"Sepertinya aku butuh bantuan. Tapi karena tidak ada siapa-siapa di sini selain aku, maka aku akan menyerah. Ehehehe"^
|Pikiran orang oonツ
****************************
"Hais, maksudku aku akan berusaha. Ok, ini ga jelas. Baik, mari kita coba. Satu banding ratusan. Satu jalan keluar. Oh, titik yang mengeluarkan cahaya! Bukankah tadi dia bilang begitu? Baik, ayo cari!"
Aku begitu bersemangat.
Tentu saja!
Siapa yang tidak bersemangat kalau bisa keluar dari sini?
Bahkan aku yakin semutpun akan senang.
Nan jauh di sana *eaa* aku melihat cahaya. Samar sekali. Saat aku mendekatinya, cahaya itu membesar dan seketika aku tenggelam dalam cahaya itu.
××××××××××××××××××××××
"Ella.... Ah, syukurlah kau sudah bangun! Aku senang!" dapat ku lihat Fanny dan Celline membungkuk menatapku.
Aku lalu bersanda dengan bantal nan empuk ini di bantu oleh Celline.
"Apa masih ada yang sakit?" tanya Fanny. Dia dan Celline tampak khawatir.
"Tidak. Ada apa?" tanyaku. Aku tak ingat yg lain nya, kecuali hanya berhasil keluar dari tempat itu dan sekarang ada di ruangan serba putih dan hijau. Aku tahu ini adalah UKS academy.
"Kau tak ingat? Tadi kau menyerang secara brutal dan itu tampak bukan sepertimu. Lalu kau pingsan setelah lawanmu sekarat. Dan di sinilah kita" jelas Celline.
"Apa aku merepotkan kalian?" tanyaku merasa bersalah.
"Sejujurnya, tidak. Kami di minta menjagamu karena perawatnya harus membantu dokter academy mengobati lawanmu yang sudah sekarat itu. Dan kami juga terbebas dari pelajaran materi. Materi yang membosankan" jelas Fanny dan di angguki oleh Celline.
"Oh.. Dimana ehm.. Kalian tau lah" gumamku pelan.
"Siapa?" tanya Celline dengan tampang polosnya.
"Hah.. Rain lah, siapa lagi?" ucap Fanny dan Celine hanya ber'oh'ria.
"Rain menghilang sejak pertandingan itu. Dia tak di temukan. Sudah dua hari-" aku memotong ucapan Fanny.
"DUA HARI?! Sudah berapa lama aku pingsan?!" seruku.
"Dua hari" jawan Fanny dan Celline bersamaan dengan menunjukkan tampang polos tak ada dosa.
"Dua.. Hari.. Kenapa lama sekali? Padahal aku seperti hanya merasa hanya 1 jam saja" gumamku hampir tak terdengar.
Fanny dan Celline tak meributkan hal itu. Mereka mengerti kalau keadaanku masih kurang baik. Jadi mereka tak mau membebaniku dengan pertanyaan pertanyaan mereka.
Walau aku tahu mereka sangat ingin bertanya.
"Tap!"
Suara langkah kaki menginjak lantai dengan keras mengisi keheningan ruangan ku.
"Eh, Rain?!" seru Fanny terkejut. Pasalnya, Rain masuk lewat jendela. Ini di lantai 5, kawan.
"Tinggalkan kami. Kalian pergi saja" ucapnya dingin.
Fanny dan Celline berpandangan sejenak dan lalu pergi.
Tepat saat pintu di tutup, Rain memelukku.
Erat sekali, sampai aku hampir kehabisan nafas. Untung dia melonggarkan pelukannya.
Selang lima menit. Rain menangis.
"Hei, A-ada apa?" tanyaku.
"Maaf, seharusnya aku menjagamu. Bukannya peegi menggilang. Hiks.. Maaf Ella, aku sungguh minta maaf. Mungkin aku tak akan memaaf kan diriku sendiri"
Ucap Rain lalu menangis sejadi jadinya.
"Hei, lelaki seharusnya tegar. Jangan menangis seperti perempuan, Rain. Itu tak mengubah apapun. Aku tak pernah marah padamu. Kau tak pernah punya salah padaku"
Aku mengelus surai lembutnya pelan.
Perlahan dia berhenti menangis dan menatapku dalam.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Magicall Land Academy✔
FantasyJadi, kalian percaya atau tidak dengan dunia sihir? Haha, aku tentu tidak percaya dengan semua itu. Menurutku, itu hanya cerita yang di karang nenek untuk membuatku tidur. Semacam dongeng penghantar tidur. Kata demi kata yang dia ucapkan banar-bena...