"H-hey, katakan sesuatu," akhirnya dengan sedikit canggung, Ryujin membuka pembicaraan. Mengakhiri keheningan antara dirinya dan Renjun.
Sang lawan bicara merespon dengan menoleh ke arahnya, namun tidak menjawab, hanya menatap sebentar dan menghela nafas. Selayaknya orang yang sedang berbeban berat.
"Kenapa?" tanya Ryujin lagi. Tidak, kali ini bukan hanya sekedar penasaran tapi ada sedikit kekhawatiran yang ia akui cukup mengusik dirinya.
"Aku tau kau mendengar pembicaraanku dan Wonyoung kemarin malam," jawab Renjun.
"J-jadi kau tau?" Ryujin jadi merasa bersalah, takut kalau-kalau Renjun akan marah dan tidak mau berbicara dengannya lagi.
"Dengan selendang berwarna kuning terang begitu, orang mana yang tidak akan menyadarinya?" seperti biasa, jawaban sarkastik dari seorang Renjun.
"Ma-" ucapan maaf Ryujin terinterupsi di kala Renjun tiba-tiba saja membaringkan kepalanya di paha Ryujin yang duduk di sebelahnya.
Seorang Huang Renjun, berbaring di pangkuan seorang Shin Ryujin.
Jangankan Ryujin, siapapun yang melihat juga akan terkejut.
Hari ini Renjun benar-benar aneh.
"Karena ucapan Wonyoung, semalaman aku tidak bisa tidur," gumam Renjun dengan mata terpejam, seakan pangkuan Ryujin adalah tempat yang paling nyaman baginya.
"Sampai tidak bisa tidur? Kenapa? Sesenang itukah rasanya menerima pengakuan dari gadis secantik Wonyoung?"
"Aku menolaknya," jelas Renjun singkat.
"S-serius!? Kau gila ya, Wonyoung itu gadis yang manis! Kena-"
"Ia sudah seperti adik perempuanku sendiri, aku tidak bisa melihatnya lebih dari itu. Lagipula, sepertinya Jisung masih menyukai Wonyoung," lanjut Renjun.
"Dasar aneh."
Renjun mendecih sekilas, sekali lagi memperlihatkan kegusaran hatinya.
"Aku tidak bisa tidur semalaman karena merasa bersalah pada Wonyoung. Anak itu menangis di hadapanku kemarin, tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa," tutur Renjun melengkapi penjelasannya.
"Aku sudah sangat jahat," lirihnya lagi.
Ryujin tidak tahu harus merespon seperti apa. Ia kira, Renjun menerima perasaan Wonyoung. Tak ia duga, Wonyoung justru ditolak.
Gadis secantik dan sebaik Wonyoung ditolak, apa Renjun masih belum melupakan Nakyung?
Asumsi ini membuat Ryujin mau tak mau jadi sedikit sebal juga. Mau sampai kapan Renjun terjebak?
"Apa ini semua ada hubungannya dengan cinta pertamamu, Lee Nakyung?" Ryujin tidak bisa menyembunyikan nada kesalnya saat menanyakan hal ini. Bukannya Ryujin membenci Nakyung, sama sekali tidak. Ryujin kesal saja melihat Renjun, kapan pemuda itu benar-benar mau mengikhlaskannya?
Kenapa mata Renjun hanya melihat sosok Nakyung seorang?
Renjun menggeleng,"tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Nakyung. Bagaimana bisa kau berpikir Nakyung ada sangkut pautnya dengan hal ini?"
"Perasaanmu dan hatimu itu jangan kau tutup hanya karena Nakyung. Bukalah dan relakan, kau itu pantas bahagia, bodoh," nasehat Ryujin.
Ia, selaku orang yang menemani Renjun di masa-masa patah hatinya tau bagaimana Renjun sangat mencintai Nakyung. Jujur saja, itu membuat Ryujin sedikit iri dengan sosok Lee Nakyung itu. Betapa beruntungnya gadis tersebut bisa dicintai setulus itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S NOT FALL IN LOVE
Fanfic[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Spin-off 𝐁𝐲𝐞 𝐌𝐲 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭... We're so happy as we are right now Let's not make promises, because you never know when tomorrow comes. Don't ask me anything I can't give you an answer Don't try to have me Let's just stay li...