Y&N 1

690 20 2
                                    

Buah kelengkeng, buah mangga
Kakak ganteng, semangat ya.

Teriakan Nanda adalah teriakan paling khas dan paling mencolok diantara penonton yang lainnya.  Pertandingan basket hampir selesai dan selama itu pula Nanda seolah tak pernah kehabisan suara untuk menyemangati kakak kelasnya yang tengah bertanding. Meskipun itu hanyalah sebuah pertandingan biasa antar kelas. Tak peduli pada pandangan orang-orang disekitarnya Nanda dengan cueknya terus bertepuk tangan.

Huh sayang, kalau aja si Safa tadi nggak ada keperluan pasti tuh bocah bakalan nemenin gue disini, batin Nanda ketika melihat beberapa pasang mata yang sedang terang-terangan memandangnya dengan tatapan seolah mengatakan lebay!

Nanda baru mengalihkan perhatiannya dari lapangan ke ponselnya di saku kemejanya setelah sedari tadi dia terus mengabaikannya dan lebih memilih menunggu pertandingan benar benar dinyatakan telah usai. Rupanya ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa chat dari kontak yang bernama yuNan_da sayang.

Udah selesai kan? Cepetan balik!

Hanya kata itu namun mampu membuat Nanda terburu-buru menggendong tasnya lalu berlari keluar lapangan padahal disampingnya masih banyak orang. Menerobos sembarangan hingga mendapatkan beberapa teguran dari kakak kelas itu tak masalah bagi Nanda. Hingga akhirnya dia sampai di depan ruang kelas yang diatasnya menunjukan XII IPA 1.

" YUNAN!" Teriak Nanda dengan kepala yang sengaja dia longokan ke dalam ruang kelas.

" Hey!"

Seruan itu sontak saja langsung membuat badan Nanda tegak seketika lalu secara perlahan berbalik untuk menatap orang yang menepuk pundaknya barusan. Nanda hanya bisa menampilkan senyum simpulnya.

" Kalau manggil tuh yang sopan, pakai sapaan kak, dia itu kan senior Lo!" ucap seorang cewek yang Nanda tau adalah teman sekelas Yunan sekaligus kakak kelasnya.

Nanda pun hanya bisa nyengir, " maaf kakak cantik, Adek Nanda lupa hehe. Udah kebiasaan sih. Sekali lagi maaf ya. Adek Nanda permisi dulu, mau ketemu kakak Yunan." Nanda sedikit membungkuk lalu dengan cepat berbalik dan berjalan masuk sambil sesekali memeletkan lidahnya seolah meremehkan ucapan kakak seniornya barusan.

Nanda cukup berhenti di meja paling depan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kelas yang kini hanya di huni beberapa anak basket yang sedang istirahat. Tidak ada tanda-tanda batang hidung Yunan diantara para pemain basket dan kalau sudah begini hanya ada satu tempat yang wajib Nanda datangi untuk menemukan Yunan tersayangnya itu.

Ruang musik. Tempat tujuan Nanda saat ini. Chat Yunan tadi sebenarnya bukan suatu ancaman besar bagi Nanda. Hanya saja kalau dia tidak buru buru tentu saja Yunan akan dengan teganya meninggalkan Nanda untuk pulang sendiri. Dan bukannya Nanda tidak berani pulang sendiri hanya saja dia sedang mengirit ongkos naik angkot karena tadi uangnya sudah habis dibelikan jajan bersama Safa.

" Hai sayang!" Teriaknya lagi setelah pintu terbuka. " tadi gue ke kelas Lo tapi lo nggak ada malah ketemunya nenek lampir yang sok senioritas dan dengan kepinteran otak gue, gue nebak Lo disini dan tebakan gue itu bener." Nanda masuk dan langsung duduk begitu saja di depan Yunan lalu mengambil tas cowok itu begitu saja tanpa ada kata permisi. Diambilnya botol air minum Yunan yang isinya tinggal setengah.

Yunan pun hanya melirik Nanda sekilas tanpa ingin mengucapkan sepatah katapun untuk merespon ucapan panjang lebar Nanda. Fokusnya kembali pada gitar yang kini sedang dia pangku.

" Apa enaknya sih duduk lesehan di ruang musik sambil main gitar? Kenapa Lo nggak ikutan jadi anggota basket aja? Lagian diem selama berjam-jam disini Lo juga nggak pernah bisa nyiptain lagu ataupun mau nyanyi, palingan juga kegiatan Lo disini itu cuma gitu gitu doang." Nanda sudah menghabiskan air minum Yunan dan mengembalikan botolnya ke dalam tas.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang