Y&N 28

38 3 0
                                    

Tak ada respon yang Arga berikan ketika Nanda mengatakan hal itu. Cowok itu hanya tersenyum lalu mengacak pelan rambut Nanda. Selanjutnya Arga hanya mengajak Nanda untuk pergi dari lapangan karena bel masuk sudah berbunyi. Sepertinya ada yang salah dari ucapan Nanda. Atau mungkin Arga merasa tersinggung. Tapi kenapa? Nanda hanya berniat membantu.

Nanda mempercepat langkahnya karena setelah menatap ke depan, lorong koridor begitu sepi. Sedangkan dia masih saja berada beberapa meter dari pintu kelasnya. Nanda terlalu banyak melamun.
Nanda terus melangkah hingga tiba di depan sekolah. Dia akan menunggu angkot saja jika bang Tirta tidak akan menjemputnya meski tadi pagi bilang akan menjemput. Nanda melangkah dan memilih duduk di halte, bersama dengan para murid yang lain.

Cukup lama Nanda menunggu tapi bang Tirta tak kunjung datang. Bahkan beberapa orang yang tadi ada disekitarnya kini sudah mulai pergi.

" Lo ngapain disini?"

Nanda menoleh dan mendapati Yunan kini tengah berdiri tak jauh darinya. " Nunggu Abang."

" Tadi bang Tirta telfon gue katanya nggak bisa jemput. Lagi banyak urusan."

Mata Nanda melebar. " Kok dia nggak bilang ke gue sih?"

Yunan memutar bola matanya. " Gimana mau bilang orang hp Lo juga nggak bisa di hubungi."

" Ouh iya." Nanda menepuk dahinya. " Lupa. Hp gue kan mati." Setelahnya di malah nyengir.

" Ya udah ayo balik!" Seru Yunan.

" Eh tunggu Nan!" Nanda menepuk sebelahnya. " Duduk dulu. Gue mau ngomong bentar."

Yunan menghela nafasnya sambil menggaruk kepalanya bagian belakangnya. " Ngomong apa sih?" Tanya Yunan sambil duduk.

" Lo mau ngehibur gue nggak?" Tanya Nanda sambil tersenyum.

Yunan langsung menggeser duduknya hingga berjarak cukup jauh. " Lo pikir gue cowok penghibur apa?"

Nanda terkekeh. " Bukan gitu. Sekarang Lo udah mulai pinter bercanda ya."

" Ya terus?"

" Gue mau minta tolong sama Lo."

Kening Yunan berkerut. " Tumben ngomong biasanya juga langsung maksa. Pasti ada maunya nih Lo."

" Hehehe...gue minta tolong Lo buat gantiin gitarisnya Arga yang udah keluar. Soalnya band mereka mau bubar tapi sebelum itu mereka pengen ngasih penampilan terakhir."

Yunan tampak berpikir. " Kenapa harus gue? Yang bisa main gitar kan banyak."

" Tapi gue cuma kenalnya sama Lo." Nanda menggeser duduknya hingga kembali berdekatan dengan Yunan.

" Nggak! Gue nggak mau. Gue itu udah jadi bagian dari band bang Tirta, nggak bisa lah sembarangan tampil sama band lain. Lo gila ya!"

" Nan, maksud gue nggak gitu. Ini cuma untuk  ngebantu Arga doang. Abis itu udah, Lo bisa latihan sama Abang kayak biasa."

Yunan terdiam. Dia tak habis pikir dengan apa yang Nanda lakukan saat ini. Sepetinya cewek itu tidak kapok mendapatkan amarah Tirta. Yang kemarin saja belum beres kini Nanda sudah memancing masalah baru. Meski niat cewek itu baik tapi sepertinya Nanda tidak memikirkan resiko yang akan ditanggung.

Yunan menghembuskan nafasnya. Cowok itu menatap Nanda yang sepertinya masih menunggu jawabannya. Yunan berdiri mengulurkan tangannya ke arah Nanda yang langsung disambut cewek itu dengan senyum bahagia.

" Ini maksudnya deal, kan? Lo setuju gitu?"

" Gue mau ngajak Lo pulang bukan mau bilang kalau gue setuju." Yunan melepaskan tangannya lalu berjalan lebih dulu. Merasa tak ada langkah yang mengikuti Yunan berbalik. " Mau balik nggak apa mau nginep di halte?"

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang