Y&N 43

21 2 0
                                    

sori. Gue nggak bisa jemput lo.

Satu pesan itu sudah masuk sekitar setengah jam yang lalu. Dan Nanda akhirnya memutuskan untuk jalan lebih dulu. Akhirnya Nanda sampai di depan sebuah minimarket yang ada di depan komplek perumahanya. Dia duduk sambil memandangi beberapa orang yang sedang berlalu lalang.

Nanda tersenyum melihat minimarket ini terlihat begitu ramai. Nanda rasanya Dejavu. Dulu dia juga pernah berada di posisi yang sama persis dengan sekarang saat dia sedang menunggu Yunan selesai membeli cemilan. Itu adalah pertama kalinya dia memberanikan diri mengikuti Yunan. Biasanya Nanda hanya berani melihat dari jauh ketika Yunan sedang bermain bersama mama, papanya atau menghampiri cowok itu ketika sedang di depan rumah sendirian.

Nanda mengalihkan pandangan ke jalanan. Dia sesekali juga memperhatikan jam di tangannya, sudah lama dia menunggu Yunan tapi cowok itu tak kunjung datang. Rasanya bosan juga menunggu seperti ini.

" Mba Nanda kan?"

Nanda menoleh ketika mendengar suara seseorang di dekatnya. Keningnya berkerut melihat seorang pegawai datang menghampirinya sambil mengulurkan sebuah cokelat ke arahnya.

" Buat Mba," katanya lagi yang membuat Nanda akhirnya menerima cokelat itu.

Dia memperhatikan cokelat itu sambil tersenyum. Ada satu hal dari cokelat itu yang menarik perhatian Nanda. Sebuah kertas kecil yang menempel. Nanda membukanya dengan tak sabar.

Biar nggak bengong melulu kayak orang bego.

Nanda terbahak. Jelas Nanda kenal tulisan ini. Tulisan Yunan. Tapi sejak kapan cowok itu mempersiapkan semua ini? Entahlah tapi benar juga daripada bengong nggak jelas mending sambil makan cokelat.

" Emang kalau orang bego itu suka bengong ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
Nanda menggeleng kemudian kedua bahunya terangkat. " Emang gue pikirin."

Satu bungkus cokelat sudah Nanda habiskan. Bahkan saking tidak tau malunya dia bersendawa cukup keras sambil menjilati sisa-sisa cokelat yang menempel di jarinya. Jorok memang tapi itu lah Nanda jika sedang tidak jaga image. Awan makin menggelap, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Tapi belum ada kabar juga dari Yunan ataupun cowok itu sendiri yang menampakan dirinya di depan Nanda.

Nanda mendesah pelan. " Janji kok kayak gini. Udah bikin gue nangis semaleman sampai nggak bisa tidur. Mana mata bengkak gini kayak abis di tonjok," keluh Nanda. " Cuma dikasih cokelat lagi."

Ponselnya kembali berbunyi dan menampilkan satu chat masuk dari Yunan.

Yunan
Mau hujan lebih baik kita ketemu di cafe aja. Biar Lo juga nggak kehujanan.

Mata Nanda melebar. Sudah menunggu hampir satu jam lamanya di depan minimarket dan sekarang dengan seenaknya Yunan menyuruh Nanda untuk pergi ke cafe. Nanda bangkit dengan kesal. Dia berjalan menuju halte untuk menunggu angkot.

Sampai di cafe, Nanda langsung duduk dan memesan milkshake. Tenggorokannya terasa begitu kering. Rintik hujan pun turun. Nanda memandanginya lewat sebuah kaca transparan. Tangannya terulur ingin menyentuh tetesan air hujan namun tidak bisa.

Pikiran Nanda seketika melayang pada kejadian semalam dan juga ketika dia mengobrol bersama Tirta seusai pesta berakhir. Semuanya kembali berputar di otaknya. Hari ini tentu dia tidak ingin menangis. Sudah cukup semalaman dia dibuat menangis. Meskipun sekarang saja matanya sudah mulai memanas. Sudah cukul air matanya terbuang untuk menangisi ibunya, rasanya yang tak terbalas dan juga persahabatannya yang hampir hancur.

Harusnya sekarang semuanya sudah berakhir. Jika bisa, Nanda ingin sekali kembali ke masa dimana dia tidak mengenal Arga. Tidak pernah dipersatukan menjadi seorang sahabat dengan Yunan dan Safa. Buat apa ada pertemuan jika nantinya harus ada perpisahan yang menyakitkan. Jikapun harus ada pertemuan, Nanda ingin dipertemukan dengan mereka sebagai orang yang tidak saling mengenal. Maka perpisahan itu tidak akan terasa menyakitkan.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang