Y&N 37

29 3 0
                                    

Jam pulang sekolah Nanda menunggu jemputan Tirta di sebuah halte. Sejak malam itu Nanda meminta agar Tirta selalu menyempatkan waktu untuk mengantar dan menjemputnya. Meski Tirta sedikit bingung tapi berkat paksaan Nanda yang diiringi dengan tangisannya akhirnya Tirta menyanggupi.

Nanda menoleh ke sampingnya, beberapa orang yang tadi bersamanya perlahan mulai pergi satu persatu. Biasanya Nanda akan menemani Safa menunggu jemputanya disini dengan Yunan juga, tapi sekarang semuanya sudah tidak ada. Kini tinggallah Nanda sendiri. Dia yang memilih untuk menjauh maka kesendiriran yang akan dia dapat.

Sebenarnya Nanda bukannya orang yang mudah bergaul. Masih banyak teman satu kelasnya yang juga akrab dengannya. Tapi untuk saat ini Nanda memang ingin sendiri dulu.

Nanda menunduk sambil mengayunkan kakinya demi menghilangkan kebosanan. Ini resikonya kalau menunggu Tirta. Dia harus menunggu hingga Tirta punya waktu luang di sela-sela kuliahnya. Sebenarnya bisa saja Nanda naik kendaraan umum tapi rasanya begitu malas.

" Nunggu bang Tirta?" Suara yang sangat Nanda kenali membuatnya menoleh dan benar saja, Yunan sudah ada di sampingnya.

Ada sedikit rasa senang sebenarnya ketika melihat kembali cowok itu setelah hampir seminggu lamanya dia tidak bertemu dengan Yunan. Yunan juga tidak ke rumah begitupun sebaliknya.

Hendak menjawab pertanyaan Yunan tapi Nanda kembali teringat betapa jahatnya cowok di sampingnya ini yang sudah dengan teganya membohonginya.

" Lo kenapa sih?" Yunan memulai percakapan lagi.

Nanda masih menunduk. Yunan masih bertanya kenapa disaat dia harusnya tau apa kesalahannya. Bahkan sejak malam itu dia belum meminta maaf soal dia yang mengungkit hal yang paling Nanda hindari. Yang paling membuat Nanda sedih. Yunan ini sebenarnya lupa atau pura-pura lupa. Atau dia hanya sedang menghindari membahas masalah itu dengan Nanda.

" Lo marah gara-gara gue ngusir Lo waktu itu?" Tanya Yunan lagi. Setelah diingat kembali sesuatu yang membuat Nanda berubah, pemikiran itu yang muncul di kepala Yunan. Soal dia yang mengusir Nanda dari kamarnya.

Nanda masih diam. Dia tidak menggeleng juga mengangguk. Ucapan Yunan tidak sepenuhnya salah. Nanda memang masih sakit hati ketika cowok itu tega mengusirnya padahal Nanda peduli pada cowok itu. Hal itu juga salah satu alasan Nanda untuk menghindari Yunan.

" Waktu itu gue emang lagi pengen sendiri dan nggak mau diganggu. Tapi Lo malah gangguin gue," kata Yunan lagi tapi Nanda sepertinya masih betah diam.

Dengan kata lain Yunan baru saja mengatakan kalau Nanda adalah pengganggunya. Nanda hanya berusaha menjadi sahabat yang baik selayaknya Yunan yang selalu mau mendengarkan keluh kesah Nanda. Tapi sepertinya Nanda memang hanya benalu bagi Yunan.

Nanda masih betah diam. Dia tidak menanggapi ucapan Yunan. Dirinya masih terlalu sakit hati mengingat dua sahabatnya sekaligus yang malah membuatnya sakit hati.

" Lo enak banget bilang gitu padahal gue cuma lagi berusaha jadi sahabat yang baik buat lo. Dan tadi, Lo masih tanya gue kenapa? Lo lupa apa yang udah Lo hilang ke gue malam itu?" Nanda baru menatap Yunan yang masih duduk disampingnya.

" Lo ungkit apa yang gue paling hindari. Apa yang membuat gue sedih. Harusnya Lo bisa ngejaga ucapan Lo itu. Lo itu sahabat gue, Lo tau semua tentang gue tapi Lo juga yang tega buat gue sakit hati."

Nanda tertawa lirih. " Bener apa kata kak Luna. Orang yang paling dekat dengan kita itu  berpotensi paling besar untuk buat kita sakit hati. Dan Lo juga tega bohongin gue soal Arga dan Safa."

Nanda berbicara dengan begitu tenang tanpa teriakan. Dia juga sadar sedang dimana dirinya sekarang. Apalagi sekarang Nanda sudah melihat mobil Tirta yang sudah berhenti di depannya. Nanda berdiri dan kembali memandang Yunan.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang