Y&N 30

96 5 1
                                    

Tidak ada respon apapun dari Nanda kecuali sedikit rasa terkejutnya melihat Arga yang berada di lapangan yang sama dengannya. Cewek itu kembali memalingkan wajahnya, meski dia tau kalau Arga kini sedang melangkah mendekat ke arahnya.

" Nggak perlu. Gue nggak butuh dibantu apapun."

Arga sadar kalau cewek yang sedang dia tatap itu masih marah kepadanya. Ucapannya kemarin memang keterlaluan. Dia asal bicara dan sama sekali tidak memikirkan perasaan Nanda yang mungkin sudah bersusah payah ingin membantunya.

" Lo ngebalikin kata-kata gue kemarin?sori. Kemarin gue emang lagi kacau banget. Makanya gue sampai ngebentak Lo. pikiran juga makanya gue emosian."

Nanda tak merespon. Cewek itu diam dan kembali pada kegitan awalnya. Seolah tak peduli akan kehadiran Arga di sampingnya. Meskipun dalam otaknya mulai muncul berbagai spekulasi tentang apa yang membuat pikiran Arga sampai Sekacau itu.

" Tawaran yang kemarin apa masih berlaku?" Arga kembali bersuara sambil menatap Nanda dari samping.

" Udah kadaluwarsa," jawab Nanda begitu singkat.

" Nggak papa deh kadaluarsa juga asalkan masih bisa dipake dan nggak bikin gue mati," canda Arga.

Nanda hanya menyunggingkan senyum singkatnya sebagai jawaban. Arga yang mengerti kalau Nanda masih belum bisa memaafkannya sepenuhnya langsung memegang tangan cewek itu dan menariknya ke tengah lapangan basket.

" Gue punya tantangan buat Lo."

Nanda menyentakan tangan Arga. " Apa sih? Gue masih capek."

" Gue bakalan ajarin Lo cara masukin bola basket yang benar ke dalam ring, kalau Lo bisa itu artinya gue menang dan Lo harus maafin gue tapi kalau Lo nggak bisa, gue kalah dan gue janji nggak akan ganggu Lo lagi."

What?. Mata Nanda seketika langsung melebar. Ini pilihan yang lumayan sulit untuknya. Tentu dia tidak akan mau Arga menjauhinya tapi dia juga masih kesal dengan cowok itu yang seolah tidak menghargai usahanya untuk membantu.

" Gimana?" Tanya Arga lagi.

Nanda masih menunduk dan belum berani menatap Arga. Helaan nafas Nanda terdengar berat. Tapi selanjutnya dia mengangguk juga. Yang artinya menerima tawaran Arga dengan segala konsekuensinya.

" Oke, kita mulai." Arga pergi untuk mengambil bola.

Mereka berdua sudah berada di depan ring dengan Nanda di depan dan Arga tepat berada di belakang cewek itu. Kedua tangan Arga memegang tangan Nanda dan membenarkan posisi tangan cewek itu. Sedangkan Nanda bukannya fokus menatap ring diatas sana, dia malah sibuk menatap kemana saja asalkan tidak ke kiri karena wajah Arga yang begitu dekat dengannya.

" Nda, yang penting itu Lo harus fokus ke ring itu, ngerti?"

Nanda hanya mengangguk saja. Entah apa yang Arga jelaskan tadi Nanda tidak terlalu mendengarnya karena Sedari tadi dia sibuk menetralkan detak jantungnya yang berdegup sangat kencang. Tapi Nanda harap kali ini dia bisa supaya tidak remidial lagi.

" Sekarang coba ya," kata Arga.

Setelah posisi tangannya sudah Arga benarkan, Nanda menghela nafasnya pelan kemudian menatap ring basket di depannya. Dia mencoba memfokuskan diri dan mengabaikan sejenak apa yang dia rasakan saat ini.

" Hah, sedikit lagi Ga," kata Nanda diiringi senyumnya ketika bola yang baru saja dia lempar hampir saja masuk.

Arga mengambil bola itu dan kembali memberikannya pada Nanda. " Apa gue bilang Lo pasti bisa. Cuma Lo perlu fokus aja. Sekarang coba lagi."

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang