Sejak tadi yang dilakukannya adalah memilih baju dan celana yang dirasa pas untuk dipakai. Hari ini adalah hari yang Nanda tunggu-tunggu yaitu jalan-jalan di mall bersama Arga. Satu hal yang baru Nanda sadari saat dia membuka isi lemarinya adalah sudah cukup lama dia tidak membeli baju. Jika sedang pergi hangout bersama Safa pun mereka lebih banyak membeli pernak-pernik cewek yang lucu bukan baju.
Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatian Nanda dari aktifitasnya mengacak lemari pakaian. Cewek itu langsung mengambil ponselnya yang tergeletak diatas kasur. Nanda membaca pesan itu sambil senyum-senyum.
Gue jemput sekarang.
Nanda menyudahi senyumannya. Dia melempar ponselnya ke atas kasur karena waktu terasa makin sempit. Tubuhnya bahkan kini masih dibalut oleh handuk. Nanda kembali ke lemarinya dan mengambil secara asal baju yang ada. Dia mengambil celana jeans putih yang dia padukan dengan atasan bermodel sabrina. Nanda berlari ke kamar mandi untuk mengganti baju. Setelah itu dia kembali menatap pantulan dirinya di cermin sambil mengoleskan bedak dan lipstik saja.
Nanda terdiam sejenak memandangi pantulan dirinya. Sejak tadi dia tampak sibuk seolah-olah ini adalah kencan pertama dengan Arga. Nanda menggeleng. Kembali menyadarkan dirinya bahwa kali ini tujuan mereka hanya untuk membeli kado saja dan tidak lebih dari itu. Nanda tidak ingin membuat dirinya sendiri melayang oleh khayalan tingginya. Dia enggan kecewa sepeti kemarin-kemarin.
Setelah dirasa semuanya siap, Nanda menyambar tas Selempangnya yang hanya berisi dompet dan ponsel lalu keluar dari kamar. Baru saja berbalik setelah menutup pintu kamar Nanda sudah dikejutkan dengan kehadiran Tirta.
" Abang bikin kaget aja deh." Nanda mengelus dadanya pelan.
Tirta tertawa pelan lalu memgang kedua pundak adiknya itu. " Adik Abang udah cantik mau kemana sih?"
" Geli tau nggak denger Abang ngomong gitu." Nanda menaik-turunkan bahunya.
Tirta pun terkekeh. " Jadi sebenarnya kamu mau kemana?"
Nanda menjentikan jarinya. " Nah itu baru Abang yang Nanda kenal. Ini bang, Nanda mau jalan sama temen."
Alis tirta berkerut. " Yunan apa Safa?"
Nanda menggeleng. " Bukan. Temen spesial tapi ya udah lah. Nggak penting juga. Nanda jalan dulu ya."
" Eitsss." Tirta kembali menahan bahu Nanda membuat cewek itu harus kembali berhadapan dengan abangnya.
" Apa lagi sih bang, Nanda udah telat nih," katanya sambil menunjuk jam ditangannya.
" Kamu itu cewek, nggak baik kalau pake baju kayak gini." Tirta melepaskan jaketnya dan menyampirkannya ke bahu Nanda.
Nanda menghembuskan nafasnya. " Tapi jaket ini sama sekali nggak cocok sama baju Nanda."
" Paling enggak bisa sedikit melindungi kamu." Tirta juga menarik ikat rambut Nanda dan menggeraikan rambut adiknya yang panjang. " Abang nggak bisa selalu pantau kamu, jadi jangan buat Abang dan papa khawatir. Dengan kamu bisa jaga diri sendiri itu sudah lebih dari cukup."
Nanda terdiam. Ucapan bang Tirta sama dengan ucapan Yunan kemarin. Kedua cowok itu juga sama-sama menyuruh Nanda untuk bisa menjaga diri. Nanda tersenyum tipis sambil membenarkan jaket abangnya. Maka dia akan tetap memakai jaket ini.
" NANDA!"
kedua kakak beradik itu kompak menoleh. Itu adalah suara papa yang berasal dari lantai bawah. Nanda bergegas turun diikuti Tirta di belakangnya.
Tatapan mata Nanda seketika melebar ketika melihat Arga sudah berada di dalam rumahnya. Bahkan langkah Nanda sampai terhenti di tengah tangga. Ingin menghindar tapi papa dan juga Arga sudah melihat ke arahnya. Nanda juga merutuki sikap Arga yang malah datang ke rumahnya langsung tanpa memberitahu Nanda, padahal semalam cowok itu sudah mengiyakan untuk menunggu Nanda di luar komplek seperti biasa. Dari yang Nanda lihat, Sepertinya mereka baru saja selesai mengobrol kan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
B N B (Tamat)
Teen FictionSahabatan atau pacaran sih? Nanda pasti akan langsung menjawab sahabatan. Padahal bagi sebagian orang yang melihat kedekatannya dengan Yunan, pasti akan mengira mereka pacaran. Ini memang bukanlah kisah cinta Yunan dan Nanda. Tapi kisah persahabatan...