Y&N 34

32 2 0
                                    

" bang Tirta!"

Pandangan adik kakak itu pun bertemu. Tatapan Tirta menajam. Tangannya terus menarik-narik lengan Nanda. Merasa tidak enak karena acara yang tiba-tiba terhenti karenanya, Nanda melepaskan tangan Tirta. Dia kemudian menatap sekelilingnya sambil menundukkan kepala meminta maaf. Tatapannya lalu tertuju pada Arga dan juga Yunan yang sudah berdiri hendak menghampirinya, tapi Nanda memberi isyarat agar mereka tetap diatas panggung dan melanjutkan acara.

" Gue pulang dulu. Kalian lanjutin acara ini sampai selesai," pamitnya pada Safa juga semuanya yang sedang berada diatas panggung.

Tirta kembali menarik lengan adiknya itu meski pandangan Nanda terus saja tertuju ke arah panggung. Dia sebenarnya masih ingin disini tapi di juga tidak ingin merusak acara hanya karena dia berdebat dengn Tirta. Sampai di pintu cafe, Tirta sudah ditunggu oleh Mario dan juga Angga. Nanda tak tau sejak kapan mereka ada disini dan kenapa mereka bisa berada di tempat ini?

Nanda tidak memberontak hingga Tirta menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Namun dia kesal karena abangnya itu hampir saja merusak acara Arga jika Nanda tidak mengalah. Nanda juga masih penasaran dengan apa yang akan Arga lakukan. Tak ada percakapan di mobil, bahkan saling lirik pun tidak karena Tirta sedang fokus menyetir meski dari raut wajahnya bisa di tebak kalau dia sedang menahan emosinya.

Nanda Hanya diam menunduk menatap ponselnya yang Sedari tadi bergetar. Ada beberapa chat yang masuk baik itu dari Safa, Yunan dan juga Arga. Kebanyakan dari mereka menanyakan keadaan Nanda. Tapi tidak dengan Yunan.

Lo tadi nggak pamit dulu apa sama bang Tirta? Bego banget sih. Pengen dimarahi kayak waktu itu lagi. Cari mati memang Lo.

Isi chat itu tentu membuat Nanda sedikit menyunggingkan senyumnya disaat perasaan sedih sedang menderanya. Tapi tak apa, Yunan memang begitu. Nanda pun mengetikan chat balasan untuk cowok itu.

Pokoknya Lo jangan pulang dulu sebelum acara selesai. Kalau mau nolong jangan setengah-setengah!

Nanda langsung menyimpan ponselnya ke dalam tasnya kemudian menatap ke luar kaca mobil. Di dalam mobil ada 4 orang tapi semuanya tidak ada yang ingin memulai sebuah pembicaraan. Mario dan juga Angga yang biasanya selalu punya pembahasan kini tiba-tiba jadi pendiam.

Tirta melirik adiknya sekilas. " Kenapa kamu diem aja?"

Nanda membenarkan posisi kepalanya yang bersandar pada jok. " Lagi nggak mau berdebat aja sama Abang."

" Kamu marah sama Abang?"

" Nggak!" Jawab Nanda ketus. " Cuma lagi nggak pengen malu aja di depan banyak orang."

Setelah itu tak ada lagi percakapan. Tirta juga enggan berbicara apapun dulu karena kini emosinya sedang memuncak. Itu semua dapat terlihat dari cengekramannya yang begitu kuat pada stir mobil.

***

" Yunan!"

Nanda langsung berdiri dan menghampiri cowok itu ketika melihat Yunan baru saja keluar dari dalam kelas. Kelas Nanda memang keluar lebih cepat makanya dia bisa menunggu di depan kelas Yunan.

Sebelah alis Yunan terangkat. " Kenapa?"

Nanda tersenyum malu. " Soal acara semalam gimana? Ouh iya, Arga mau ngelakuin apa sih sebenarnya semalam?" Nanda kembali duduk di sebuah bangku masih dengan senyuman malunya. " Pasti spesial kan? Cerita dong Nan, gue penasaran banget nih. Semalam gue mau chat Lo tapi lagi nggak mood gara-gara bang Tirta."

Yunan menghembuskan nafasnya. Cowok itu berjalan mendekat ke arah Nanda kemudian duduk di sebelahnya. Wajahnya begitu datar tanpa ekspresi. " Lo mau pulang bareng gue?" Yunan justru mengajukan pertanyaan lain dan tidak menjawab pertanyaan Nanda.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang