29 - what a day

1.2K 202 52
                                    

Hujan turun dengan amat deras sore itu. Suhu juga semakin rendah. Kendati begitu, Ryujin tidak berniat mematikan pendingin ruangan di kamarnya.

Kamarnya gelap, hanya diterangi cahaya lampu tidur di meja nakas. Sedangkan Ryujin sendiri hanya terduduk di ranjang dan bersembunyi di balik hangat selimut tebalnya. Sembari memandangi guyuran air dari jendela kamar ditemani lagu yang ia putar.

"Ulang tahun yang suram," gumam Ryujin mencebikkan bibirnya. Tidak keliru Ryujin menganggap ulang tahun hari ini suram. Hujan terus mengguyur sedari tadi membuat Ryujin tidak bisa kemana-mana maupun melakukan sesuatu seharian ini.

Ya, tapi setidaknya hujan deras turun di hari dimana dirinya tidak ada jadwal mata perkuliahan. Jadi ia tidak perlu khawatir tentang absen.

Ryujin lalu melirik ponselnya yang berakhir dengan rasa kecewa karena tidak mendapati notifikasi dari orang yang paling ia nantikan.

"Ia memang tidak tahu ya? Masa tidak berusaha mencari tahu? Aku saja bisa menyiapkan kejutan untuknya kok pas ia ulang tahun kemarin," gerutu Ryujin melampiaskan kekesalan.

Sudah jelas bukan siapa yang sedang Ryujin bicarakan?

Jangankan kejutan ulang tahun. Ucapan saja tak ia terima.

"Ish, kenapa ia tidak mencariku sama sekali?! Ia sadar tidak sih kalau aku sedang mendiamkan dirinya!" Ryujin masih mendumel gemas.

Suasana hati Ryujin benar-benar buruk sekarang karena pemuda itu. Padahal ini hari ulang tahunnya. Renjun itu bukan hanya mahir dalam mengacak hati Ryujin tapi juga mahir dalam mengacaukan harinya.

"Aku membayangkan Renjun bermain gitar di depanmu, menyanyi untukmu, aduh pasti manis sekali~"

"Manis pantatmu!" rutuk Ryujin lagi mengingat kembali ucapan Nako beberapa hari yang lalu saat mereka outing di Jeju.

Waktu itu, wajah Ryujin memerah dan tersenyum bahagia ketika Nako mengungkitnya. Ekspetasinya melambung tinggi tapi kenyataan seakan benar-benar menghampaskan Ryujin dari ketinggian.

Lesson learned! Jangan terlalu berharap pada manusia bernama Huang Renjun.

Menyadari perutnya yang mulai keroncongan, Ryujin bangkit dari kasurnya. Memutuskan untuk mengisi perut kosongnya dulu. Mungkin suasana hatinya sekarang terasa amat buruk karena ditambah efek perut laparnya.

"ASTAGA! APA-APAAN INI!?" teriak Ryujin saat secara tak sengaja memandang pantulan bayangannya di cermin kamar. Di ujung hidungnya, sebuah jerawat merah muncul.

"Sejak kapan?! Argh! Terakhir kali aku melihatnya, belum separah ini kok!" suasana hatinya semakin memburuk dengan kehadiran jerawat itu.

"Ah, menyebalkan!" decih Ryujin untuk kesekian kali hari ini.

Kemudian, rambut yang tergerai berantakan segera Ryujin ikat asal. Hanya dengan kaos tipis lusuh dan celana pendek serta kaos kaki, Ryujin melenggang keluar dari kamarnya. Ia tidak peduli dengan penampilannya. Toh, ia sedang di rumah sendiri.

Turun menuju dapur, Ryujin mengeluarkan makanan yang sudah ayahnya siapkan dan tinggal ia hangatkan. Ada sup rumput laut buatan Donghae dalam rangka ulang tahun Ryujin.

Setidaknya, Ryujin sempat merayakan ulang tahun bersama ayah dan kakaknya saat sarapan tadi pagi. Memang singkat dan sederhana mengingat kedua lelaki itu masih harus pergi untuk menjalankan rutinitas serta tanggung jawab mereka. Tapi tak apa, Ryujin tetap bahagia dan berterima kasih. Apalagi, ini juga kali pertama setelah sekian lama Ryujin bisa merayakan ulang tahun dengan Donghae dan Jeno.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang