Y&N 16

115 5 0
                                    

" Lo bukan sahabat gue!"

Pikiran Yunan terus melayang pada kejadian tadi. Tak ada lagi kata yang terucap dari mulut Nanda hingga cewek itu akhirnya memilih masuk ke dalam kelas bersamaan dengan bel masuk berbunyi.

Air mata Nanda menetes dan itu karena ulah Yunan meski dia tak mengerti apa salahnya. Tapi melihat sorot kecewa di mata Nanda tentu kesalahan yang Yunan lakukan bukanlah sebuah hal sepele.
Yunan berdecak dan mengumpat berkali-kali saat nomor Nanda tiba-tiba menjadi sulit dihubungi. Sudah memakai nomor temannya pun masih sulit dihubungi. Nanda sepertinya begitu marah dan kecewa kepadanya. Itu yang kini Yunan sadari. Hingga akhirnya cowok itu memutuskan untuk menghampiri Nanda di kelasnya ketika jam pulang sekolah.

Satu persatu murid mulai keluar dari kelas XI IPA 2, namun Yunan tidak melihat Nanda diantara murid yang baru saja melewatinya. Pun dengan teman Nanda yang bernama Safa. Yunan menduga kalau Nanda tidak mengikuti pelajaran terakhir. Atau mungkin juga Nanda memang sengaja menghindar dari Yunan.

Setelah dirasa tidak ada lagi orang yang melewatinya lagi, barulah saat itu Yunan mengecek langsung ke dalam kelas. Tak ada siapapun di sana kecuali seorang  murid perempuan yang sama sekali tidak Yunan kenali.

Yunan menghampiri cewek itu. " Boleh gue tanya?" Tanyanya sambil berdiri di sebelah cewek itu.

" Hah, bo....boleh kak," jawabnya sedikit terbata sambil membenarkan letak kacamatanya.

" Lo lihat Nanda atau Safa nggak?"

" Oh mereka, semenjak jam pelajaran terakhir mereka udah izin keluar dan nggak balik lagi ke kelas. Kayaknya ada yang sakit."

Yunan mengangguk dan dipandanginya seluruh penjuru kelas sekali lagi. Diam dan berpikir sejenak selanjutnya cowok itu berlari ke luar untuk menuju satu tempat.

***

" Aduh Nda, ini udah parah banget. Kita ke UKS atau ke dokter aja gimana?"

Safa mengeluh melihat Nanda yang terus bolak-balik ke toilet. Wajah Nanda sampai pucat membuat Safa menjadi khawatir. Sudah Safa kira, ini penyebabnya pasti gara-gara siang tadi Nanda makan bakso terlalu pedas.

Safa menuntun Nanda untuk duduk di depan sebuah kelas sebentar karena melihat Nanda yang begitu lemas sambil terus memegangi perutnya.

" Lagian elonya juga sih ngapain pake maksa makan pedes segala, padahal udah tau nggak bisa makan pedes. Jadi gini kan sekarang." Safa terus menceramahi Nanda. Bukan sebagai bentuk Omelan tapi sebagai bentuk kekhawatiran.

Nanda terkekeh pelan. " Ternyata rasa yang udah pernah hilang akan terasa berbeda efeknya jika kembali lagi ya."

Safa menyenggol lengan Nanda. " Lo ngomong apaan sih, nggak jelas banget. Nggak usah gombal dulu, mendingan urusin tuh perut."

" Ya gue lagi ngomongin bakso pedes yang tadi gue makan lah. Dulu gue pernah nyoba buat bisa makan pedes tapi nggak bisa dan setelah cukup lama gue nggak makan lagi. Eh, ternyata masih nggak bisa juga sampai sekarang. Padahal udah lumayan lama banget."

Nanda terkekeh pelan. Dia menunduk dan kembali teringat ucapannya tadi kepada Yunan, itu spontan saja keluar dari mulutnya. Dia mengatakan Yunan bukan sahabatnya lagi. Pasti itu sangat menyakitkan untuk cowok itu. Tapi kenapa Yunan juga melakukan hal seperti ini kepadanya.

" Ya udah, pulang yuk! Tapi sebelum itu gue mau mampir dulu ke kantin bentar. Lo mau ikut?"

Nanda menggeleng pelan dan mereka pun memutuskan untuk berpisah sejenak. Safa juga bilang agar Nanda menunggunya di parkiran sebentar agar mereka bisa pulang bersama.

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang