26 - memorable birthday

1.5K 216 55
                                    

"kenapa senyum-senyum?" dengan nada ketus, Renjun mempertanyakan maksud di balik senyuman Ryujin yang menyambutnya pagi itu di depan pintu.

Bukannya menjawab, Ryujin malah menarik tangan Renjun untuk mendekat lalu sedikit mendongakkan kepalanya sehingga jarak wajah mereka jadi berdekatan.

"Sudah tidak mimisan lagi kan?" kentara sekali Ryujin menahan tawanya saat bertanya.

Pagi ini, dengan keadaan kaki Ryujin yang belum sepenuhnya pulih sedangkan Donghae dan Jeno tidak di rumah, Renjun mau tidak mau harus menemani Ryujin lagi. Ya, untuk sehari lagi ia terjebak bersama gadis yang senantiasa memancing ocehannya.

Renjun mendorong dahi Ryujin dengan jari telunjuknya, membuat wajah gadis itu menjauh,"ini masih pagi, jangan menyebalkan."

Ryujin hanya mengulum senyumannya. Ekspresi Renjun boleh saja ketus, tapi daun telinganya yang memerah tidak bisa memungkiri kalau ia sedang menahan malu karena Ryujin mengungkit apa yang terjadi di antara mereka.

Mengenai mimisan yang Ryujin maksudkan, itu merujuk pada peristiwa kemarin malam. Rahasia besar yang Renjun tutupi hampir saja terbongkar. Untung saja Renjun tidak langsung pingsan seperti waktu itu dengan Haechan. Jadi dirinya masih dapat berdalih menggunakan alibi bodoh yang menjadi alasan mengapa Ryujin meledeknya tadi.

"Aku benar-benar khawatir, kupikir kau kenapa bisa sampai mimisan, ternyata karena salah ting–"

"Diam Ryujin, jangan diungkit," gemas karena Ryujin masih saja menggodanya, Renjun akhirnya menekan dua sisi pipi Ryujin, membuat bibir gadis itu manyun terhimpit pipi tembamnya.

Seandainya Ryujin tau alasan sebenarnya dibalik interupsi yang mereka alami, Ryujin tidak mungkin menjadikannya sebagai bahan guyonan seperti tadi. Tapi tak apa, bagi Renjun lebih baik seperti ini. Ryujinnya masih bisa ceria dan tertawa seperti sekarang.

"Rwenjun mwalu ywa..." guman Ryujin dengan tidak jelas.

"Berisik, lebih baik sekarang kau duduk. Kita ganti dulu perban di kakimu itu," tanpa memberi aba-aba, Renjun langsung membopong tubuh Ryujin, membuat gadis itu memekik kaget.

Mereka berdua kembali ke dalam rumah. Tepatnya di ruang tengah, dengan Ryujin terduduk manis dj atas sofa sedangkan Renjun  duduk bersila di lantai, merawat luka kaki Ryujin dengan telaten.

"Aku sudah bilang, kau tunggu saja di dalam biar aku yang me–"

"Aku masih bisa jalan kok, hehe.." ucap Ryujin masih dengan cengiran tak berdosanya.

"Aku bahkan naik turun tangga sendiri tadi, walau memang sedikit kesul–"

"Jangan lakukan lagi, Jeno dan Donghae-samchon sedang tidak ada di tempat. Kalau kau kenapa-kenapa, tidak ada yang bisa segera menolongmu," cengiran di wajah Ryujin hilang, perkataan Renjun yang satu itu begitu tegas dan jelas. Renjun sedang serius.

"Baik, maafkan aku. Aku hanya tidak mau merepotkanmu," lirih Ryujin tertunduk. Harusnya Renjun bersyukur, tumben-tumbenan Ryujin mau berinisiatif untuk tidak merepotinya.

"Aku khawatir," dua kata Renjun yang menggetarkan hati Ryujin di pagi hari ini.

Renjun yang sudah sibuk sepenuhnya mengurusi luka dan perban di kaki Ryujin tidak melihat tatapan lembut serta senyuman di wajah gadis itu untuknya. Seandainya Renjun tau, Ryujin sekarang benar-benar mau memeluknya erat.

 Seandainya Renjun tau, Ryujin sekarang benar-benar mau memeluknya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang