Y&N 25

51 2 0
                                    

" nggak usah gitu juga kali, gue juga nggak bakalan kabur."

Yunan hanya bisa memutar bola matanya melihat Nanda yang bersikap seperti polisi yang sedang menjaga tawananya. Yunan kira setelah Nanda menutup ponselnya urusannya dengan nanda sudah selesai, tapi ternyata tidak. Nanda masih tetap menginginkan Yunan untuk menjelaskan semuanya kepada Arga.

" Bisa aja kan, kita kan nggak tau hati manusia kayak gimana."

Yunan memilih diam daripada dia terus meladeni omongan Nanda yang pastinya tidak akan pernah habis. Dia juga pasrah ketika Nanda menariknya seperti kambing padahal dia pun bisa jalan sendiri.

" Nda," panggil Yunan sambil menarik tangannya membuat Nanda ikut tertarik dan wajahnya membentur dada Yunan.

Nanda mendorong dada Yunan. " Ish, Lo cari kesempatan ya pengen meluk gue?"

Yunan menoyor dahi Nanda. " Geer di piara. Ngapain juga Lo cape-cape narik gue harusnya gue yang narik Lo." Yunan meraih pergelangan tangan Nanda dan menariknya pelan berjalan diantara banyaknya siswa yang baru memasuki gerbang juga.

Nanda terseyum menatap tangannya yang di genggam oleh Yunan. Nanda pun ikut menggenggam balik tangan Yunan. Rasanya begitu nyaman dan hangat sama seperti ketika tangannya di genggam oleh Arga. Hanya saja bedanya kalau dengan Arga dia merasa begitu deg-degan tapi kalau dengan Yunan dia cenderung biasa saja dan hanya perasaan nyaman saja yang menyelimuti.

Nanda terkekeh pelan membuat Yunan menoleh sambil mengernyit. Nanda belum sadar kalau Yunan sudah memperhatikannya.

" Lo kumat kagi Nda?"tanyanya.

Nanda menghentikan kekehannya lalu menatap Yunan dengan kedua alis terangkat. " Enggak. Gue cuma ngebayangin aja kalau Lo punya pacar itu gimana ya? Gue aja yang setiap hari ngerasain di genggam tangannya sama Lo aja ngerasa nyaman gimana cewek yang nggak beruntung itu. Yang jadi pacar Lo nanti."

Nanda menutup mulutnya ketika Yunan melotot ke arahnya. " Bercanda Nan. Tapi Lo kan setiap hari udah latihan sama gue pasti nanti kalau punya cewek udah nggak kaku lagi."

" Kenapa harus orang lain? Kenapa nggak Lo aja."

Nanda mengedikan bahunya. " Tapi Lo itu bukan cowok incaran gue. Ibarat lomba lari, Lo itu start dan gue pelari yang mencari garis finish gue."

" Tapi terkadang start dan finish itu bertempat pada satu titik yang sama."

Nanda tiba-tiba menunduk. Dia jadi teringat ucapan Safa kalau cowok dan cewek tidak ada yang bisa benar-benar bersahabat. Dan juga satu hal yang nanti pasti terjadi meski Nanda tidak menginginkannya. " Nan, itu artinya bukan karena Lo suka gue kan?" Tanyanya dengan suara yang begitu pelan.

Yunan pun yang mendengar dengan jelas suara Nanda langsung menatap cewek disampingnya itu. Dia menghentikan langkah, tersenyum tipis kemudian Yunan mempererat genggamannya dan kembali melanjutkan langkah.

" Gue emang suka sama Lo." Yunan melirik Nanda untuk melihat ekspresi cewek itu. Dan benar saja, wajah Nanda tampak begitu kaget.

Yunan merangkul Nanda. " Lo takut banget kehilangan Arga?"

Nanda melepas rangkulan Yunan. " Bukan itu, Lo ingat kata-kata pas lagi di rumah Lo?"

Yunan menatap sepatunya dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. Cowok itu menggeleng. " Yang mana, soalnya Lo banyak ngomong jadi mana gue ingat setiap kata yang Lo ucapin."

" Ish. Yang gue bakal nggak mau lihat muka Lo seumur hidup kalau Lo sampai suka sama gue."

Yunan hanya bergumam O sebagai jawaban. Soal itu tentu dia mengingatnya. Ucapan yang sampai membuatnya berpikir kalau Nanda sedang tidak main-main.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang