Y&N 14

114 5 0
                                    

" ssssttt.....ssssttt."

Nanda yang tengah berjalan di samping Arga--hendak masuk ke dalam perpustakaan-- langsung berhenti mendadak dan menoleh mencari sumber suara. Arga pun jadi ikut berhenti dan menoleh. Nanda terus memutar tubuhnya sampai 90 derajat, hingga menemukan Yunan tengah duduk di atas meja yang ada di dekat salah satu tembok pembatas yang berseberangan dengan tembok pembatas dekat perpustakaan. Seperti biasa, cowok itu tak pernah lepas dari gitarnya.

Nanda yang bingung dengan kehadiran Yunan di sana pun langsungmenghampiri Yunan diikuti Arga di belakangnya. " Ngapain Lo di lantai 2 nongkrong sambil main gitar? Mau caper lagi kayak waktu itu?" Nanda berkacak pinggang.

" Lo baru juga mau memulai kegiatan belajar Lo, udah marah-marah aja. Day  1 nda, are you excited?" Yunan malah mengabaikan ucapan Nanda dan lebih memilih membahas soal cewek itu.

" I'm so excited," jawab Nanda begitu tegas.

Yunan menganggukkan kepala lalu tatapannya beralih pada Arga yang sedang tersenyum tipis. " Gue juga mau bilang sama Lo. Jagain dia yang bener soalnya ini cewek suka kabur-kaburan."

" Sialan Lo!" Satu pukulan pun mendarat mulus di lengan Yunan.

Beruntung suasana sudah sepi jadi Yunan bisa bebas berada disana tanpa ada yang memperhatikannya. Begitupun dengan Nanda yang bisa bebas berteriak tanpa takut kena marah ataupun kena hukum karena ini sudah lewat 15 menit dari jam pulang sekolah. Begitupun nanti di dalam perpustakaan, yang sudah tidak ada penjaganya namun masih tetap di buka.

" Lo tenang aja Nan, gue pasti bakalan bantu Nanda sampai dia bisa belajar sendiri tanpa harus disuruh."

Yunan kembali mengangguk. Ucapan Arga Sama dengan tujuannya membuat syarat itu. Dia hanya ingin Nanda berubah jadi lebih baik. Tidak bisa selamanya cewek itu terus bermalas-malasan.

" Tuh Lo denger, makanya semangat.

" Semangat kepalamu!" Satu toyoran pun mendarat di kepala Yunan.

Mendengar kata semangat membuat Nanda menunduk lesu. Yang tepat untuknya bukanlah semangat melainkan terpaksa. Kalau bukan karena tidak ingin kalah dari Yunan, Nanda juga ingin membuktikan kalau dia bisa sepadan bila bersama Arga. Nanda pasti akan menolak mentah-mentah syarat itu.

Cewek itu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Meskipun Arga yang akan menemaninya tapi tetap saja yang namanya malas akan tetap jadi pemalas kecuali atas kemauan sendiri. Yunan saja yang sudah memaksanya berkali-kali selama bertahun-tahun belum berhasil membuat Nanda menjadi orang yang rajin belajar. Apalagi Arga yang baru dikenalnya.

Genggaman tangan yang begitu hangat membuat Nanda menoleh. Dia melihat Arga tersenyum ke arahnya seolah memberi kekuatan. Lalu tatapan cewek itu beralih pada tangannya yang begitu pas dalam genggaman Arga.

" Ayo." Arga menuntunnya untuk masuk ke dalam perpustakaan meninggalkan Yunan sendiri.

Nanda menoleh lalu memeletkan lidahnya yang dibalas Yunan hanya dengan dengusan sebalnya saja. Nanda kembali menatap genggaman tangannya juga Arga. Dia langasung menutup mulutnya ketika tawa senangnya hendak meledak. Bisa-bisa dia malu di depan Arga. Tapi satu yang tak Nanda pungkiri, kehadiran Arga memang sedikit memberinya semangat untuk belajar hari ini.

Nanda memilih tempat duduk disebelah Arga. Dia sudah mengambil satu novel untuk dia baca. Ini lebih baik daripada buku pelajaran. Kata Arga juga, Nanda harus memulai dengan apa yang dia suka lebih dulu. Mungkin novel. Karena sejauh ini beberapa buku yang lumayan sering dia baca adalah novel.

Sedangkan Arga tentunya sudah berkutat dengan buku-bukunya. Tentunya soal pelajaran dan segala hal yang berhubungan dengan IPA.

" Nda, gue mau kasih Lo sesuatu," kata Arga di tengah-tengah fokusnya sedang membaca.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang