Y&N 26

39 3 0
                                    

" ngapain Lo disini?"

Nanda berdiri. Dia gelagapan. Tak tau harus mengatakan apa setelah Arga menangkap basah dirinya sudah mengikuti cowok itu hingga kemari. Nanda merutuki kebodohannya ini, harusnya dia tidak nekad tadi. Mungkin setelah ini Arga akan semakin marah padanya.

" Jawab!" Teriak Arga.

" Gu--gue....." Bibir Nanda bergerak tapi suaranya tidak keluar. Matanya begitu mengisyaratkan ketakutan. Ingin kabur pun rasanya sulit karena dia akan tetap berurusan dengan Arga.

Arga berdecak. Dia meraih tangan Nanda dan menarik cewek itu hingga melewati Doni yang menatapnya dengan tatapan bertanya tanya. Arga tak peduli. Dia tetap membawa Nanda hingga mereka tiba di parkiran yang sepi.

" Kenapa diem? Nggak mau jawab pertanyaan gue?" Arga kembali bertanya kali ini nada suaranya sudah kembali seperti biasa.

" Gue cuma mau minta maaf!" Nanda makin menunduk. " Gue nggak mau Lo salah paham soal kejadian di rumah Yunan waktu itu."

" Lo tau dari mana gue ada disini? Dan Lo kesini bareng siapa?" Arga memegang dagu Nanda dan mengarahkannya agar mau melihatnya. " Dan Lo juga naik apa kesini?"

Soal itu biarkan Nanda jawab nanti saja karena yang terpenting sekarang adalah dia harus cepat menjelaskan semuanya kepada Arga supaya kesalahpahaman itu cepat selesai. Dia tidak mau masalah ini makin berlarut-larut.

" Ga, gue benar-benar minta maaf banget soal kejadian itu. Tapi gue berani sumpah kalau gue sama Yunan itu cuma lagi bercanda doang karena gue ngambil flasdisk dia tanpa izin." Nanda mengangkat jari tengah dan juga jari telunjuknya.

Arga menyandarkan pantatnya pada motornya. Cowok itu menatap Nanda sambil melipat kedua tangannya. " Kalau soal itu lupain aja," katanya begitu santai.

" Hah? Lupain? Kenapa?" Tak sadar Nanda berteriak.

" Udah lewat juga dan gue itu orangnya nggak suka ngabahas lagi hal yang udah basi."

Nanda memegang erat tali tas Selempangnya. " Gue cuma takut Lo marah sama gue. Soalnya sejak kejadian itu sikap Lo kayak beda ke gue."

Arga terkekeh pelan. " Segitu takutnya lo kalau gue sampai marah."

" Gimana gue nggak takut. Wajah Lo kayak marah gitu ke gue. Semalaman gue nungguin telfon Lo kayak biasa tapi Lo nggak nelfon. Gimana gue nggak panik coba?"

Arga mengacak rambut Nanda. " Gue nggak akan bisa marah sama Lo. Soal malam itu sori gue kelupaan karena terlalu fokus sama temen gue."

Nanda ingat. Malam itu sebelum menelfon Yunan, dia sudah mencoba mengubungi Arga lebih dulu namun nomor cowok itu sibuk. Nanda sudah mengenyampingkan sebentar rasa malunya tapi Arga malah susah di hubungi. Kemudian dia juga menghubungi Safa karena ingin cerita tapi nomor cewek itu juga sibuk. Nanda kesal pada dirinya sendiri.

" Sekarang giliran Lo jawab pertanyaan gue tadi."

" Sebelum itu, Lo harus maafin gue dulu."

Arga tersenyum. " Gue maafin," katanya sambil mengelus pipi Nanda.

" Makasih."

Arga menarik Nanda mendekat. " Sekarang jawab pertanyaan gue yang tadi."

Nanda tersenyum tipis. Ada sedikit keraguan di hatinya kala ingin mengatakan bahwa dia menguping pembicaraan Arga tadi siang.

" Maaf, gue nggak sengaja denger obrolan Lo di taman tadi siang."

Arga mengangguk tanpa ada raut marah sedikitpun di wajahnya. " Lo kesini sama siapa?"

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang