Seperti biasa suasana perpustakaan pasti hening dan tenang. Selain karena jarang sekali murid yang berlama-lama disana, petugas perpustakaan juga terkenal tegas. Beliau tidak segan-segan untuk menghukum ataupun melaporkannya ke guru BK jika ada yang ketahuan membuat keributan di dalam perpustakaan.
Namun suasana itu sangat disyukuri oleh Yunan karena dia bisa membaca buku ataupun belajar dengan tenang. Yunan memang lebih senang suasana sepi daripada ramai. Waktu istirahatnya kali ini Yunan habiskan di tempat ini. Dia tidak berniat ke kantin ataupun menemui Nanda.
" Hai Yunan sayang."
Suara bisikan yang begitu pelan itu membuat Yunan mendongak. Dia menatap heran seseorang yang kini sedang berdiri menatapnya sambil cengar-cengir.
" Ngapain Lo?"
Nanda mengambil tempat duduk di samping Yunan. " Emang gue nggak boleh kesini apa? Ini kan tempat umum. Lagian bukannya Lo yang selalu ngajak gue kesini?"
" Nggak mungkin Lo kesini mau belajar," tebak Yunan seolah sudah paham tujuan Nanda datang ke tempat ini.
" Hehe tau aja Lo." Nanda menyenggol lengan Yunan.
Yunan menutup bukunya. " Terus?"
" Gue nggak sabar aja nunggu nanti buat cerita ini ke elo atau lebih tepatnya buat ngasih pengakuan sesuatu sama Lo."
" Paling juga pengakuan kalau Lo kena hukum, nggak ngerjain PR..." Yunan bangkit menuju rak buku bagian fisika lalu menyimpan buku yang tadi dia baca disana. " Atau Lo bolos pelajaran cuma buat nonton basket."
" Ish." Nanda memukul punggung Yunan. " Nggak usah sotoy deh Lo. Dan ralat juga, yang kena hukum sama nggak ngerjain PR itu gue emang pernah tapi kalau bolos itu sama sekali nggak pernah."
Yunan mengambil satu buah buku dan dibacanya sekilas bagian depannya. " Terus apa?" Tanya Yunan tanpa menatap Nanda.
" Soal gue yang---"
" Tolong yang disana jangan berisik!"
Teriakan petugas perpustakaan yang Nanda tau bernama pak Darto itu langsung membuat Nanda jongkok karena takut ketahuan. Dulu pernah sekali dia dikeluarkan dari perpustakaan karena berebut buku dengan temannya. Sejak saat itu pak Darto benar-benar menghafalkan wajah Nanda.
Yunan melangkah begitu saja meninggalkan Nanda yang masih berjongkok, melindungi diri dari pandangan mata pak Darto. Mau tak mau cewek itu harus berjalan sambil berjongkok dengan sebelah tangannya membawa sebuah buku yang dia ambil secara asal.
" Bukannya bantuin malah ninggalin, sahabat macam apa Lo," Gerutu Nanda.
Terus apa bedanya dengan semalam. Lo juga ninggalin gue kali nda.
Ingin sekali Yunan berkata demikian tapi tidak Yunan utarakan. Tapi meski begitu Yunan lega, Arga benar-benar mengantar Nanda dengan selamat sampai rumahnya meski di tengah jalan mobil Arga sempat berbelok ke sebuah restoran. Pasti hal itu atas ajakan Arga karena kalau Nanda itu rasanya tidak mungkin. Nanda akan jadi seorang yang pemalu di depan Arga.
Setelah Nanda dan Arga keluar dari pesta tadi malam, Yunan pun ikut keluar dan diam-diam membuntuti mobil Arga. Tapi ketika berada di restoran, Yunan memilih menunggu di luar. Dan ketika melihat Nanda sudah keluar dari mobil Arga yang sudah terparkir di depan rumah Nanda, Yunan tetap berada di luar, memperhatikan Nanda hingga cewek itu benar-benar masuk ke dalam rumah.
" Jadi intinya apa? Pengakuan apa?"
Nanda tersenyum lebar mendengarnya. Dia merapat ke arah Yunan. " Ini tentang Arga."
Yunan terkejut dan dia tidak bisa menyembunyikan hal itu. Tapi sebisa mungkin dia harus terlihat biasa saja.
" Gue ngaku kalau gue.....gue baper sama Arga Nan. Ihhh....dan gue baru sadar di saat pikiran gue itu selalu penuh sama dia sampai-sampai gue nggak bisa tidur." Nanda mengguncang lengan Yunan untuk mengekspresikan rasa senangnya yang tidak terbendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
B N B (Tamat)
Teen FictionSahabatan atau pacaran sih? Nanda pasti akan langsung menjawab sahabatan. Padahal bagi sebagian orang yang melihat kedekatannya dengan Yunan, pasti akan mengira mereka pacaran. Ini memang bukanlah kisah cinta Yunan dan Nanda. Tapi kisah persahabatan...