Ella POV.
"Ella.. Cucu manis ku.. Sekarang waktunya tidur sayang"
Ah.. Itu suara nenek ku. Lebih baik aku segera kembali ke kamar. Aku berlari kecil menaiki tangga rumahku dan masuk ke kamar. Setelah mencuci muka ku dan duduk di kasur yang empuk ini. Nenek sudah ada di balkon kamar. Memang begitu sifatnya. Setiap malam dia akan menceritakanku sebuah dongeng. Selalu ada di balkon seraya menatap rembulan. Lalu masuk dan duduk di kursi dekat kasur, sambil bercerita, nenek akan sangat terbawa suasana. Setelah selesai, aku tak tahu apa yang di lakukannya. Tanpa suara sedikitpun di keheningan malam, saat aku berbalik, dia sudah tidak ada di tempatnya.
"Mari mulai dongengnya" nenek menatapku dengan senyumnya. Aku hanya mengangguk dan berbaring dengan mengenakan selimut lalu memejamkan mata saat nenek mulai bercerita.
"Malam itu, putri duduk di taman belakang istananya. Merasakan rumput dan angin malam serta rembulan indah dengan cahayanya. Secara tiba-tiba, dia dapat merasakan cahaya rembulan itu menjadi perak dengan kemilaunya yang indah. Angin bertiup sedikit lebih kencang. Putri memandang hutan yang berjarak beberapa kilometer dari dirinya. Jauh, tapi sesuatu terasa hangat dan dekat. Memaksanya mengambil kuda putih kesayangannya dan memacunya menuju hutan"
"Suara langkah kuda yang berderap pada malam itu membuat pengawal yang berjaga beegegas memberi tahu raja dan ratu di kamarnya. Sang putri mulai memasuki hutan beekabut itu. Cahaya perak rembulan menyorot ke satu arah di depannya. Sang putri memacu kudanya lebih cepat menuju arah cahaya itu. Beberapa menit kemudian, dia sampai di suatu danau. Dia diam dalam hening dan memandang apa yang terjadi di depannya"
"Seorang monster tampak memandangnya dengan 5 mata yang sejajar. Mulutnya lebar seperti sobekan dengan gigi-gigi runcing juga tajam. Darang jelas terlihat di beberapa bagian tubuhnya, terutama di mulut mengerikannya itu. Dengan pandangan tajam siapa pun bisa melihat apa yang sedang monster itu lakukan. Memakan korbannya sampai ke tulang-tulang. Melihat korban yang di makan sang monster itu, putri menitikkan air matanya. Seorang sahabatnya mati dengan tubuh tercerai berai. "Akan ku balas.. Pasti ku balas apa yang telah kau lakukan pada sahabatku!!" sang putri turun dari kudanya. Di belakangnya tampak lima orang tentara kerajaan menggenggam pedang yang baru saja turun dari kuda mereka lalu Memasang kuda-kuda saat melihat monster itu"
"Putri, anda sebaiknya kembali ke kerajaan. Tidak aman berada di sini" seorang tentara kerajaan memperingatkannya. "Huh? Pergi? Cih, tak akan!" ke egoisan sang putri membuatnya tanpa sadar berada dalam bahaya. Sang putri mengeluarkan pedang lipat kerajaan yang selalu dia bawa. "Putri, sebaiknya anda kembali-" "diamlah! Aku akan kembali setelah dia mati""
Nenek menghela nafasnya. Terdengar dia seperti ingin menangis. Aku membalikkan badan, benar saja, matanya berair. Dia tersenyum lalu melanjutkan ceritanya. "Pertarungan sengit terjadi. Monster itu bukan lawan yang seimbang untuk mereka. Kekuatan sang monster jauh lebih kuat. Seluruh tentara istana tumbang. Monster itu menatap sang putri dengan pandangan lapar dan buas. Sekati dorongan kuat, membuat tubuh putri terhempas menabrak pohon hingga tumbang. Sang putri dan tentara istana sudah mengerahkan kekuatan penuh mereka. "Maaf.. Aku memang.. Tidak rutin mengikuti latihan pedang akhir-akhir ini" sang putri terkekeh menatap sang monster mendekat kearahnya"
"Di detik terakhir kesadarannya, seorang pria yang sangat dia kenal dan dia rindukan berdiri di depannya mengahdang monster itu. Sang pria menatapnya lalu ter senyum "jangan takut, aku di sini sekarang. Tak akan ku biarkan ada yang melukaimu lagi selamanya, putriku" setelah itu, putri kehilangan kesadarannya. Matanya terbuka saat suara gaduh terdengar. Sinar matahari menyambutnya, di susul wajah wajah yang akrab di matanya. Dan seseorang palaing dia rindukan, tersenyum tulus padanya"
Aku mulai suka dongeng ini. Sampai ketukan pintu terdengar, dan kakek ku membuka pintu. Dia melirikku yang pura-pura tidur dan beralih ke nenek. "Ayo, sudah malam, cukup ceritanya, tidak kah kau menyimpan sebagian cerita lain untuk suamimu ini?" nenek tertawa dan hening sampai aku berani membuka mata. Seperti biasa, mereka pergi tanpa suara.
Aku menatap langit-langit kamarku. Tanganku tak sengaja menyentuh benda asing yang berada di sampingku. Batu giok bulat pipih dengan ukiran naga dan pohon serta daun-daun yang berguguran. Indah. Tapi ini milik siapa? Aku melihat bagian belakang benda itu.
Apa yang mereka tidak melihatnya, kamu dapat melihatnya. Kamu bagian dari dunia yang berbeda, kenbalilah dan pelajari apa yang harus kamu pelajari.
Hem? Apa-apaan ini sebenarnya? Apa punya nenek? Akan ku kembalikan besok, ini sudah malam, lagi pula aku tidak akan mengganggu kakek dan nenek. Hihihi.
Aku menaruh giok itu di meja samping kasurku. Lalu mulai menutup mataku.
Aku membayangka apa yang akan terjadi besok. Semoga harinya indah, baik, cuacanya bagus dan lain lain.
Itu kebiasaan ku. Entah sejak kapan. Hoam.. Aku mengantuk. Aku mulai memasuki alam mimpi dan tertidur lelap. Tanpa tahu ada sesuatu yang menungguku selanjutnya.
*
*
*
*
*
*
*
Maaf klo ada typo. Ini cerita pertama kak, semoga bagus ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magicall Land Academy✔
FantasyJadi, kalian percaya atau tidak dengan dunia sihir? Haha, aku tentu tidak percaya dengan semua itu. Menurutku, itu hanya cerita yang di karang nenek untuk membuatku tidur. Semacam dongeng penghantar tidur. Kata demi kata yang dia ucapkan banar-bena...