Deru angin di langit mendung membelai lembut kulit Donghyuk. Rambut pirangnya sesekali ikut terbawa arah mata angin. Entah sudah berapa lama Donghyuk berdiri disini sambil menatap nanar tanah di depannya. Tanah yang mengubur dalam-dalam tubuh Chanwoo.
Sudah seminggu ini Donghyuk rutin mengunjungi Chanwoo di rumah peristirahatannya. Chanwoo pasti sedang kesepian di bawah sana, sama seperti Donghyuk, yang juga sedang kesepian di atas sini. Setelah Chaerin pergi entah kemana, Donghyuk merasa kesepiannya semakin lengkap.
Chanwoo, Jung
1998-2019
Donghyuk menatap batu nisan yang terukir nama temannya tersebut dengan nanar.
Meskipun pemakaman sudah sepi dan hari mulai senja dan mendung, tak membuat Donghyuk ingin beranjak. Seakan rasa bersalahnya yang mengunci kakinya pada tanah pemakaman tersebut.
Ini salah gue, Chanwoo mati karena gue..
Hanya kalimat itu yang terus menghantui Donghyuk.
Kalau saja tak ada campur tangan Chanwoo dalam membantu Chaerin kabur, alias murni Donghyuk yang membawa kabur Chaerin, mungkin Chanwoo masih hidup sekarang. Hanbin tak akan menyalahkan Chanwoo dan menembak matinya.
Dan mungkin Donghyuk tak akan kehilangan Chaerin.
Tanpa sadar, tangan Donghyuk terkepal kuat. Antara dendam dan sesal beradu menjadi satu.
Suara guntur seketika saja menyambar, terlihat jelas kilatan-kilatan putih membelah langit berwarna kelabu itu. Suara angin semakin menyeruak. Dedaunan kering di sekitar pemakaman beterbangan. Angin membuat gerbang pemakaman yang terbuat dari besi berkarat terbuka dan tertutup sendiri.
Bulu kuduk Donghyuk berdiri tegak. Tangannya sontak mengusap tengkuknya, berharap bulu kuduknya kembali normal.
"Donghyuk.."
Telinga Donghyuk tiba-tiba saja menangkap suara yang memanggil namanya. Suaranya sangat kecil, hampir menyerupai bisikan. Suara itu seperti tidak asing bagi Donghyuk. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pemakaman.
Sepi.
Tak ada siapa pun disana.
Lagi pula, siapa yang mau mengunjungi pemakaman di senja menjelang malam seperti ini. Percayalah, hanya Donghyuk yang mau.
Donghyuk benar-benar sendirian di tengah pemakaman ini.
Donghyuk pun mengabaikan suara yang tadi memanggilnya. Mungkin itu hanya imajinasinya.
Ia kembali menatap makam Chanwoo, namun hatinya tak setentram saat ia datang tadi. Lebih tepatnya setelah suara imajinasinya memanggil namanya tadi.
Di tengah suara deru angin yang sedari tadi menggebu-gebu, namun telinga Donghyuk seperti membagi pendengarannya menjadi dua. Satu untuk suara teriakan alam dan satunya lagi ia biarkan senyap.
"Donghyuk....."
Suara itu kembali terdengar. Donghyuk segera mencari asal suara tersebut. Barangkali ada yang iseng dengannya. Donghyuk yakin ia tidak sendiri disini.
Kepalanya terus menoleh mencari asal suara tersebut.
Sampai akhirnya matanya jatuh pada satu titik. Matanya yang sipit semakin disipitkan. Dahinya mengerut. Matanya mencoba fokus untuk menatap yang tadi matanya tangkap.
Donghyuk terus memperhatikan.
Apa ini hanya halusinasinya semata?
Seorang perempuan dengan baju yang lusuh tengah berdiri di samping tanda salip besar yang tertancap di atas tanah pemakaman seorang yang berpengaruh, mungkin. Di tengah sambaran petir, wanita itu berdiri tegak, kulitnya terlihat sangat pucat dari jauh.
Kira-kira 7 meter dari tempat Donghyuk berdiri.
Donghyuk terus mengamati, mungkin ia salah, tapi tak ada alasan untuk berkata salah. Dengan ragu Donghyuk memastikan,
"Chaerin??"
√tbc
Dari sini, semuanya dimulai..
Hey, ada yang rindu gak sama cerita ini??
Gak, gedeg iya.
😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Death | Kim Donghyuk
Fanfiction" Aku akan selalu mencintaimu, dalam keadaan hidup ataupun mati... " Romance+Mystery ⚠️Banyak terdapat kata kasar 📌Previous title : Wish U Were Here 📌Title now : Love To Death Copyright © 2019 by sonza_