28 - boys before flowers

1K 189 39
                                    

*for better reading experience, I suggest you to play this song while reading this chapter and put it on repeat until you reach its end*

Now Playing
▶️ Dear Dream - NCT DREAM ▶️

"Hey, berbicaralah, Haechan yang diam seperti ini lebih mengerikan daripada Haechan ya–"

"Jangan bicara, aku sedang marah padamu," Haechan menyela Renjun yang baru saja mengajaknya bergurau.

Di kamar Renjun dirawat, keduanya terdiam. Chemotherapy sudah dilalui dan sekarang Renjun masih terbaring, mengistirahatkan tubuhnya. Malam ini ia harus menginap di tempat yang ia benci, rumah sakit.

Seharusnya ibu Renjun yang menemani putranya disini, namun Haechan menawarkan diri untuk menggantikan. Semenjak mengetahui penyakit Renjun, Haechan memang jadi super protective.

Renjun menghela nafas, tersenyum lemah. Dirinya kelelahan. Menjalankan chemotherapy itu sangat tidak menyenangkan. Efek yang tubuhnya terima saking kerasnya cairan obat yang dimasukkan ke tubuh tentu membuat Renjun amat menderita. Salah satu alasan Renjun selalu terkesan ogah-ogahan menjalankannya.

"Kapan kau akan memberitahu anak-anak?" entah sudah untuk ke-berapa kalinya Haechan menanyakan pertanyaan yang sama.

"Tunggu waktu yang tepat," sahut Renjun enteng. Ingin rasanya ia menjawab tidak tahu dan tidak mau karena memang seperti itu niatan hati sebenarnya.

"Kapan? Aku selama ini diam bukan berarti aku akan terus di–"

"Jangan, jangan beritahu mereka dulu," Renjun menekankan larangannya.

"Tapi kau sama sekali tidak nampak memiliki niat untuk memberitahu mereka dan itu membuatku kesal!" Haechan benar-benar dalam mode serius sekarang. Tatapan tegas, rahangnya mengeras. Ingin sekali rasanya meninju wajah Renjun satu kali supaya Renjun bisa berpikir dengan nalar yang benar.

"Aku bukannya tidak berniat, hanya saja..." Renjun terdiam, bingung mencari sanggahan yang tepat atau setidaknya bisa diterima Haechan untuk sementara.

"Hanya saja apa!?" hardik Haechan membungkam Renjun.

"Aku rasa aku juga tidak akan pernah mengetahui penyakitmu ini jika saja malam itu kau tidak mimisan," lanjut Haechan yang Renjun iyakan dalam hatinya.

Dari awal ia terdiagnosa, Renjun memang berencana  tidak mau para sahabatnya termasuk Haechan mengetahuinya.

"Kau tidak ke cafe?" tanya Renjun mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak akan disini kalau aku sedang di cafe," sahut Haechan tidak niat. Ia tau Renjun sedang mengalihkan pembicaraan.

Inilah yang membuat Renjun enggan mengungkapkan situasinya. Lihat? Haechan jadi mengabaikan dan meninggalkan segala kepentingannya demi menjaga Renjun seperti sekarang.

Bagaimana Renjun bisa tenang jika ia tahu bahwa dirinya telah menjadi beban pikiran dari orang-orang yang ia kasihi?

Kedua orang tua Renjun terutama ibunya sudah lebih dari cukup. Renjun tak mau menambah lagi jumlah orang-orang yang harus mengalah demi dirinya.

Ia sudah cukup menyedihkan.

Ia tidak ingin semakin merasa menyedihkan.

"Jisung, bagaimana ya kira-kira kabar anak itu sekarang?" tanya Renjun.

"Tsk' anak itu sedang berada di puncak kejayaan. Sudah menjadi siswa di tahun terakhir sekolah membuat banyak adik kelas mengincarnya. Lihat saja celotehnya di grup, kalau tidak membahas perempuan ya palingan pamer hadiah dari para pengagum rahasianya," tutur Haechan dengan dengusan tawa. Membayangkan senyum malu-malu dan kikuk seorang Park Jisung meladeni para penggemarnya.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang