" Lo yakin temenan sama Nanda?"
Seketika Arga mendongak. Cowok itu terlihat bingung dengan maksud pertanyaan Yunan. Arga tak langsung merespon karena dia lebih memilih untuk minum lebih dulu, Yunan juga sudah kembali bersandar pada kursi.
" Sori," Arga tertawa pelan. " Maksud Lo nanya gitu apa ya?"
" Lo belum tau Nanda yang sebenernya."
Arga makin di buat bingung. " Yang sebenernya gimana?"
" Lo punya cewek?"
Kening Arga berkerut sambil menggeleng pelan. " Sori. Kita baru pertama kali ngobrol tapi kenapa Lo nanya gitu?"
" Enggak." Yunan melipat tangannya di dada. " Bukannya Lo banyak fans. Aneh aja kalau Lo nggak punya cewek. Pastinya banyak yang mau sama Lo."
" Oke." Arga seolah mulai mengerti maksud dari semua pembicaraan Yunan. " Gue nggak punya cewek. Gue tau Lo takut kalau gue cuma mainin Nanda tapi gue nggak ada maksud begitu. Gue pure emang mau temenan sama dia. Karena gue ngerasa cocok aja temenan sama cewek yang sering buat gue ketawa. Udah itu aja nggak lebih."
" Gue tau Lo khawatir. Tapi Lo juga harus tau kalau gue itu bukan cowok yang suka mainin cewek. Banyak fans dan banyak penggemar itu nggak bisa dijadiin alasan untuk Lo nge-cap gue playboy. Itu inti yang ingin Lo tau dari semua pertanyaan tadi, kan?"
Yunan mengangguk membenarkan. " Sori. Kayaknya Gue tadi udah nggak sopan sama Lo."Arga terkekeh. " Nggak masalah. Gue ngerti. Lo cuma nggak mau sahabat Lo sedih kan? Ouh iya, kata Nanda Lo juga suka main gitar."
Yunan tersenyum tipis. Sepertinya banyak yang sudah Nanda ceritakan kepada Arga. Baru saling mengenal beberapa waktu tapi sepertinya Nanda dan Arga memang sudah seakrab itu, sampai saling bertukar cerita satu sama lain. Yunan memilih tidak menjawab dan sepertinya Arga juga tidak terlalu menuntut. Ini hanya sekedar basa-basi saja.
" Nih pesenen Lo!" Segelas es jeruk yang dingin sudah tersaji di depan Yunan.
" Thanks," katanya lalu beranjak pergi tanpa mengucapkan kata apapun lagi.
Nanda melongo di tempatnya. " Nggak mau bilang apa lagi gitu. Thanks Nanda. Makasih cantik. Atau apa kek," teriak Nanda.
Merasa percuma meneriaki yunan yang tidak akan meresponnya, Nanda memilih duduk dan menghabiskan es teh miliknya dengan cepat.
" Datang telat, pulang cepet. Disiplin banget si Yunan. Terus datang cuma buat nagih utang es jeruk pula. Apa-apaan sih tuh cowok. Kesambet setan pojok lantai 2 kali tuh bocah..." Omel Nanda meluapkan rasa kesalnya yang tak tersampaikan kepada Yunan.
Arga hanya tersenyum melihat Nanda yang marah. " Nggak usah ngambek gitu. Dia pasti punya caranya sendiri untuk buat Lo seneng."
" Seneng dari mana yang ada dia bikin gue jengkel terus tau nggak."
" Ya udah jangan ngambek terus, ntar muka Lo merah juga kayak kepiting rebus."
Nanda tersenyum mendengarnya. " Eh, tapi tadi Yunan nggak ngomong macem-macem soal gue kan? Soalnya dia kadang suka melebih-lebihkan."
" Kita ngobrol banyak tadi."
" Tentang gue?" Tanyanya dengan wajah serius.
Arga mengangguk. Dia memajukan tubuhnya sambil melirik ke sekitar. Seolah ini adalah sebuah rahasia besar. " Katanya....." Arga memberi jeda cukup lama ucapannya.
" Apa?" Tanya Nanda pelan.
" Katanya kalau Deket sama Lo harus siap earphone supaya telinganya nggak rusak denger teriakan Lo." Arga pun tertawa sambil mengacak rambut Nanda lalu kembali menarik mundur tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
B N B (Tamat)
Teen FictionSahabatan atau pacaran sih? Nanda pasti akan langsung menjawab sahabatan. Padahal bagi sebagian orang yang melihat kedekatannya dengan Yunan, pasti akan mengira mereka pacaran. Ini memang bukanlah kisah cinta Yunan dan Nanda. Tapi kisah persahabatan...