Y&N 27

51 3 0
                                    

" jangan matiin telfonnya sebelum gue sampai ke rumah. Halo? Halo Nan?"

Nanda berdecak ketika didapatinya Yunan sudah memutuskan panggilan lebih dulu. Cowok itu benar-benar membuat Nanda kesal saat ini. Tapi semua itu akan Nanda urus nanti karena sekarang yang harus dia urus adalah bagaimana caranya masuk rumah tanpa harus ketauan Abang maupun papa.

Hari masih sangat pagi sekitar pukul 5. Tatapan matanya lurus menatap pintu rumahnya yang berwarna cokelat. Kaki kanannya bergerak maju perlahan diikuti kaki kirinya yang terasa begitu kaku. Nanda takut.

Semalam, setelah Arga mengantarnya pulang ke rumah Nanda tidak langsung masuk. Dia berdiam diri cukup lama di depan gerbang. Hari sudah sangatlah larut. Dan dia tidak mungkin masuk ke dalam rumahnya. Alhasil dia menyeberang jalan dan pergi ke rumah Yunan untuk menginap disana.

Disana pun sama, Nanda diinterogasi oleh Ratna dan juga Yunan beruntung tidak ada Rian. Dan disitulah Nanda akhirnya mengaku kalau dia berbohong pada abangnya. Dia meminta izin kepada abangnya bahwa dia akan pergi ke rumah Safa sebentar dan akan pulang pukul 9 malam. Tapi nyatanya Nanda kembali sampai di rumah pukul setengah 12 malam.

Perlahan Nanda masuk ke dalam rumah, dalam hati dia bersyukur karena bibi sudah membuka pintu rumah. Ketika dia baru saja berbalik setelah menutup pintu, orang pertama yang langsung membuatnya terkejut adalah bang Tirta.

Tirta menatapnya lurus. Raut Tirta seperti menggambarkan rasa penasaran yang sepertinya harus segera cowok itu tau. Tirta berjalan mendekat ke arahnya lalu menarik tangan Nanda dan mendudukkan cewek itu di sofa.

" Sekarang kamu mulai nakal ya? Bagus...." Tirta mulai berbicara. Posisinya yang berhadapan dengan Nanda meski masih terhalang meja membuat cewek itu tidak berani menatap abangnya. " Pamitnya ke rumah Safa tapi pulangnya di antar cowok terus malah nginep di rumah Yunan? Sebenarnya kamu itu kemana?"

Nanda tercengang. Kakaknya tau semua kejadian semalam. Kini Nanda benar-benar dalam tahap kebingungan. Entah bagaimana caranya menejalaskan pada bang Tirta. Nanda tidak menyiapkan alasan apapun.

" Jangan diam Nanda!" Seru tirta. " Abang tanya sekali lagi kamu kemana semalam?"

Tirta sudah memajukan badannya menatap Nanda dengan sorot tajam. Ada kilat marah yang terpancar dari matanya.
Nanda menunduk. Mulutnya sudah mulai terbuka hendak menjawab pertanyaan abangnya tapi sedetik kemudian tertutup rapat lagi. Cewek itu belum tau harus memulainya dari mana.

" Bang, udah siang Nanda mau siap-siap ke sekolah dulu." Nanda memilih untuk menghindar dulu dari Abangnya, paling tidak sampai dia pulang sekolah nanti dan bisa memberikan penjelasan.

" Nda, Abang lagi ngomong, kamu jangan malah pergi!" Seru Tirta dan membuat Nanda kembali duduk di tempatnya. Dia mengangkat wajahnya mencoba menatap Tirta dengan sorot kelelahan karena semalaman dia tidak bisa tidur. " Kamu bohong sama Abang, Nda, setelah Abang kasih kepercayaan ke kamu. Abang kecewa sama kamu."

Ini yang paling Nanda benci. Ketika dia membuat seseorang kecewa padanya dan kini Nanda begitu merasa bersalah pada Abangnya. Nanda hanya bisa menunduk tidak kuasa melihat sorot kekecewaan di mata abangnya.

" Abang cuma mau tau kamu pergi kemana dan sama siapa," kata Tirta lagi.

" Nanda pergi sendiri ke...."

Tirta menggebrak meja. " Jangan bohong Nanda!" Teriaknya membuat Nanda memejamkan matanya sesaat menahan rasa sesak di dadanya yang tiba-tiba muncul. " Terus cowok yang antar kamu pulang semalam itu siapa? Jangan kira Abang nggak tau Nanda. Abang itu nggak tidur semalaman nungguin kamu, Abang juga telfon ke Safa tapi katanya kamu nggak ke rumah dia."

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang