Y&N 33

21 2 0
                                    

Yang sedari tadi sibuk Nanda lakukan adalah merias diri. Sudah dari setengah jam yang lalu dia duduk di depan kaca dengan berbagai alat make up di mejanya. Semuanya yang awalnya tidak pernah Nanda sentuh dan pakai kini dia keluarkan semuanya dari dalam lemarinya.

Sama halnya dengan baju. Khusus untuk malam ini, Nanda sengaja memakai baju yang baru dibelinya tadi siang. Semuanya terasa spesial karena dia akan pergi ke acaranya Arga. Tak terasa hari itu sudah tiba saja pdahal rasanya baru kemarin Nanda berjingkrak di kamar hanya karena mendengar ucapan Arga waktu itu.

" Yang tadi jangan dipikirin, gue percaya Lo sama Yunan itu cuma sahabat."

Semua itu rasanya langsung membuat Nanda melayang. Jadi waktu Nanda diejek oleh teman Arga dan Arga tidak marah itu semata-mata karena cowok itu percaya kepada Nanda bahwa tidak ada hubungan lebih diantaranya dan Yunan. Itu juga berarti Nanda tinggal menunggu waktunya saja kapan Arga akan mengutarakan perasaan kepada Nanda.

Nanda terkikik geli, jika membayangkan bagaimana dia harus bersikap nanti jika Arga menembaknya apalagi bila di tengah orang banyak, Nanda hanya bisa menutup wajahnya malu. Nanda menggeleng pelan sambil terus tersenyum. Dan tanpa sadar saking fokusnya menghayal, lipstik yang baru saja dia oleskan tercoret hingga melewati sudut bibirnya dan tentu itu sangat merusak penampilan Nanda malam ini.

" Aduh....ah...kok makin belepotan sih," gerutu Nanda ketika noda lipstik di pipinya itu makin melebar.

Nanda panik dan akhirnya dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh pipinya yang terkena noda dengan air. Dengan cepat dia mengelap wajahnya menggunakan handuk kemudian kembali mengoleskan bedak. Seruan dari papanya sudah terdengar yang berarti Yunan sudah datang menjemputnya. Nanda memperhatikan sekali lagi penampilannya sebelum dia keluar kamar.

Nanda berjalan cepat menuruni tangga, hingga langkahnya perlahan memelan ketika melihat siapa yang sedang berbincang dengan papa saat ini. Nanda tersenyum tipis, kemudian kembali melanjutkan langkah dengan menuruni satu persatu anak tangga dengan anggun.

" Cantik banget anak papa. Dandan kayak gini itu buat siapa Nda?" Tanya papa dengan maksud menggoda Nanda.

" Kenapa Lo yang jemput?" Nanda malah bertanya pada Arga yang kini tengah menatapnya.

Arga tersenyum. " Emang nggak boleh?"

" Ya...ya nggak pa-pa sih," katanya hampir terbata. Malahan gue seneng banget, berasa spesial gue malam ini, lanjut Nanda.

" Bang Tirta mana pa?" Tanya Nanda.

" Tadi bilangnya keluar sama temennya."

" Ya udah tolong sampein ke Abang kalau Nanda pergi bareng Arga tapi ada Yunan juga. Nanti Abang mikir macem-macem lagi."

Papa hanya mengangguk saja.

" Mau berangkat sekarang?" Tanya Arga sambil mengulurkan telapak tangannya bak seperti pangeran yang ingin mengajak dansa tuan putrinya.

Nanda mengangguk lalu tangannya terangkat hendak menerima uluran tangan Arga, namun sebuah gerakan tangan yang begitu cepat membuat tubuh Nanda langsung berputar hingga menghadap papanya.

" Kamu hati-hati di jalan. Dan jangan pulang terlalu malam."

Nanda sedikit memalingkan wajahnya kemudian mendengus sebal. Gagal lagi. Tapi sedetik kemudian dia langsung menatap papanya sambil tersenyum dan mengangguk patuh. Papa juga ikut tersenyum lalu memeluk anak gadisnya itu.

" Kenapa ketawa?" Tanya Nanda ketika dia sedang mengikuti Arga dari belakang setelah keluar dari rumah, dia mendengar tawa dari cowok itu meski pelan.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang