Y&N 5

170 15 0
                                    

Nanda berlari menyeberangi jalan menuju rumah yang berada tepat di depan rumahnya. Cewek itu langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu seolah ini adalah hal biasa. Dia berjalan mengendap-endap setelah menutup pintu dengan hati-hati.

Langkah kakinya terus membawa Nanda hingga cewek itu sampai ke dapur. Langkahnya makin pelan namun pasti terlebih saat di depannya kini sudah terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan wastafel dengan tangan yang penuh busa.

Nanda masih terus cekikikan di balik tangannya yang membekap mulutnya sendiri.  Saat dua langkah lagi hampir sampai Nanda langsung memeluk wanita itu dari belakang yang membuat wanita itu berjengkit kaget. Beruntung piring di tangannya tidak jatuh.

" Nanda, kamu iseng banget sih sayang. Kalau Tante jantungan gimana?"

Nanda masih terus cekikikan. " Maaf, habisnya tante serius banget sih, makanya Nanda isengin."

Nanda berpindah jadi berdiri di samping Tante sambil ikut memperhatikan tangan cekatan wanita itu yang menyabuni, membilas lalu menata piring piring itu ke tempatnya. " Nanda bantu ya Tante." Nanda sudah hendak mengambil alih satu piring kotor namun segera di cegah oleh Tante.

" Nggak usah sayang. Kamu udah makan? Kalau belum mending kamu makan gih, Tante udah masak ada di atas meja."

Nanda sedikit cemberut. " Ya udah deh, mendingan Nanda gangguin Yunan dulu. Dia pasti lagi main musik, iya kan, Tan?"

Tante menutup kran air lalu mengelap tangannya yang basah menggunakan handuk kecil yang menggantung. " Nggak tau tuh anak. Dari tadi nggak kedengeran suaranya. Palingan ya gitu kalau nggak belajar ya main gitar."

" Monoton," cibir Nanda. Tatapannya lalu beralih ke wajah Tante yang masih kelihatan begitu muda, mungkin akan sama jika mamanya masih ada. " Tante, pengen peyukkk... nanda kangen udah 2 hari nggak ketemu."

Dengan senang hati Tante membuka kedua tangannya untuk memeluk gadis yang sudah dia anggap anak sendiri ini. " Tante juga kangen pengen peyukkk Nanda."

Nanda tertawa di pelukan Tante. " Tante lucu deh."

Nanda memeluk Tante dengan sangat eratnya. Meski Sedari kecil dia tidak pernah mempunyai sosok seorang ibu di hidupnya, namun kehadiran mamahnya Yunan di hidup Nanda sejak 5 tahun yang lalu mampu mengobati semua rasa yang ingin Nanda rasakan terhadap sosok seorang ibu. Pelukan, ciuman hangat, juga saling berbgyai cerita, itu bisa Nanda dapatkan dari sosok Tante Ratna. Meski tidak bisa setiap detik tapi paling tidak dia bisa merasakan itu semua di setiap dia membutuhkannya.

" Udah ah, tantenya masih bau bawang. Kamu samperin Yunan dulu gih Tante mau mandi."

Nanda mengangguk lalu pergi menuju tempat biasanya sosok Yunan berada.

" Mau kemana Lo?"

Nanda menoleh. Dia kembali turun setelah menaiki 3 anak tangga. Nanda berbelok arah ke ruang keluarga untuk menghampiri Yunan yang ternyata sedang duduk lesehan di sana. Awalnya Nanda pikir Yunan sedang ada di kamarnya.

Nanda ikut duduk di atas karpet berhadapan dengan Yunan. " Tumben belajar masih siang begini?" Nanda ikut memperhatikan beberapa buku yang berserakan diatas meja.

" Iya. Gue kan nggak kayak Lo belajar kalau mau ada ulangan doang. PR juga masih gue yang sering bantu."

" Yang itu jangan di ungkit dong. Kesannya Lo jadi nggak ikhlas bantuin gue. Nanti kebaikan Lo jadi nggak jadi di catet sama malaikat lho."

" Bodo." Sedari tadi Yunan masih terus fokus pada buku di hadapannya sehingga Nanda merasa di cueki oleh Yunan.

" Nan, nyanyi dong sambil main gitar. Setiap gue minta Lo nyanyi Lo nggak pernah mau." Nanda menggeser tubuhnya mendekati gitar yang memang letaknya tepat di sebelah Yunan karena cowok itu sama sekali tidak merespon permintaannya.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang