24. Ujian [P1 - S2]

4.2K 368 15
                                    

Aku dan kelompok ku duduk di pinggit sungai. Di hutan ini masih ada beberapa kelompok lagi, tapi kami tak tertarik, lebih memilih mendengar penjelasan El'venr yang kini mengambil alih tubuhku.

".....Nah, begitu lah" kata El'vern dan semuanya mengangguk paham. "Kalau begitu kita bisa mencari hewan sihir di sini, kan di hutan ini hewan sihirmya kuat kuat, walau tak sekuat di hutan Emerlain Kingdom" ucap Dairian mengangguk anggukkan kepalanya. "Tak usah menangkap di sini, kita tunggu ujian antar academy sihir ini selesai, nanti kita akan ke Emerlain Kingdom" ucap Rei sambil menatap lurus ke tanah.

"Oh ya? Kok aku ga tau tuh?" tanya Vicco sambil memiringkan kepalanya membuat Fanny mencubit pipinya gemas. Dan sekarang mereka saling mencubit. "Karena ini hanya rencana Mrs. Alice dan King Agreor" ucap Rei lalu menatap danau. "Kalau begitu bukan kah ini tak termasuk acara academy?" balas Dairian.

"Kata Mrs. Alice sih..." dia menggantungkan kalimatnya sambil perlahan duduk dengan tegap dan wajah yang perlahan serius sambil menatap kami. Kami jiga yang awalnya berada pada posisi enak kami duduk cepat dengan tegap dan menatapnya serius dan tanya yang bersamaan.

"Kata nya sih rahasia"

Lalu kami kembali pada posisi nyaman kami sambil menggerutu kesal.

"Oh ya, kita tangkap ikan di sini saja bagaimana? Aku lapar" ucap Celline, lebih tepatnya kepada Rei dan di angguki lalu mereka ke pinggir danau.

"Tak usah susah susah membuat bajumu basah. Siapkan saja apinya. Untuk ikan aku yang akan mengurusnya" ucap El'vern. Lalu dengan tatapan bingung tapi mengiyakan mereka mencari kayu dan membuat api dari Batu "Dasar manusia purba" ucap Dairian lalu menjentikkan jarunya dan apimuncul melahap kayu kayu itu.

El'vern yang juga entah sejak kapan sudah menangkap ikan yang kini mengambang dan menggelepak di sekelilingnya memasukkannya ke api yang lumayan besar itu. Dairian kini menjadi koki penjaga suhu api.

"Kok cepet? Ga basah lagi" tanya Rain saat El'vern duduk dan menghangatkan dirinya. "Itu jadi salah satu keahlian ku sekarang, karena spirit naga air, aku bisa memerintahkan hewan air yang bukan spirit" jelasnya datar.

Mereka diam menatap El'vern yang sekarang sedang menggunakan tubuhku. Sifatku dan El'vern itu beda kalau sama Rain. Akhirnya aku mengambil alih. "Eh? Kenapa?" tanyaku menampilkan wajah polos tanpa dosa. "Ngga papa kok, omong omong, kamu kedinginan ya?" jawab plus tanya Rain. Wajahnya seperti sedang memastikan sesuatu.

"Iya, sedikit. Ngga tau kenapa ada hawa dingin dari sebrang sana" jawabku dengan nada biasanya dan mereka lalu melanjutkan aktifitas mereka masing masing. Ya begitulah, sifatku sudah di kenal dekat oleh mereka bahwa aku ini anak yang ceria dan kalau berbicara suka di bawa happy eaa.

Kami lalu berbincang bincang dan makan ikan bakar sampai pengumuman memberitahukan kalau waktunya selesai dan kini kita akan istirahat di asrama Wizard Academy, kami lalu kembali. Langit menyentuh warna jingga, hampir seharian kami di hutan. Dan kebanyakan bersantai ea :3

"Ini kunci kita" ucap Rayna lalu kami berjalan ke arah asrama. Di perjalanan banyak yang melihat kami, terutama anak dari tim yang kami kalah kan. Pertandingan di danau menjadi sorotan besar, setiap ada tim atau murid yang bertarung, pasti akan di pertontonkan, dan pertarungan besar tadi, kami menjadi tim yang berhasil mengalahkan setidaknya setengah tim dari peserta dan di lanjutkan makan bersama. Apa mereka menganggap kami sombong?

"Hai, boleh kenalan?" tanya salah satu siswi dari Wizard academy yang datang bersama beberapa temannya. Wizard Academy mengharuskan semua Muridnya memakai topi penyihir setiap tidak berada di kamar. Dan topi itu, ya, lumayan besar juga.

"Kami buru buru" jawab Rayna lalu berjalan mendahului. "Maaf ya" lanjut Celline lalu menyusul Rayna dan Fanny yang berada di depan. Celline menarik tanganku dan berlari kecil menyetarakan langkah kami ber empat.

"Ih, kan, sombong"

"Gue kira anak baik anjir"

"Wah, sombong nya, kenalan aja ngga boleh"

"Mentang mentang udah dapet skor tinggi. Toh itu masih pertama kalinya mereka dapet skor tertinggi"

"Ngga tau malu banget sih"

"Kayak jalang ya, ngga tau sopan santun"

"Urus urusan kalian sendiri. Kami memang buru buru" ucap Rayna penuh penekanan. Alhasil, mereka semua diam karena aura membunuh dari Rayna.

Skip...

Kini kami ada di ruang aula pertemuan tamu. Bersama murid murid yang berhasil lolos. "Anak anak, kami akan memberi kalian sihir perlindungan, karena setelah ini, atau besok tepatnya, kalian akan saling membunuh. Dengan sihir ini, kalian bisa di hidupkan kembali. Tapi ingat! Jangan sampai menghancurkan tubuh lawan mu, atau kalian yang melakukannya akan di penggal di tempat" terang tetua klan Wizard yang pernah ku lihat.

"Kenapa? Bukannya sihir itu bisa di gunakan menghidupkan orang mati walau tubuhnya hancur tak tersisa?" tanya salah satu siswi yang duduk sambil menyilangkan kaki.

"Karena Master sihir ini telah menghilang, dan yang bisa membuat sishir ini sempurna hanya pembuatnya saja" balas tetua itu sambil mengelus elus jenggotnya.

"Aku suka kata master itu" suara guru ngeselin ku terdengar di sebelahku. Spontan kami semua menoleh dan ya, Xien Yin berdiri menyandar di tembok.

"Ma... Master Sihir!" Ucap tetua yang lain lalu mereka menunduk hormat. "Heh, aku suka sikap itu. Belajarlah begitu dari mereka, murid nakal" ucap Yin sambil menatapku dengan senyum yang mengartikan ajaran sopan santun.

"Kau siapanya Ella?" tanya Rain "Gurunya" jawab Yin singkat. "Oh, Master, benarkah..." tetua tetua di depan menatap ku dengan pandangan tak percaya. "Apa ada masalah?" tanya Yin lalu maju ke depan dan mengambil bola kristal lalu melemparnya dan bola itu pecah berkeping keping.

Muncul Kristal murni berwarna biru dengan ukuran yang lumayan besar untuk ukuran batu kristal. Cahaya biru lembut mengelilingi kristal itu dan membuatnya tampak indah.

"Aku hanya membantu kalian karena ini juga di ikuti oleh muridku, jangan berpikir aku peduli dengan sampah" ucap Yin yang membuat mereka menunduk. Itu hanyalah ucapan untuk tetua klan yang memang menggunakan bola sihir tingkat rendah, padahal harusnya menggunakan yang tingkat tinggi. Dan bukannya tetua harusnya punya banyak bola macam begitu yang tingkat tinggi?

Yin lalu menghilang. Dan Mrs. Alice muncul di sini belahku dan bertanya "Darimana kau kenal dia dan di mana dia tinggal sekarang?" aku pun menjawab dengan jujur "ngga tau"

TBC

Tbc

Magicall Land Academy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang