Y&N 7

150 15 0
                                    

" gila Lo nda, semenit lagi tadi Lo telat. Bisa di keluarin Lo dari kelas." Safa berbisik di dekat Nanda yang masih menumpuk beberapa bukunya.

" Lo tenang aja, nggak mungkin Bu tata  sampai ngeluarin gue dari kelas. Nyawa gue kan banyak."

" Emang Lo kucing apa?" Safa menyenggol lengan Nanda selanjutnya dia berdehem pelan sambil membenarkan posisi duduknya ketika Bu tata menatap ke arahnya.

Ulangan sudah selesai sekitar 10 menit yang lalu namun semua murid masih di tahan oleh Bu tata untuk tidak keluar kelas. Khusus untuk kelas Bu tata, semuanya tampak jadi murid yang penurut karena takut di keluarkan dari kelas.

Kini giliran Nanda yang berbisik kepada Safa, " kucing garong kali ah." Nanda dan Safa kompak cekikikan bersamaan dengan suara bel pulang sekolah berbunyi.

" Bilangnya belajar bareng kak Yunan di taman tapi kenapa kak Yunan sampai nyariin Lo ke kelas?" Safa kembali berbicara setelah Bu tata keluar dari kelas.

Nanda tersenyum dengan sebelah telapak tangannya yang menyangga pipinya. " Yunan pergi duluan ninggalin gue tapi abis itu ada Arga dan kita ngobrol lama sampai lupa waktu."

" Ouh." Respon Safa begitu datar membuat kening Nanda berkerut. Dulu Safa lah yang paling antusias membicarakan si anak baru yang kini Nanda tau namanya Arga. Tapi kenapa sekarang malah Safa yang mukanya datar-datar aja? Sama sekali tidak antusias. Bahkan senyum saja tidak. Safa labil.

" Tumben nggak tertarik sama obrolan tentang Arga."

Safa yang sedang memasukan buku ke dalam tas langsung menoleh dengan sebelah tangannya yang terkepal menggebrak meja pelan. " First impresion gue sama dia itu udah buruk sejak dia nggak mau nolong Lo padahal jelas-jelas dia yang udah bikin Lo celaka."

" Ouh, jadi Lo masih marah soal hal itu. Bukannya dia udah minta maaf ya?"

Safa menganggukkan kepalanya. " Iya sih, tapi kesannya udah buruk aja di mata gue."

Nanda kembali ke posisinya. " Tapi ternyata nih ya Fa, aslinya dia itu baik. Asik diajak ngobrol juga. Terus nggak sombong."

Safa sudah berdiri dengan tas di punggungnya. " Bodo ah."

Nanda tersadar. " Lho Fa, kok gue malah di tinggal sih?"

Nanda buru buru menyusul Safa tapi baru saja keluar dia sudah mendapat pitingan pelan di lehernya dari Yunan. Entah sejak kapan cowok itu sudah berada di depan kelasnya.

" Yunan! Lepasin dong! Malu tau, ini masih di koridor." Nanda berusaha melepaskan tangan Yunan tapi sangat sulit.

" Jual aja hape Lo Nda, buat beli cokelat dari pada punya hape tapi susah di hubungi." Yunan mulai membawa Nanda untuk berjalan di tengah koridor yang sangat ramai.

Beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka. Terutama para cewek yang mengagumi Yunan dan yang sering mengintip cowok itu saat berada di ruang musik. Yunan memang pendiam jika sedang tidak bersama Nanda, tapi dibalik sikapnya itu banyak cewek yang ternyata menyukainya.

" Mendadak dunia gue itu teralihkan gitu Nan,  makanya gue sampai lupa nggak angkat telfon Lo," kata Nanda di tengah usahanya melepas pitingan tangan Yunan.

" Dan tadi Lo juga hampir telat. Katanya nggak bakalan lama di taman setelah gue tinggal pergi, Lo ngapain aja sih sebenarnya?"

"Ish." Nanda mulai jengkel karena tangan Yunan begitu kuat mengapit lehernya meski tidak terasa sakit. " Lepas dulu baru gue jelasin."

" Nggak nanti Lo pasti kabur. Kayak yang udah-udah."

Nanda ingin tertawa. Sepertinya Yunan sudah hafal dengan dirinya yang sering kabur kaburan. " Enggak. Gue janji. Kali ini enggak."

B N B (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang