Y&N 36

29 4 0
                                    

Andai sekarang bukan hari sekolah, tentunya Nanda akan lebih memilih untuk bergelung di  kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Bermalas-malasan di dalam kamar,  tanpa ada yang mengganggu. Tapi sayangnya takdir berkata lain. Pagi ini dia harus tetap pergi ke sekolah dengan resiko dia akan bertemu dengan Safa dan juga Arga.

Semalam setelah pulang dari rumah Yunan, Nanda masih harus menghadapi berbagai pertanyaan Tirta. Padahal yang saat itu ingin cepat-cepat dia lakukan hanyalah mengurung diri di dalam kamar dan menangis hingga dia merasa lelah sendiri.

Tapi tentu dia tidak bisa menghindar dari Tirta. Namun Nanda benar-benar sedang tidak ingin diganggu ataupun diajak mengobrol meski Nanda yakin Tirta menghawatirkanya. Alhasil Nanda terpaksa kembali berbohong tapi tidak sepenuhnya. Dia bilang kalau tadi dia habis menonton adegan romantis sepasang kekasih. Karena memang benar begitu. Adegan romantis Arga dan juga Safa.

Kertas yang tadinya bersih, tak ada coretan sedikit pun, kini sudah penuh dengan coretan tangan Nanda. Dia tak tau hari ini akan bagaimana. Dan Nanda juga tidak tau apa yang akan dia katakan ketika Safa duduk disebelahnya. Tentu itu tidak akan mudah bagi Nanda.

Ingin cepat-cepat pulang adalah keinginan Nanda. Hati dan pikirannya masih sangatlah kacau. Tapi sayangnya dia sudah terlanjur berada di dalam kelasnya. Nanda memilih untuk duduk di bangkunya sambil menghadap ke tembok. Pipinya di sangga dengan telapak tangan sambil terus mencorat-coret bukunya.

Mungkin hari-hari kedepannya akan sedikit berubah. Entah hubungannya dengan Safa bisa diperbaiki atau tidak. Tapi berada diposisi Nanda sangatlah sulit. Melihat sahabatnya bersanding dengan orang yang juga dia sukai. Jika menjauh adalah pilihan terbaik mungkin itu yang akan Nanda pilih. Biarlah persahabatannya hancur asalkan dia tidak jadi penghalang hubungan orang.

Ketika matanya memandang ke ambang pintu, dia melihat pemandangan yang mambuat hatinya kembali terasa sakit. Disana, Arga dan Safa baru saja tiba. Mereka kini sedang mengobrol entah apa tapi yang jelas keduanya sama-sama tertawa. Posisi mereka juga sangatlah dekat. Safa yang bersandar pada tembok dan Arga yang berada di depan cewek itu dengan satu tangannya yang berada di samping wajah Safa.

Nanda mendengus sebal. Tapi dia harus mulai terbiasa akan hal ini. Nanda langsung memalingkan wajahnya, enggan menatap mereka lama-lama karena itu akan membuatnya makin sakit hati. Andaikan saja tadi Nanda tidak memilih untuk langsung ke kelas dan memilih untuk berdiam diri di luar hingga bel masuk pasti pemandangan seperti tadi dia akan dia lihat.

Nanda jadi teringat Yunan. Cowok itu....ah entahlah. Sejak kepergianya semalam Yunan sama sekali tidak menghubunginya. Ataupun ke rumahnya untuk sekedar minta maaf. Pagi tadi pun Nanda tidak mendengar suara motor Yunan yang sedang dipanaskan. Sampai di sekolah pun Nanda tidak melihat cowok itu. Tiba-tiba Yunan susah dilihat keberadaannya. Kalau begini, yang sebenarnya sedang ngambek Nanda atau Yunan? Keduanya malah jadi saling menjauh.

" Pagi Nda."

Sapaan pelan itu membuat Nanda menghentikan tanganya yang masih mencoret buku. Dia menoleh sekilas menatap Safa yang sepertinya ingin duduk disebelahnya namun terhalang oleh tas Nanda yang sengaja diletakkan cewek itu di bangku Safa.

Safa berniat menaruh tas Nanda diatas meja supaya bangku itu bisa dia duduki. Namun tanpa dia duga, Nanda kembali meletakkan tasnya di bangku lalu menatap Safa dingin.

" Gue lagi pengen sendiri. Lo boleh duduk sama yang lain dulu." Nanda kemudian langsung mengalihkan tatapannya lagi ke arah tembok.

" Oke." Safa mengiyakan permintaan Nanda. " Tapi Lo masih sahabat gue kan Nda?" Tanyanya.

" Mungkin lebih baik nggak usah sahabatan. Itu lebih baik buat gue dan hubungan Lo sama Arga."

Safa memaksakan dirinya untuk duduk di sebelah Nanda. Dia merasa harus menyelesaikan semua ini dengan segera. Dia senang punya pacar tapi kalau harus mengorbankan sahabat seperti Nanda rasanya Safa tidak akan pernah terima.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang