak gue kepake." Kata Rion

"Emang lo kalo mikir gak pake otak apa, bege?" tanya Dewa

"Dia kan kalo mikir pake dengkul, wa." Celetuk Andra

"Yeee, dasar monyet." Kata Rion. Perkataan Rion dihadiahi pukulan dari Andra

"Eh, bro. Sepi juga kalo gak ada Kevan." Kata Dewa

"Iya juga, harusnya kita lulusan bareng dia."

"Ntar kita jengguk dia." Kata Andra

Teman - teman Kevan bahkan satu sekolah sudah mengetahui keadaan sebenarnya Kevan. Awalnya Andra tidak percaya saat Alana bercerita dengannya. Saat itu Andra tidak sengaja melihat Alana diantar pulang oleh Mahesa malam - malam. Dan tiba - tiba Alana mencarinya sambil menangis sesenggukan. Dan akhirnya Alana menceritakan semuanya. Dan hari ini Andra dan kawan - kawan akan menjenguk Kevan bersama Alana dan Dea.

"Eh, Al. Lo kenapa sih dari tadi kayak bingung gitu?" tanya Dea

"Gue bukan bingung, De. Tapi gue khawatir sama Kak Kevan. Dari semalem gue mikirin dia. Gue juga mimpi aneh semalem."

"Al, Kak Kevan pasti sembuh kok, lo harus yakin dan lo harus semangatin dia terus." Alana khawatir dengan keadaan Kevan. Pasalnya penyakit yang diderita Kevan sulit disembuhkan dan persentasenya hanya sedikit untuk sembuh.

"Gimana gue gak mikirin dia terus, udah hampir seminggu gue gak jengukin dia lagi, De."

"Kemarin kan udah dikasih tau sama Mahesa. Kalo keadaan Kak Kevan baik."

"Tapi gue gak yakin sama dia."

"Eh, gue kok gak liat Mahesa sih." Alana pun mencari sekeliling kelas dan benar Mahesa absen. Tiba - tiba ponsel Alana berdering tertera nama Mahesa yang tengah memanggil. Raut wajah Alana berubah panik setelah mendapat telpon dari Mahesa. Hal itu membuat Dea ikutan panik. Alana pun bergegas pergi ke rumah sakit diikuti Dea. Tak lupa Dea juga mengabari Andra.

🌺🌺🌺🌺

Sesampainya dirumah sakit, disana sudah banyak keluarga Kevan dan Mahesa. Ia melihat Bunda Kevan tengah menangis dipelukan seorang laki - laki. Mahesa. Alana menghampiri Rindu, bunda Kevan.

"Bun," panggil Alana. Rindu pun menoleh dan segera memeluk Alana

"Bunda kenapa? Kak Kevan gak papa kan?" tanya Alana. Tangisan Rindu pun semakin menjadi - jadi.

"Semalem Kevan kritis, Al." Kata Mahesa. Hati Alana mencelos mendengar ucapan Mahesa

Tiba - tiba dokter keluar hal itu membuat semua keluarga was - was.

"Gimana keadaan anak saya, dok?" tanya Rindu

"Kevan sudah melewati masa kritisnya. Sekarang ia sudah sadar. Tapi keadaannya masih lemah. Sedari tadi Kevan mengigau nama Alana, adakah orangnya disini?"

"Saya, dok." Kata Alana

"Ikut saya. Mahesa kamu juga." Mereka pun segera masuk. Dan begitu pilunya keadaan Kevan saat ini. Berbagai macam alat medis yang menempel di tubuhnya. Alana hampir saja pingsan jika saja Mahesa tidak merangkulnya. Alana perlahan menghampiri Kevan yang sudah sadar dari masa kritisnya. Air mata Alana tidak bisa dibendung lagi saat ia melihat Kevan tengah tersenyum kepadanya dalam keadaan seperti ini.

"Kak kevan," panggil Alana lirih

"Al, jangan nangis ntar jelek." Kata Kevan terkekeh. Alana semakin terisak. Kevan membawa Alana kepelukannya.

ALANA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang