Y&N 40

31 4 0
                                    

" Lo bawain pesenan gue kan?"

" Ngerepotin aja tau nggak." Yunan mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu mengulurkan kepada Nanda.

" Makasih," ucap Nanda ketika sudah menerima cokelat dari Yunan.

Yunan hanya mengangguk. Dia berjalan berdampingan dengan Nanda di koridor sekolah. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Banyak dari mereka yang sudah tau soal gosip yang beredar. Nanda yang dekat dengan Arga tapi malah Arga jadian dengan Safa. Banyak juga yang berpikiran kalau Yunan hanyalah pelampiasan akan rasa Nanda yang tidak terbalaskan.

Tapi Nanda tidak terlalu ambil pusing. Toh semuanya sudah beres. Tinggal menunggu gosip itu memudar dengan sendirinya setelah tergantikan oleh gosip-gosip yang lain yang lebih heboh. Jadi bahan perbincangan bagi Nanda sudah cukup biasa. Apalagi setelah banyak yang tau kalau dia bersahabat dengan Yunan.

" Udah sampai!" Seru Yunan.

" Ehm." Nanda berdehem ketika Yunan akan berbalik begitu saja.

Yunan yang mengerti lalu berbalik sambil memutar bola matanya jengah. Sudah sangat lama dia tidak melakukan kebiasannya dengan Nanda kini dia harus kembali melakukan hal itu. Ada rasa senang tapi juga ada rasa malas karena hal itu pasti akan selalu mengundang perhatian bagi penghuni jajaran kelas Nanda.

Yunan menundukkan kepalanya lalu Nanda mengacak rambutnya. Begitu juga sebaliknya. Setelah itu Nanda langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Dia menyapa beberapa teman yang menyapa tapi pandangannya justru malah tertuju pada Safa yang sedang duduk sendiri sambil menunduk.

Nanda tidak tau apa yang sedang cewek itu rasakan tapi yang jelas melihat wajah murung Safa tiba-tiba Nanda jadi merasa khawatir. Sudah beberapa hari ini dia juga tidak melihat Arga mengantar Safa ke kelas. Setiap berpapasan Safa juga selalu menghindar. Sebenarnya apa yang terjadi pada Safa.

Nanda langsung duduk di bangkunya. Dia memainkan jarinya. Hendak menoleh tapi dirinya ragu. Biasanya Safa akan selalu menyapanya meski Nanda tidak merespon tapi sepertinya kali ini cewek itu sedang melamun.

Nanda beranjak keluar dari dalam kelas. Dia ingin pergi ke toilet untuk sekedar mencuci tangan dan menyegarkan wajahnya. Sepanjang jalan dia masih terus memikirkan sebenarnya apa yang terjadi pada Safa. Hingga tak sadar bahunya baru saja bertabrakan dengan bahu seseorang atau memang orang itu yang sengaja menabrak Nanda.

Nanda mengaduh pelan sambil mengusap bahunya. Setelah dia lihat siapa yang menabraknya, Nanda langsung bungkam. Ternyata yang dihadapinya adalah Luna dan dayangnya.

" Lo nikmatin sensasi sakitnya? Tapi yang jelas nggak sesakit saat Lo tau sahabat Lo jadian sama gebetan Lo kan?"

Nanda mencoba tidak terlalu menggubris ucapan Luna. Cewek itu pasti hanya ingin memancing amarahnya saja.

Luna mendekat. " Tapi Lo tenang aja. Sebentar lagi juga mereka bakalan putus. Gue yakin itu."

Nanda mencoba tetap tersenyum. " Ouh ya?" Balas nnda meremehkan. " Kakak tau dari mana?"

" Lo nggak tau apa yang terjadi sama mereka belakangan ini?"

Tanpa sadar Nanda mengangguk. Ingin tidak memperdulikan Luna tapi terkadang perkataan cewek itu ada benarnya juga seperti waktu itu.

" Jadi beneran putus nih persahabatan kalian. Sampai-sampai Lo nggak tau apa yang terjadi. Atau Lo emang terlalu larut dalam kesedihan?" Luna menoleh ke teman-temannya sambil tertawa mengejek. "Akhir- lakhir ini, mereka gue lihat udah sering berantem, gue rasa dalam hitungan hari mereka juga udah putus. Dan Lo tau..." Luna tersenyum miring. " Lo yang menyebabkan mereka putus."

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang