Senin, hari paling melelahkan dan bisa dibilang sebagai hari yang paling menjengkelkan bagi sebagian besar manusia, tidak terkecuali bagi Huang Renjun.
Pemuda yang sekarang sudah memasuki semester 4 jurusan desain grafis ini baru saja tiba di kampus dan saat ini sedang menunggu lift.
"Renjun-hyung!!"
Pintu lift yang Renjun tekan baru saja terbuka, tapi ia sudah harus bertemu dengan pengusiknya di dalam sana.
Siapa lagi kalau bukan Shin Ryujin.
Tidak mau semakin merusak suasana hati di senin paginya, Renjun langsung memutar balik badannya dan melangkah menjauhi lift dimana Ryujin berada.
Lebih baik kelelahan menaiki tangga daripada harus capek batin mendengar celotehan Ryujin, begitu pikir Renjun.
Baru beberapa langkah, salah satu tangannya sudah ditahan oleh seseorang yang ia yakini adalah si gadis yang Renjun anggap merepotkan itu.
"Kenapa hah? Demi apapun, ini masih pagi," keluh Renjun akhirnya menyerah.
"Hehehe, kenapa langsung mengoceh begitu? Kan aku belum berkata apapun," balas Ryujin dengan ekspresi sok polosnya yang justru semakin membuat Renjun jengkel.
"Kenapa? Ini baru awal semester, tidak mungkin kan kau sudah diberi tugas?" tanya Renjun to the point mengingat kebiasaan Ryujin yang selalu meminta -memaksa Renjun untuk membantunya.
"Ya memang tidak ada tugas dari perkuliahanku tapi ada materi yang tidak kupahami dari pertemuan minggu lalu," jawab Ryujin.
"Terus? Apa urusannya denganku?"
"Tolong ajari aku ya Renjun-hyung~~" pintah Ryujin dengan raut penuh harap yang sama sekali tidak meluluhkan hati Renjun.
Alih-alih luluh, Renjun justru memasang ekspresi bergidik.
"Ekspresimu semakin membulatkan tekadku untuk tidak membantumu," sahut Renjun lalu pergi meninggalkan Ryujin begitu saja.
Bukan Ryujin namanya jika ia menyerah, ia lalu berlari kecil untuk mendahului Renjun dan menghalangi pemuda itu.
Tapi bukannya berhenti, Renjun seakan tidak melihat Ryujin dan tetap berjalan melewati gadis itu begitu saja.
"Yah Renjun-hyung bantu juniormu ini," Ryujin masih merengek.
Renjun tidak menggubris dan masih saja berjalan. Sampai akhirnya Ryujin yang kesal karena Renjun yang tak mengganggap keberadaannya langsung membentangkan kedua tangannya lebar di depan Renjun, bermaksud menghadang pemuda itu.
"Keras kepala sekali sih, ada apa hah?" ketus Renjun akhirnya menyerah.
"Hehehe, gitu dong. Renjun-hyung, ajari aku mandarin ya," mohon Ryujin yang membuat Renjun mengernyitkan dahinya heran.
"Belajar mandarin? Untuk apa? Itu kan mata kuliah tidak wajib, kenapa kau mengambilnya jika kau tidak bisa?" tanya Renjun bertubi-tubi.
"M-memangnya kenapa sih kalau aku mau belajar bahasa mandarin? Ada yang salah!?" tantang Ryujin balik karena tidak terima dengan reaksi Renjun.
"Tidak salah sih hanya saja ya kenapa harus mandari? Kenapa tidak bahasa inggris saja yang jelas-jelas akan lebih terpakai nantinya?"
"My english is very good already, so I no need to study it again," sahut Ryujin dengan grammar ala kadarnya, membuat Renjun tersenyum tipis melihat kekonyolan Ryujin.
"Grammar mu masih berantakan, tapi ya boleh lah hahaha," ucap Renjun entah memuji atau menghina.
"See? Aku ini tidak bodoh-bodoh amat kok, haha -aw!" pekik Ryujin ketika Renjun tiba-tiba mencubit pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S NOT FALL IN LOVE
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Spin-off 𝐁𝐲𝐞 𝐌𝐲 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭... We're so happy as we are right now Let's not make promises, because you never know when tomorrow comes. Don't ask me anything I can't give you an answer Don't try to have me Let's just stay li...