" thank you Yunan sayang."
Yunan melotot. " Nggak usah manggil gue dengan sebutan sayang!"
Nanda terkikik. " Iya...iya. yaudah sekarang nunduk."
Yunan hanya bisa memutar bola matanya dan dengan malasnya dia pun sedikit menundukkan kepalanya di hadapan Nanda yang kini sedang cekikikan karena selalu berhasil mengerjai Yunan.
Sepeti biasa Nanda mengacak rambut Yunan dengan ganasnya membuat cowok itu kini hanya bisa berdecak. Yunan tidak bisa menolak ataupun mencegah Nanda." Nda, Lo tuh kebiasaan. Nggak bisa pelan pelan apa?" Yunan sedikit merapikan rambutnya yang begitu kusut.
" Sesuai perjanjian dan kesepakatan kita dari dulu."
Selalu dan selalu itu yang Nanda katakan. Dan mungkin juga akan seperti ini terus selamanya.
" Ya udah sekarang giliran gue."
" Oke. Silahkan aja. Gue nggak takut."
Nanda dengn senang hati mengarahkan kepalanya ke arah Yunan sambil memejamkan mata tak lupa senyum yang tak pernah luntur.
Yunan ikut tersenyum tipis. Ditatapnya pucuk kepala Nanda lalu dia mengajaknya dengan pelan dan penuh kelembutan.
" Lo nggak akan tega ngacak rambut gue sampai kusut. Karena Lo sayang gue."
Yunan menoyor kening Nanda. " Nggak usah geer jadi cewek."" Nggak geer kok cuma lagi bicara fakta aja," kata namda sambil menarik turunkan alisnya menggoda Yunan.
Yunan hanya bisa berdecak pelan sambil membuang muka sesaat. " Gue balik."
" Nggak manggil sayang nih?" Teriak Nanda tapi tak di gubris Yunan.
Nanda hanya cekikikan lalu berbalik hendak masuk ke dalam kelasnya. Yunan memang selalu mengantarnya sampai pintu kelas. Bukan kemauan Yunan tapi perintah Nanda namun Yunan selalu menurut meski sempat protes.
" Yakin nih cuma sahabat doang?"
Langkah Nanda terhenti ketika mendapati Safa tengah berdiri di pintu kelas, menatapnya sambil melipat kedua tangannya. Nanda yang melihatnya hanya bisa menghembuskan nafasnya gusar. Cewek itu mengeratkan pegangan pada tali tasnya. Nanda perlahan maju lalu dengan cepatnya cewek itu menubruk dan memeluk Safa dengan begitu eratnya sambil tertawa kencang.
" Begini cara gue bersahabat sama Lo dan begitu juga cara gue bersahabat dengan Yunan." Nanda berucap setelah Safa mendorongnya agak kencang agar pelukan Nanda terlepas.
" Terserah Lo deh. Ouh iya..." Safa tiba-tiba berkacak pinggang di depan Nanda. " Hati inu Lo telat datang dan belum piket dan tugas Lo...." Safa pergi ke meja guru untuk mengambil sesuatu.
Nanda mengacak rambutnya. Dia sengaja datang telat karena sedang malas piket. Pikirnya kalau dia telat pasti semuanya sudah beres tapi kenapa malah sekarang masih tersisa pekerjaan untuknya.
Safa kembali dengan setumpuk buku ditangannya. " Tugas Lo kembaliin semua buku ini ke perpustakaan."
" Fa...ini kan banyak banget. Yang tersisa di meja guru itu juga harus dibawa?" Nanda melirik setumpuk buku lagi yang masih tersisa di meja guru.
Safa mengangguk mantap sedetik kemudian dia menggeleng sambil menggerakkan jari telunjuknya ke samping saat Nanda sudah membuka mulutnya akan protes.
Nanda pasrah. Dia melepaskan tas ranselnya lalu dia menukarnya dengan setumpuk buku di tangan Safa. " Titip tas gue," katanya.
Nanda keluar dari dalam kelas dan berjalan menuju perpustakaan dengan malas malasan. Jarak perpustakaan dengan kelasnya lumayan cukup jauh. Dia harus melewati koridor kelas 10 lalu berbelok menaiki tangga barulah dia akan sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
B N B (Tamat)
Teen FictionSahabatan atau pacaran sih? Nanda pasti akan langsung menjawab sahabatan. Padahal bagi sebagian orang yang melihat kedekatannya dengan Yunan, pasti akan mengira mereka pacaran. Ini memang bukanlah kisah cinta Yunan dan Nanda. Tapi kisah persahabatan...