"AH! P-punggungku!! Arghh! Pelan-pelan!" Renjun merontah kesakitan saat punggungnya sedang diolesi obat oleh bibi petugas kesehatan di kampusnya. Sayang, bibi ini sepertinya tidak memiliki kepekaan untuk mengolesinya dengan cara yang lebih halus.
"Timpukannya cukup keras ya sampai-sampai punggungmu memar-memar begini," komentar bibi itu.
"Itu kau tau! Kenapa masih menekan-nekannya begitu, aduh," rengek Renjun dalam batinya.
Cklek!
Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Ryujin dengan raut khawatirnya.
"Yah, jangan memasang ekpresi seperti itu jika muncul di hadapanku," komentar Renjun bahkan saat Ryujin masih di ambang pintu masuk.
Maksud Renjun sebenarnya adalah meminta Ryujin untuk tidak perlu khawatir, tapi ia merasa aneh saja jika harus mengatakannya pada Ryujin, teman ributnya itu.
Tidak menggubris ucapan Renjun, Ryujin tetap menghampiri Renjun dengan ekspresi yang masih sarat akan kekhawatiran. Bahkan Renjun bisa melihat kalau Ryujin sekarang sedang menahan tangis.
Oh ayolah, Renjun hanya tertimpuk bola basket, bukan tertabrak kendaraan kok.
"Keadaan si bodoh ini bagaimana bi?" tanya Ryujin pada bibi petugas kesehatan yang merawat Renjun.
Mendengar julukan baru yang ia dapat dari Ryujin, membuat Renjun tersenyum sendiri. Rasanya seperti ada percikan-percikan yang bisa memancing keributan lagi setelah ini di antara mereka.
"Kau kekasihnya ya? Ini, tolong gantikan bibi sebentar untuk mengolesi obat ini pada punggungnya. Bibi mau menyiapkan surat rujukan dulu untuknya supaya ia bisa diperiksa lebih lanjut nanti," ujar bibi itu lalu menyerahkan kegiatannya pada Ryujin.
Ryujin tanpa ragu langsung mengambil alih pekerjaan bibi tadi.
"Arghh!! Ryujin-ah! Pelan-pelan!!" rengek Renjun lagi, bahkan rasa sakitnya lebih parah dibanding bibi tadi.
"Rasakan itu! Rasakan!" omel Ryujin yang sengaja menekan kasar lebam di punggung Renjun itu, seakan menghukum Renjun karena sudah membuatnya khawatir. Yang Renjun tidak tahu -karena posisinya membelakangi Ryujin, gadis itu sebenarnya sudah menangis.
Tapi berlahan, Ryujin sudah tidak menghukum Renjun lagi. Bahkan Ryujin benar-benar berhenti mengolesi punggung Renjun yang tentunya membuat pemuda itu membalikan tubuhnya untuk mengecek keadaan Ryujin yang mendadak menghentikan tugasnya tadi.
Betapa kagetnya Renjun mendapati air mata Ryujin sudah mengucur deras dari kedua matanya. Gadis itu menangis dalam diam.
"H-hey, kenapa menangis?" tanya Renjun dengan suara kecil. Sungguh, ia bingung bagaimana menghadapi gadis yang menangis. Bukan rahasia lagi kan kalau Renjun itu payah soal perempuan?
"Y-yah Shin Ryujin, jangan menangis lagi," pintah Renjun sedikit kalang kabut karena tangisan Ryujin tidak berhenti juga.
"Bodoh! Renjun bodoh!" omel Ryujin di tengah tangisannya.
"K-kok aku? Aku salah apa?" tanya Renjun pada dirinya sendiri.
"Huaaaaaa...!!" tangisan Ryujin semakin menjadi membuat Renjun semakin panik, apa yang harus ia lakukan dengan situasi seperti ini.
Renjun lalu berusaha bangkit dari posisi berbaringnya untuk menenangkan tangisan Ryujin.
"Kemarilah, jangan menangis lagi," ucap Renjun ingin mengusap air mata Ryujin namun ditepis langsung oleh si gadis dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S NOT FALL IN LOVE
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Spin-off 𝐁𝐲𝐞 𝐌𝐲 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭... We're so happy as we are right now Let's not make promises, because you never know when tomorrow comes. Don't ask me anything I can't give you an answer Don't try to have me Let's just stay li...