Y&N 8

137 13 1
                                    

" AW...sakit Fa, kenapa Lo nyubit gue sih?" Nanda mengeluh sambil mengusap lengannya yang baru saja di cubit oleh Safa.

" Nda..." Safa menggeleng lemah. " Lo dari tadi teriak-teriak Mulu, pengen saingan Lo sama cewek sebelah sana." Safa menunjuk kerumunan cewek yang tak jauh darinya. " Sakit kuping gue dengernya."

Nanda hanya nyengir bersamaan dengan gerakan tangannya yang melemah setelah Safa menegurnya. Ini adalah pertandingan basket persahabatan antar sekolahnya dengan sekolah Bina Nusa seperti yang waktu itu Arga katakan padanya. Dan Nanda pun menepati janjinya untuk menonton bersama dengan Safa dan Yunan.

" Udah lah biasa aja teriaknya, lagian dia juga nggak ngelirik ke elo. Dia malah terus fokus ngejar-ngejar bola."

Nanda memang tidak berada di barisan paling depan. Dia sempat telat karena tadi Nanda harus mencari Yunan dulu dan mengajak cowok itu untuk menonton bersama. Makanya dia hanya bisa berada di tengah-tengah kerumunan. Melompat, berjinjit Nanda lakukan demi bisa terlihat oleh Arga kalau dia sudah menepati janji.

Teriakan Nanda sudah tidak sekencang tadi tapi matanya terus fokus menatap kemana Arga berlari. Mengikuti hingga cowok itu berhasil memasukan bola ke dalam ring.

" Nda, biasanya Lo punya pantun kalau lagi gini. Kenapa sekarang cuma teriak doang?"

Nanda menoleh singkat lalu kembali fokus ke lapangan. " Malu kali Fa."

" Alah biasanya juga Lo suka malu-maluin diri sendiri. Apa karena ada Arga ya?" Tuding Safa kepada Nanda.

Beberap saat Nanda terdiam namun selanjutnya dia mengangguk membenarkan ucapan Safa. "Eumm....nggak gitu juga sih."

Safa menyenggol lengan Nanda. " Alah bilang aja bener. Katanya cowok itu ya, gitu gitu aja dan sekarang  cara mata Lo memandang Arga itu beda? Ini maksud ucapan Lo waktu itu?"

Nanda tentu sangat ingat ucapannya itu tempo hari kepada Safa. Dia tidak mungkin lupa. Nanda pun tidak tau kalau kini dia memandang Arga itu berbeda. Berbeda dari cowok lain. Nanda tak menyadari itu karena sekarang yang dia tau dia hanya merasa nyaman berteman dan berada di sisi Arga sama seperti saat dirinya berada di sisi Yunan.

" ah udah ah, kok kita jadi ngobrol terus, niatnya kan mau nonton basket." Nanda menyudahi percakapannya dengan Safa yang justru malah membuatnya bingung.

" Iya...iya," kata Safa malas sambil memutar bola matanya jengah.

Nanda hanya mendengus sebal. Cewek itu kembali berteriak bahkan lebih kencang dari tadi dan dengan jahilnya pula dia sempat berteriak di telinga Safa karena cewek itu terus memalingkan wajahnya. Seolah bagi Safa memperhatikan kerumunan cewek-cewek itu lebih menarik dari pertandingan itu sendiri.

Tanpa merasa bersalah kepada seorang di sebelahnya yang sedang memasang raut jengkel, Nanda terus bertepuk tangan saat Arga kembali mencetak poin.

" Eh..." Nanda terdiam lalu menunduk. " Tadi Arga ngeliat ke arah gue bukan ya?" Ditempatnya Nanda sudah salah tingkah sambil memegangi dadanya. Jantungnya rasanya mau copot saking berdebar terlalu cepat. Padahal tadi hanya tatapan beberapa detik.

" Nggak usah geer dulu. Banyak kok yang ngerasa gitu juga. Tuh."

Nanda menoleh mengikuti arah pandang Safa. Disana ada seorang cewek yang sedang dikerumuni oleh teman-temannya. Cewek itu sedang tertawa senang sambil memegangi dadanya. Matanya terus tertuju pada Arga. Dan teman-temannya juga sedang meledeknya dengan kata cieee.

Sialan. Nanda merasa aneh pada dirinya sendiri yang akhir-akhir ini mudah geer.  Ini bukanlah Nanda yang biasanya. Karena Nanda yang biasa itu Nanda si cewek gombal bukan Nanda si cewek baperan.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang