30 - insecurities

1.1K 181 40
                                    

Siang itu, tak peduli teriknya matahari. Ryujin bersama dengan Nako dan teman-teman mereka yang lain sedang sibuk memindahkan beberapa perlengkapan dari ruang kesenian menuju booth milik club mereka di lapangan utama kampus. Hari ini adalah salah satu rangkaian dari Student Camp yang diadakan oleh pihak kampus selama lima hari. Di student camp ini, kampus akan memperkenalkan seluk beluk kampus melalui berbagai kegiatan seperti Baazar, Seminar, Wokshop kepada para murid sekolah yang mendaftarkan diri. Dan sekarang adalah jadwalnya Club Showcase untuk memperkenalkan unit-unit kegiatan mahasiswa kepada para calon mahasiswa di semester ajaran baru nanti.

Dalam hal promosi, kampus tempat Ryujin menuntut ilmu ini memang tipe yang jemput bola dan habis-habisan. Mau tidak mau, para mahasiswa/i juga harus direpoti begini.

"Kampus kita ini ekstra sekali ya demi merebut hati para murid sekolahan ini," Nako menyuarakan komentarnya.

"Kalau bukan demi pendanaan club, aku ogah ikut membantu," tambah Ryujin sembari mengikat asal rambutnya.

"Keputusan kekasihmu pintar sekali untuk menolak jabatan ketua," Nako mengungkit perihal Renjun yang hampir ditunjuk untuk mengetuai club mereka.

"Tsk, kalau dirinya yang menjadi ketua, aku yakin ia sedang meracau sekarang. Sedangkan, coba lihat Nakyung-eonni? Astaga, ia perempuan paling sabar yang pernah kulihat," balas Ryujin.

Pandangannya kini memerhatikan Nakyung yang masih telaten memeriksa kembali keperluan-keperluan booth. Selama menjabat, Ryujin bisa melihat kenapa Nakyung bisa menjadi kandidat pengganti Renjun. Justru ia lebih bingung, bagaimana bisa seorang seperti Renjun sempat ditunjuk untuk dijadikan ketua.

"Makanya aku bilang Renjun itu cerdik, sudah menjauh duluan sebelum harus merepoti dirinya. Tidak seperti dirimu," Nako lanjut meracau, kali ini Ryujin yang menjadi target cibirannya.

"Hey, apa maksudmu?" Ryujin tak terima.

"Maksudku adalah, kenapa kau mendaftarkan diri untuk menjadi anggota pengurus club? Sekarang, kau ikut repot kan," jelas Nako dengan wajah suntuknya.

"Dan karena dirimu, aku juga jadi ikut direpoti hari ini padahal aku bukan pengurus sepertimu," lanjutnya lagi.

"Ah itu, hehehe.. terima kasih loh karena tetap mau menemaniku disini Nako-ya," wajah ketus Ryujin berganti dengan senyuman yang disertai kedipan-kedipan manja menjijikan.

"Kau berhutang padaku, titik!" ucap Nako.

Kalau saja Nako tahu alasan mengapa Ryujin mengajukan diri untuk menjadi pengurus, mungkin sahabatnya itu akan lebih tak habis pikir.

"Ryujin-ah, boleh ikut aku ke ruang kesenian lagi bersama pengurus yang lain? Ada beberapa hal yang mau ku briefing," ucap Nakyung menghampiri tempat dimana Ryujin dan Nako tadi sempat berbincang.

"A-ah baik," sahut Ryujin sebelum berpamitan sebentar pada Nako untuk kemudian ikut menyusul Nakyung.

Posisi Ryujin adalah sekretaris disini sehingga kehadirannya memang selalu dibutuhkan oleh Nakyung. Ryujin merutuki dirinya sendiri sekarang karena keputusan impulsive tersebut.

Selama briefing berlangsung, Nakyung menjelaskan kembali dengan rinci apa-apa saja yang akan booth mereka lakukan. Mengingatkan kembali pembagian waktu jaga, mekanisme pendataan para murid yang bisa diprospek oleh club dan kampus serta masih banyak lagi.

"Kira-kira itu saja, apa ada yang mau menambahkan?" tanya Nakyung mengakhiri briefing singkat mereka.

Tak ada yang memberi komentar, berarti segala detil sudah Nakyung rincikan dengan baik dan teliti. Orang-orang pun bubar, menyisakan Ryujin dan Nakyung di ruangan itu berdua untuk merekap briefing singkat barusan di notulen.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang