34 - don't go away

965 166 75
                                    

Hamparan padang bunga cantik di hadapan Ryujin sungguh membuat Ryujin tak mau mengedipkan matanya. Udara segar, langit cerah dan bunga-bunga indah benar-benar perpaduan sempurna yang tak mungkin bisa Ryujin lihat di perkotaan. Tempat ini memberikan pemandangan menakjubkan sekaligus menenangkan.

"Renjun-ah! Tolong foto aku! Ambil kameranya, cepat!" pekik Ryujin bersemangat meminta Renjun segera mengambil kamera untuk memotretnya. Pemandangan seindah ini harus ia abadikan. Lumayan, bisa menjadi bahan untuk konten bagus di sosial medianya.

"Tsk, tau begitu langsung pulang ke penginapan saja," decih Renjun tak habis pikir dengan reaksi Ryujin. Namun, meski berkata begitu, reaksi Ryujin sebenarnya sangat memuaskan hati Renjun. Pemuda itu lega dan senang jika Ryujin menyukainya.

"Ah, cepat Renjun-ah! Sekarang sedang golden hour! Cahaya matahari senja sedang indah-indahnya!" masih dengan begitu bersemangat, Ryujin mendesak Renjun untuk mempercepat gerak tangannya dalam mengambil kamera di tas yang ia bawa.

Saat kamera sudah dikeluarkan dan Ryujin sudah siap dengan posenya, Renjun dengan tega malah membidik kameranya ke arah lain. Memang, walau sudah menjadi kekasih tapi membuat Ryujin kesal tetap kegemaran Renjun.

"Ah Renjun-ah!" rajuk Ryujin menghentakkan kakinya sebal yang justru semakin membuat Renjun merasa gemas. Jika Ryujin terus semenggemaskan itu, bagaimana Renjun tidak semakin sengaja memancing emosi Ryujin?

"Hahaha, kemari dulu," ucap Renjun menarik tangan Ryujin mendekat kepadanya. Ryujin menurut meski ekspresinya masih masam.

"Ada apa? Cepatlah, masih banyak sudut-sudut foto yang bagus disini," gerutu Ryujin.

Bukannya menanggapi, Renjun hanya tertawa kecil dan merogoh sesuatu di tas yang ia bawa. Renjun lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru cantik dari tas tersebut.

"Itu apa?" dari suaranya, Renjun tahu kalau Ryujin sedikit terkejut melihat kotak tersebut.

"Bukan, ini bukan lamaran pernikahan seperti di pikiranmu. Singkirkan ekspetasimu itu," respon Renjun berhasil menjatuhkan ekspetasi Ryujin.

Dalam hati Ryujin, ia mendecih. Kenapa ia harus berakhir mencintai lelaki menyebalkan seperti Renjun? Ah, Ryujin tidak paham dengan seleranya sendiri.

"Aku hanya bertanya!" ketus Ryujin menanggapi Renjun. Kendati begitu, Ryujin bisa merasakan telinga dan wajahnya sekarang sedang memerah.

Sial, padahal Renjun sudah bilang untuk tak berekspetasi kejauhan. Tapi nyatanya, hati Ryujin tetap berdetak cepat dan tak tenang. Bertanya-tanya apa yang akan Renjun berikan.

Perlahan, tangan Renjun mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin batu kuarsa bening yang sederhana namun cantik dari kotak barusan.

"I-itu untukku?" Ryujin tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ryujin bukan penggemar hal-hal yang romantis. Tapi, ketika dirinya sendiri kini sedang dierikan kalung oleh kekasih di tengah padang bunga cantik pada senja hari, Ryujin paham kenapa banyak perempuan suka dengan hal-hal romansa yang cliche ini.

"Bukan, ini untuk eomma mu," jawaban Renjun sukses membuat Ryujin mengangakan mulutnya.

"Bodoh, ya tentu saja kalung ini untukmu," ralat Renjun lagi, menertawai ekspresi lucu Ryujin.

"Yah, merusak suasana saja!' protes Ryujin dengan muka memerah. Entah karena tersipu atau kesal. Dua emosi bertolak belakang tapi memang itu yang Ryujin rasakan. Hanya Renjun yang bisa begini.

"Sini, aku pakaikan," ujar Renjun sudah siap memakaikan kalung indah tersebut.

Hati Ryujin berdebar ketika Renjun berjalan mendekat dan memasangkan pengait kalung di leher Ryujin. Aroma tubuh Renjun terhirup jelas oleh Ryujin karena jarak keduanya yang kini begitu dekat.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang