Y&N 29

60 4 0
                                    

" artis, artis siapa yang bikin sehat?"

" Ade brokoli."

Nanda cemberut. " Jawabnya yang bener dong Yunan."

" Orang gue nggak tau, yang penting kan udah gue coba jawab."

" Mau tau nggak apa jawabannya?" Tanya Nanda.

Yunan hanya menoleh dengan satu alisnya terangkat.

" Sule," katanya cepat. " Susu kedele." Nanda terbahak.

Sejak di gerbang utama hingga kini mereka sedang berjalan di lorong koridor, Nanda terus melemparkan Yunan sebuah tebak-tebakan yang malah terasa garing olehnya. Tapi Yunan tetap berusaha menangapi meskipun hanya seadanya.
Nanda menarik lengan Yunan ketika cowok itu hendak masuk ke dalam kelasnya. Nanda menyuruh agar Yunan mengantarnya sampai ke kelas seperti biasa. Alasan cewek itu pun masih sama katanya biar sama-sama latihan sebelum masing-masing memiliki pacar.

Yunan hanya bisa menghela nafasnya. Terserah apa yang mau Nanda ucapkan. Asalkan cewek itu tidak terus berbicara yang justru malah membuat telinganya terasa panas.

" Udah kan, sekarang gue balik."

" Eitss..." Nanda menarik tangan Yunan hingga cowok itu kembali berbalik. Yunan sempat berdecak pelan. Dia sudah merasa begitu risi disini karena banyak adik kelas yang kini memperhatikannya.

" Apa lagi Nda?" Tanyanya lelah.

Nanda hanya menampilkan cengirannya membuat Yunan langsung mengerti. Cowok itu sedikit menundukkan kepalanya. Nanda terkikik, dia tidak akan melakukan kebiasan mereka seperti biasa. Kedua tangannya menangkup pipi Yunan kemudian mengarahkan wajah cowok itu agar menatapnya.

" Jangan lupa sama persetujuan kita kemarin," katanya dengan jarah wajah mereka yang cukup dekat.

Nanda tersenyum setelah melepaskan tangannya. " Bye Yunan."

***

Di sepanjang koridor, hanya ruang kelas Nanda saja yang terdengar ramai. Itu adalah akibat dari guru mata pelajaran yang tak kunjung datang. Meski begitu tapi tidak ada satupun orang di kelas Nanda yang mau pergi ke ruang guru untuk memanggil guru.

Alhasil kini seorang guru berkumis tebal yang datangnya dari kelas sebelah langsung membuat suasana kelas semakin ribut karena masing-masing murid langsung berhamburan duduk ke tempat masing-masing. Guru itu terus melintir ujung kumisnya sambil menatap ke seluruh penjuru kelas.

" Hari ini pelajaran Bu esih, benar?" Tanyanya dengan nada dingin.

Hampir seluruh murid mengangguk.

" Tunggu sebentar." Guru itu berbalik keluar dari dalam kelas. " Dan jangan ribut," katanya lagi sambil melongokan kepalanya sontak semua yang tadinya berdiri kembali duduk di tempatnnya.
Dan benar saja tak lama kemudian guru itu sudah kembali dengan tumpukan kertas ditangannya. Dia membagikannya yang ternyata isinya adalah soal-soal.

" Kerjakan tugas itu di perpustakaan dan kumpulkan ke saya saat jam pelajaran pertama. Ketua kelas yang akan bertanggung jawab. Dan jika ada satu orang yang tidak mengumpulkan maka semuanya akan dapat nilai nol."

Entah itu sebuah penjelasan atau ancaman tapi kedengarannya sih seperti ancaman. Suasana mendadak hening. Semua menatap soal itu dan baru ketika guru tadi berteriak sambil bertepuk tangan, semua murid langsung berbondong-bondong pergi ke perpustakaan termasuk Nanda dan juga Safa yang keluar dari kelas paling akhir.

" Gila ini soal cuma 10 tapi semuanya minta penjelasan, bisa habis satu buku nih," gerutu Nanda sepanjang jalan.

Nanda menoleh ketika Safa tidak merespon ucapannya. Rupanya cewek itu sejak tadi tengah sibuk menatap layar ponselnya. Nanda mengintip sedikit dan seortinyy Safa sedang berbalas chat dengan seseorang lewat aplikasi WhatsApp. Sejak di kelas tadi Nanda juga sering mendengar kalau ponsel Safa sangat sering berbunyi.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang